Pengakuan

838 49 0
                                    

Semakin hari keakrabanku dengan Cemara semakin lengket kembali. Hampir setiap hari kami saling bertukar cerita. Kadang tentang pekerjaanku kadang pula tentang kehidupannya. Tak jarang puka kami  sengaja mengatur waktu untuk sekedar makan bersama.

Cemara juga suka sekali bertandang ke rumahku di tengah kepadatan jadwal kuliahnya. Orang tuaku juga mengenalnya, ya karna dia dari saat kami masih satu sekolah dia temanku yang paling sering main ke rumah.

Di siang yang panas ini, aku tidak melakukan pekerjaan berat di rumah. Tidak ada agenda penting juga hari ini. Aku ingin mengistirahatkan badan dan juga pikiranku. Kuselonjorkan kakiku di kursi ruang tamu sembari mendengarkan musik dari hp. Sesekali mataku terpejam tapi indra pendengaranku masih jelas mendengar setiap alunan musik.

Ditengah lagu yang terputar hpku bergetar. Ada notif pesan masuk  dari Cemara.

Cemara : "Mia, ntar habis km kerja kta jalan yuk".

Aku :"aku gak kerja , Ra. Aku di rumah".

Cemara :"Ok. Klo gtu ak ketempatmu skrg. Jgn kmna- mana".

Aku :"Ok."

Cemara :" otw".

Hari ini aku memang sengaja mengambil cuti, ya karna aku benar-benar ingin merefres semangatku yang lagi tak semangat. Eh tiba-tiba Cemara ngabarin mau ke rumah lumayan dapat teman buat sharing.

Hanya dalam beberapa menit saja suara motor Cemara sudah terdengar di halaman rumahku yang jauh dari kata luas ini. Dengan mengenakan kaos oblong lengan pendek, celana jeans , dan membiarkan rambut panjangnya terurai Cemara langsung masuk tanpa permisi begitu melihatku ada di ruang tamu.

"Ini makan!".

Cemara  menyerahkan satu kantong plastik keripik singkong yang rasanya manis padaku. Setiap Cemara ke rumah biasanya memang dia akan memberiku buah tangan. Ada yang buatannya sendiri kadang pula dia sengaja membelikannya untukku. Baikkan banget kan  Cemara?? Kalo pas lagi baik gini tapi...

Aku juga sudah menyiapkan dua gelas minuman dingin yang kuletakkan di meja. Satu untuknya dan yang satu tentunya untukku.

Kami berbincang, bercanda, tertawa dan ada perdebatan kecil juga. Memang tak lengkap rasanya kalo kami ngobrol tanpa ada perdebatan. Tapi kami tetaplah teman. Dan tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk menjadi jarak.

Hening sejenak. Aku dan Cemara asyik dengan dunia masing-masing. Sibuk dengan hp ditangan. Kulirik Cemara. Dia sedang membalas pesan chatt. Sementara aku sedang membuka galeri hpku. Aku ingin menunjukkan sesuatu padanya.

Mungkin karna aku yang terlalu fokus melihat ke layar ponsel sampai kaget saat menyadari Cemara mengintip isi galeriku. Tapi aku sangat yakin dia belum melihat semuanya. Buktinya sikapnya biasa saja.

"Lihat dong... pinjem hpnya...".

Aku mengijinkannya melihat seluruh isi galeriku. Tapi Cemara masih belum menyadari sesuatu. Dia justru heboh saat mendapati isi galeriku terdapat foto aktor kesukaanku. Dimas Anggara dengan berbagai gaya dan penampilan yang tak lepas dari tato dan ketampanannya. Bukan itu yang ingin aku perlihatkan, tapi Cemara sudah mengembalikan hpnya padaku. Jadi... ya aku yang harus menunjukkannya langsung.

"Ra, coba lihat deh gantengkan? Chubby ya dia?" Kataku sembari meletakkan hpku di depannya.

"Hah ???!!!! Kamu ngapain save foto-foto ni orang?? Ganteng dari mana coba? Orang nyebelin key gitu".

Komentar pertama saat Cemara melihat foto Zena. Tujuan awalku menunjukkan foto Zena padanya aku ingin mendapatkan info tentang Zena dari Cemara. Hati kecilku mengatakan Cemara tahu banyak perihal Zena.

Cemara justru menggodaku dan mendesakku untuk mengakui kekagumanku pada Zena yang diartikan lain oleh Cemara.

"Mia, jujur saja sama aku... kamu suka kan sama Zen.. hayo ngaku...".

Aku tersenyum malu. Entah mengapa mendengar nama Zena saja sudah membuatku bahagia. Rasanya aku ingin tersenyum terus menerus mendengar namanya.

"Ngaku aja... kamu suka kan sama dia?? Klo gak ngapain kamu simpen foto-fotonya. Mana banyak banget lagi".

"Suka gak, Mia...". Godanya tanpa memberiku kesempatan untuk mencari alasan yang masuk logika.

Harusnya aku yang mendesakknya buat berkata jujur tapi yang terjadi malah sebaliknya. Aku yang terdesak.

"Suka kan sama Zena...".

"Ya... suka se...". Jawaban itu lolos begitu saja keluar dari mulutku.

"Akhirnya ngaku juga.".

"Ya... aku suka sama dia. Dia kan baik, ramah, asik, nyambung diajak ngobrol. Gitu aja" .

"Cinta juga  kan sama dia?".

Cinta??? Apa iya aku mencintai Zena?? Aku saja tidak yakin dengan perasaanku. Tapi aku rasa aku tidak mencintainya. Ya hanya sebatas kekaguman saja.

"Kalo suka... ok jujur, aku menyukai Zena... ya karna alasan tadi... tapi kalo cinta  kayaknya gak deh Ra...."

"Yakin?".

"Ya... yakin se...".  Jawabku ragu. Mencoba meyakinkan Cemara sementara aku sendiri tidak yakin.

Obrolan kami melebar kemana-mana. Aku yang berusaha memancingnya menceritakan  hubungannya dengan Zena menurut kecuriganku justru gagal.

Cemara malah menunjukkanku foto kekasihnya yang sekarang.
Dia menceritakan bagaimana  kekasihnya menyatakan cinta padanya dengan sangat romantis.  sampai harus menjalani hubungan jarak jauh.

Aku membayangakan apa yang Cemara katakan. Ditembak laki-laki tampan di malam hari di warung makan pinggir jalan. Memang tempatnya sederhana tapi perlakuannya yang membuatnya jadi istimewa.

Satu piring nasi goreng dan satu piring kosong yang diatasnya ada gambar berbentuk hati terbuat dari saos cabai. Trus katanya lagi...

"Ini hati aku buat kamu. Aku menyukaimu. Walau aku tahu sekarang hatimu masih ada orang lain yang nempatin tapi aku percaya, suatu saat nanti kamu bisa kasi hati kamu buat aku. Kita jalanin dulu aja. Aku gak memintamu untuk mencintaiku saat ini. Tapi aku akan membuatmu sangat mencintaiku".
Inti kalimatnya seperti itulah.

Menurutku itu  romantis. Bisa bikin luluh..  aku pun pasti bisa luluh dibuatnya jika aku yang ada diposisinya Cemara saat itu.

Salut aku sama kekasihnya Cemara. Gentle. Dia berani nembak cewek sementara dia tahu kalo ceweknya masih punya perasaan sama cowok lain. Kepercayadiriannya patut diacungi jempol. Good job bro.

Kami sangat menikmati perbincangan ini.

Matahari sudah mulai menggulung sinarnya. Cemara pun berpamitan hendak pulang.

Jam terus berjalan sesuai waktunya. Detik satu meninggalkan detik lainnya. Waktu terus berjalan dan berlalu. Hingga malam pun tiba dan menjadi semakin larut.

Aku tertidur  sangat nyenyak. Sampai tidak menyadari ada pesan dari Cemara. Aku baru membacanya keesokan harinya setelah bangun tidur. Yang pertama aku lihat adalah kapan Cemara mengirim pesannya.

Dilayar tertera pukul 00 : 25. Gila !!!! Ini dini hari. Kurang kerjaan kali ya jam segini ngirim pesan yang panjang key gini.

Yang lebih membuatku kaget lagi bukan hanya jamnya. Tapi isi pesannya.

"Ra, sebelumnya jangan marah ya.. aku mau bilang jujur sama kamu. Kalo sebenarnya Zena itu mantan pacarku. Tapi itu dulu . Sudah empat tahun lalu. Makanya aku tahu banyak tentang dia. Aku dan Zena sudah lama sekali gak ketemu. Dan pertama kali ketemu lagi  ya pas aku ketemu sama kamu, terus kita ngobrol waktu itu".

Deg. Aku hanya membaca pesannya. Memikirkan pesan balasan apa yang bisa kukatakan pada Cemara.

Kecurigaanku benar terbukti sekarang. Lalu kebenaran apa lagi yang Cemara sembunyikan dariku. Padahal aku sudah cerita banyak perasaanku tentang Zena padanya.

Aku sangat membenci kebohongan. Semanis apapun kebohongan tetap saja endingnya akan terasa pahit juga. Lebih baik merasakan pahitnya kejujuran diawal dari pada menelan manisnya kebohongan.

-------------

Ajak Aku Ke Surga BersamamuWhere stories live. Discover now