Pagi sekali Sintia telah sibuk dengan peralatan dapurnya, membereskan semua peralatan memasak.
Senyum diwajah cantik Sintia terus saja terpancar.
Betapa bahagia hari ini perasaannya akan menghabiskan waktu seharian bersama suami yang Ia rindukan.
Setelah selesai membereskan peralatan memasak, Sintia menuliskan note di lemari kulkas.
Masakan terakhir untuk suami sempurnaku💕💕💕.
Hari ini Sintia memasak rendang kesukaan suaminya.
Sintia berharap setelah seharian menghabiskan waktu bersamanya sebagai penutup suaminya akan makan malam bersama di rumahnya.
Jam 08.00 pagi Sintia sudah bersiap di teras rumahnya, menunggu sosok suami yang sangat ia rindukan.
Gamis putih tulang dengan Payet brukat sangat indah membungkus tubuh Sintia, namun sepertinya gamisnya sudah tak selonggar waktu pertama Sintia memakainya. Gamis yang dulu di pakai saat lamaran yang juga merupakan pembelian Aditia kini menyempit.
Sintia baru menyadari dua bulan terakhir dia tak pernah lagi merawat dirinya tak pernah lagi melakukan jogging yang dulu kerap dilakukan bersama suaminya, sehingga menimbulkan banyak timbunan lemak pada paha, lengan, punggung, dan perutnya.
Belum lagi dua bulan terakhir ini Sintia selalu makan dengan menu rendang daging. Masakan tersebut selalu Sintia buat dengan harapan suaminya akan datang dan makan bersama dengannya. Walau hari - harinya hampa dengan harapan kosongnya.
Agar tak mubazir Sintia pun akhirnya membagikan masakannya pada tetangga sekitarnya.
Pasmina instan warna putih melati berbahan bubble crepe menjadi pelindung kepalanya.
Pelembab tipis sebagai pelindung kulit wajah dari sinar UV, lips matte berwarna pink natural menempel di bibir indah Sintia.
Secara keseluruhan Sintia terlihat sempurna, cantik secara alami dengan kulit putih bersinar.
Tak berapa lama Aditia datang dengan motor matic miliknya. Sintia langsung membuka pintu pagar rumahnya yang bersatu dengan trotoar.
Adit akan mengajak Sintia jalan-jalan dengan motor matic miliknya, karena memang Sintia lebih suka berjalan mengendarai sepeda motor, lebih nyaman menikmati udara dan tidak pengap.
"Ayo" ajak Aditia melihat Sintia yang terpaku melihat kedatangannya.
Rasa rindu Sintia selama dua bulan ini luruh melihat Aditia muncul dihadapannya. Sintia terpaku, ingin berlari menghambur memeluk tubuh suami yang dirindukan tapi kaki seakan terkunci menatap Aditia tak beranjak dari sepeda motornya.
" Hei, kamu melamun apa?" Aditia melambaikan tangannya.
Seketika Sintia tersadar oleh lambaian tangan Aditia, kemudian menyambut tangan Aditia lalu mencium dengan takzim.
"Assalamualaikum suamiku" sapa Sintia
"Walaikumsalam, jadi jalan-jalan tidak?" Cecar Aditia.
"Ya Abang" jawab Sintia
Sintia memakai helmnya, seperti biasa Sintia selalu kesulitan untuk mengancing tali pengunci di bawah dagunya dan tetap saja gagal.
Kalau dulu Aditia selalu membantu, kali ini Sintia sepertinya harus menaiki sepeda motor tanpa mengancingkan tali helmnya.
Sambil berjalan Sintia berusaha mengancing helmnya dan berhasil juga.
Tujuan pertama pagi ini adalah warung pinggir jalan, seperti warung pada umumnya terdapat spanduk yang berisi tulisan menu apa saja yang disajikan. Paling atas tertulis nama warung Arek Blitar. Ini adalah warung nasi goreng dengan berbagai pilihan rasa. Warung ini juga menjual nasi goreng hati kesukaan Sintia.
Nasi goreng berwarna kecoklatan dengan taburan potongan hati ayam yang telah digoreng kering, daun sawi juga tercampur di dalamnya, dan telor ceplok tersaji di atasnya.
Menambah kelezatan tersaji pula acar timun berkuah air es yang menambah sensasi panas dingin saat menikmati nasi goreng ala Arek Blitar ini.
Dua porsi nasi goreng jumbo terhidang di atas meja. Es jeruk manis sebagai penghilang dahaga juga berdiri rapi disamping nasi goreng hati ala Arek Blitar.
Aditia kepayahan menghabiskan nasi gorengnya, sementara Sintia sudah memesan satu piring nasi goreng lagi.
Sambil menunggu pesanan nasi gorengnya, Sintia mengambil piring nasi goreng milik Aditia dan melahap habis nasi gorengnya.
Tak lama nasi goreng pesanan Sintia terhidang di atas meja.
Sintia berbicara banyak hal pada Aditia. Sementara Aditia hanya menganggukan kepala atau sekedar menjawab dengan suara deheman.
Aditia menatap Sintia dengan heran, tak seperti biasanya Sintia mampu menghabiskan dua porsi nasi goreng.
"Sintia, apa beberapa hari kau tak makan?" Tiba-tiba Aditia bertanya.
"Tentu saja makan abang, tapi sekarang jadi lebih bernafsu melihat abang disini. "
"Ya sudah cepat habiskan. " Titah Aditia.
**
Setelah sarapan, Aditia dan Sintia pergi ke pantai. Menikmati angin bertiup di pinggiran pantai, berjalan dari ujung ke ujung pantai, kembali merasakan bulan madu dimasa lalu.Aditia menepati janjinya, menemani Sintia, memanjakannya, bahkan Aditia sengaja menonaktifkan gawainya ketika Fika menghubunginya.
Senyum Sintia merekah, hari ini benar - benar terlewati tanpa rasa lelah karena rindu yang selama ini membuncah terobati sudah.
Hari beranjak sore, Sintia meminta Aditia menemaninya pergi ke taman danau. Di sana mereka menghabiskan senja penuh canda tawa.
Tepat pukul 20.30 mereka tiba di depan rumah. Dalam hati Sintia, sangat berharap suaminya akan ikut masuk dan makan malam bersama.
Ketika Sintia turun dari sepeda motor dan melepas helmnya, Aditia tak ikut turun. Itu merupakan jawaban isi hati Sintia bahwa suaminya hanya menghabiskan dengannya sampai disini di depan rumah. Tapi Sintia tak menyerah, Sintia akan mengajak suaminya makan malam dengan rendang kesukaannya.
"Abang" panggil sintia.
Belum terjawab tiba-tiba seseorang memanggil Aditia.
"Abang, kemana saja tak ada kabar" suara Fika dari depan Sintia.
Aditia langsung tersenyum bahagia melihat Fika datang, sepertinya rindunya pada Fika seharian terobati.
Fika pun langsung berlari menyebrang jalan melihat senyum suaminya di sana.
Tiba-tiba
"Braaaak"
👉Mohon kritik dan saran, saya masih belajar. Sangat memerlukan suport dan komentar demi petbaikan selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta,Wanita Tak Sempurna
RomanceKeinginan Aditia Lubis untuk memiliki generasi penerus melibatkan dia pada pernikahan poligami. Meski dia sudah yakin dari awal tak akan mampu bersifat adil. Namun, Sintia istri pertamanya menolak untuk diceraikan dan memilih poligami dengan alasan...