Pesta

35 1 0
                                    

Rasanya aku sangat malas sekali, untuk melakukan semua pekerjaan yang ada diatas meja kantor ku ini, setelah melihat undangan pernikahan Sanny dan Dion yang diberikan Irene padaku kemarin sore, saat kami bertemu dicafe kemang setelah jam pulang kerja. 

Dan sampai sekarang aku masih ingat sekali bagaimana exitednya Irene mengeluarkan undangan itu dari dalam tasnya lalu meletakkannya dihadapanku.

"Gue nggak nyangka kalau Sanny sama Dion bakalan nikah." ujar Irene menupuk kedua tangannya pelan dan tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya yang baru di veneer.

"Iya gue juga." aku menjawab pelan, sambil menyesapi lemon tea panas yang terus aku teguk dan fokus mataku masih tetap pada undangan yang ada di depan ku saat ini.

"Kok gitu banget si ekspresi lo Schaleya Ardian?" Irene menatapku penuh curiga.

"Emang gimana ekspresi gue Irene Dwiggum!" kataku menatap balik Irene tak kalah curiganya.

"Lo iri ya karena Sanny udah nikah, sedangkan elo belum."

Hampir saja aku tersedak minuman ku ini jika tidak segera ku telan, dasar Irene resek ucapannya nggak pernah dikontrol.

"Kenapa gue harus iri, cuman ni ya gue udah ngeprediksi siapa-siapa aja yang bakalan datang kesitu and then lo tau Vina kan yang bacotnya udah kayak angsa."

"Hmm...terus?"

"Lo nggak ingat kejadian tiga bulan yang lalu waktu diacara nikahannya Alen, sumpah deh ya gue berasa kayak kutu aja tau nggak dimatanya Vina karena gue pergi sendiri."

"Ha...ha...ha..." seketika Iren tertawa terbahak mengundang beberapa perhatian pengunjung cafe yang ada disini. "Mangkanya cari pasangan sana biar nggak dianggap kayak kutu tu sama si Vina."

"Sialan lo bukanya ngebelain malah ngetawain gue." Aku menatap Irene sebal, karena pengunjung cafe disini masih tetap melihat kearah kami karena tawa Irene yang tak kunjung berhenti.

"Sorry-sorry gitu aja marah, tapi gue rada sebal juga si ngeliat tingkahnya Vina waktu itu, kabarnya gandengan yang dibawanya di pesta Alen kemarin pengusaha loh."

"Yakin lo pengusaha, kok gue ngeliatnya kagak ada aura-aura pengusahanya."

"Ya mana gue tau pengusaha atau bukan, gue kan tau gosipnya dari Sekar. Tapi lo bakalan datang kan ke acara nikahannya sanny?"

"Haah." aku menghela nafas sejenak mendengar kalimat Irene yang terakhir apakah aku akan datang atau tidak, yang pastinya aku akan memikirkannya untuk dua hari kedepan.

"Kok lo bengong gitu sih Ya, jangan bilang lo nggak bakalan datang?" kembali Irene menatapku penuh selidik.

"Kayaknya gue nggak bakalan datang Ren." Entah kenapa hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku, setelah mendengar pertanyaan Irene beberapa detik yang lalu.

"Yaah...kok lo nggak datang sih, bisa buruk nanti tu fikiran Vina sama lo."

"Biarin aja fikiran dia tambah buruk sama gue, hidup-hidup gue ngapain dia yang rempong sih, tapi gue segan juga si sama Sanny kalau nggak datang."

"Nah itu lo tau, udah deh pergi aja apa perlu gue cariin gandengan biar nggak di rempongin sama Vina?"

"Nggak harus segitunya kali, lo fikir gue nggak laku apa sampai harus dicariin segala."

"Ya siapa tau kan, hantu ke jombloan yang ada di diri lo itu bikin cowok pada takut ngedekatin elo."

"Wah...wah...benar-benar lo ya, udah ngetawain gue terus bilangin diri gue punya hantu jomblo lagi, lo sahabat gue atau bukan si?"

Sugar DaddyWhere stories live. Discover now