Part 1

23.5K 1.1K 21
                                    

MOHON KALIAN MEMBACA DANGEROUS CLIENT TERLEBIH DAHULU 🦄

***

Adam Wijaya, seorang CEO muda berusia 28 tahun. Ia merilis semua ini seorang diri, padahal Calvin dan juga Rita bersedia membantu nya, tetapi Adam menolak secara halus. Hal itu dikarenakan ia ingin bekerja secara mandiri.

"Bagaimana, apakah kau sudah menerima beberapa dokumen dari ku?" tanya Adam pada Calvin.

Calvin mengangguk. "Tentu. Aku sudah mengirimkan nya kembali dan aku menyepakati nya. Kapan kita akan melakukan meeting?"

"Baguslah, mungkin besok." jawab Adam. Saat ini mereka berdua tengah berkumpul di dalam ruangan Adam.

"Ide yang bagus. Aku yakin, ini semua akan berjalan dengan sangat mulus. Kita akan mendapatkan untung yang banyak." ujan Calvin.

Adam lantas terkekeh. "Kuharap juga begitu. Lalu, bagaimana dengan Andrew? Apakah ia telah siap menggantikan posisi ayah tercintanya nya ini?"

Mendengar hal tersebut lantas membuat Calvin menghela napas panjang. "Ia sangat pembangkang. Mungkin kau harus memberi tahu nya karena aku pikir kalian berdua sangatlah akrab."

"Akan kucoba." jawab Adam.

Calvin mengangguk. Saat ini usia nya telah menginjak 52 tahun, namun ketampanan nya tetap terlihat sangat jelas. Calvin tetap awet muda, begitu juga dengan kakaknya, Clarita.

"Aku akan kembali ke perusahaan. Jika kau ingin meminjam-"

"Terima kasih. Tetapi kau tahu bahwa aku sangat suka bekerja seorang diri." potong Adam.

Calvin lantas terkekeh. "Baiklah. Kau sangat cocok menjadi panutan untuk Andrew. Semoga saja ia mendapatkan sebuah hidayah."

"Ia masih berusia 20 tahun, jadi wajar saja memiliki sifat pembangkang seperti itu." ujar Adam.

Setelah sedikit berbincang-bincang dengan Adam, Calvin pun pergi berlalu.

Saat menatap dua cangkir kopi di atas meja kerja nya, seketika Adam teringat akan sesuatu. Ia lalu segera menghubungi seseorang.

"Aku akan meminta bayarannya." gumam Adam setelah panggilan tersebut selesai.

Tidak lama kemudian, seorang wanita berumur 27 tahun dengan berpakaian ala office girl tengah berjalan memasuki ruangan Adam dengan keadaan menunduk. Ya, ia sangat takut jika CEO nya itu bertingkah aneh-aneh.

Audrey, segera mengambil dua cangkir kopi yang terdapat di atas meja kerja Adam. Pria tersebut lantas menatap nya lekat dari singgahsana nya tersebut.

"Aku harus bergerak cepat." gumam Audrey dalam hati.

Setelah semua nya beres, ia pun berjalan pergi, tetapi Adam lantas bangkit berdiri.

"Berhenti disitu." ujar Adam. Ia lalu berjalan mendekati Audrey. Adam lantas memeluk nya dari arah belakang.

"A-ada apa, tuan?" tanya Audrey pelan. Ia sangat ingin melepaskan kedua tangan Adam, namun saat ini ia tidak bisa melakukan nya karena kedua tangan nya tengah memegang sebuah nampan yang berisi dua cangkir kopi.

Adam semakin mempererat pelukan nya. Setelah itu ia pun mendekat ke arah telinga Audrey. "Mengapa kau tidak datang ke parkiran kemarin?"

Audrey terdiam dan memilih untuk menatap dua cangkir kopi yang tengah berada di atas nampan saat ini. Ia memang melarikan diri secara diam-diam kemarin.

"Kau ingin semua pegawai ku untuk melihat kita berdua bercinta di halaman depan?" tanya Adam dengan suara berat nan seksi milik nya.

"T-tidak." jawab Audrey. Ia tidak ingin semua itu terjadi.

"Lalu, mengapa kau tidak menepati janjimu kemarin?" tanya Adam.

"M-maaf, tuan." jawab Audrey pelan.

"Berikan aku alasan yang kuat. Jika tidak, maka kau tidak akan bisa terlepas dariku. Sampai kapan pun." ujar Adam.

Audrey terdiam. Apakah ia harus berkata jujur bahwa dirinya sangat takut dengan Adam?

"Aku yakin kau bukanlah sebuah patung." sindir Adam. Ia masih terlihat memeluk Audrey dari arah belakang.

Audrey tetap terdiam. Ia masih memikirkan kata-kata yang cocok untuk menjawab nya.

"Mengapa terdiam?" tanya Adam. Saat ini kedua tangan nya terlihat tengah menggerayangi dada yang berukuran lumayan besar milik Audrey. Merasakan hal tersebut membuat Audrey menjatuhkan nampan nya, menghasilkan kedua cangkir yang pecah menjadi berkeping-keping. Ia lalu mencoba untuk melepaskan kedua tangan nakal milik Adam, namun gagal.

Adam lantas menariknya menuju ke arah dinding ruangan nya. Ia lalu mengunci Audrey diantara kedua tangan nya saat ini.

Adam memberikan tatapan tajam ke arah Audrey. "Apa maksudmu?" Ia lalu mencengkeram leher Audrey.

Audrey menutup kedua matanya. Ia sangat takut untuk saat ini.

Adam lantas meneguk saliva nya dalam-dalam ketika melirik dua kancing seragam yang tengah dikenakan oleh Audrey saat ini. Ya, kedua kancing tersebut terbuka, memperlihatkan bra berwarna pink didalam nya. Adam lalu melepaskan cengkeraman nya. Entah mengapa ia menjadi kalut seperti ini dengan wanita ini.

Audrey lantas membuka kedua matanya secara perlahan. Mata biru laut nya bertemu dengan mata berwarna hazel milik Adam.

"Kau telah melakukan dua kesalahan." bisik Adam.

"Maafkan saya, tuan." jawab Audrey seraya menunduk, namun Adam menahan nya.

"Kau harus membayar semua nya setelah ini." ujar Adam.

"Potong saja semua gaji saya, tuan." jawab Audrey seraya memalingkan penglihatan nya ke arah lain.

"Itu tidak akan cukup untuk menggantikan semua nya." ujar Adam.

"Berapa yang harus saya bayar? Katakan saja." tanya Audrey.

Adam terlihat memikirkan jawaban nya. "Tidak terhingga. Harga gelas itu sangatlah mahal. Dan kemarin, kau tidak menepati janjimu."

Audrey kembali terdiam. Perasaan nya tiba-tiba menjadi tidak enak.

"Temui aku di parkiran nanti." ujar Adam seraya melepaskan kekangan nya.

Audrey lantas berjalan cepat meninggalkan ruangan tersebut. Ia tidak memperdulikan kepingan gelas yang berserakan di lantai. Ia juga tidak memperdulikan ekspresi Adam ketika melihat nya pergi berlalu begitu saja.

Adam lantas tersenyum penuh arti ketika melihat nya pergi berlalu.

***

Jerk Man in Suit ✔Where stories live. Discover now