第一

479 76 78
                                    

Change your background to black.

re-edited, 29/11/19

re-edited 30/05/20

•••

BIZARRE

Gerimis membungkus halaman sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerimis membungkus halaman sekolah. Langit mendung. Gumpalan awan hitam seakan bosan beranjak di atas sana. Satu-dua tetes air mengenai jendela kelas lalu terbawa angin. Udara terasa lembap dan dingin.

Bell sekolah sedari tadi berdering keras menandakan pelajaran pertama dimulai. Kelas yang riuh mereda dan diselimuti oleh dinginnya angin pagi setelah langkah kaki guru memasuki kelas.

"Selamat pagi semua, hari ini kita belajar-"

Ucapan guru dipotong oleh suara pintu kelas yang didorong dengan buru-buru, seperti seseorang sedang dikejar oleh sesuatu.

"Maaf bu saya telat! Saya tidak akan telat lagi!" Seorang perempuan memasuki kelas dengan seragam yang basah akibat hujan diluar, deru nafasnya yang tak beraturan menggema di dalam kelas sunyi.

Beberapa dari mereka yang melihatnya dalam keadaan basah menertawainya dalam diam. Ia terlihat begitu menyedihkan.

Guru itu menatap malas perempuan yang dihadapannya membungkuk, ia menggeleng kepalanya pelan dengan ekspresi kesal.

"Telat lagi ya, nona Kieun, cepat duduk sana"

Kieun berlari kecil menuju mejanya, ia  terlalu fokus untuk cepat-cepat duduk di bangkunya sampai tidak sadar seseorang menjulur kakinya dengan sengaja. Kieun yang berlari terjatuh dilantai, membuat roknya sedikit terangkat, menampakkan dalamannya yang membuat seisi kelas tertawa. Wajahnya merah padam karena malu, matanya menahan bulir-bulir yang sedetik-dua detik nyaris keluar.

Kieun dengan cepat berdiri, menarik roknya agar tidak menampakan dalamannya dan berjalan pelan menuju bangkunya dengan kepala tertunduk. Ia terduduk lemas di kursinya, melirik samar ejekan yang dicoret di mejanya sebelum menatap kosong jendela kelas yang dipenuhi rintik-rintik hujan.

How pathetic she is.

Kata demi kata dikeluarkan oleh sang guru sampai bel istirahat berdering keras, mengundang sorak seisi kelas.

Satu per satu murid mulai keluar menyisakan Kieun yang tertidur pulas diatas mejanya. Ia bermimpi menjadi populer, disayangi banyak orang, dan cantik. Sayang banyak sekali yang menganggapnya aneh, jalang, and just creepy.

Kieun yang disebut jalang itu hanya sering di gossipkan. Gelar jalangnya muncul saat tahun pertama, tengah malam sepupunya mengunjunginya. Seorang siswa melihat itu dan menyebarkannya di sekolah, memutari cerita itu menjadi sesuatu yang sama sekali tidak betul.

Namun, jika Kieun aneh... itu bisa dikatakan setengah betul. Kieun suka menyendiri dan berbisik sendiri pada dirinya setiap hari. Iya, ia sangat aneh jika harus jujur. Tapi ia baik,  walaupun Kieun sangat canggung berada di dekat orang lain.

"Aduh, kebelet.." Kieun yang baru saja bangun dari tidur pendeknya berlari kecil menuju kamar mandi perempuan.

Kieun dengan buru memasuki salah satu bilik toilet dan menguncinya rapat, memastikan tidak ada yang bisa membuka pintunya tiba-tiba seperti pengamalannya dulu.

Langkah derap terdengar memasuki toilet yang tak berpenghuni, suara desis-desis dan gumam-gumam tak jelas terdengar.

"Hei, liat Kieun nggak tadi pagi? Anjir udah sma masih pake dalaman hello kitty! Sumpah ngakak banget, rugi banget kamu tadi ke toilet" Suara familiar terdengar jelas di indra pendengaran Kieun.

'e-eh? Heejin? Bukannya dia baik sama aku..?'

"Iya aku liat tadi pagi! Kasian banget Kieun jadi bahan candaan pagi ini, tapi emang pantas buat jalang"

"Betul? Yah sayang banget aku nggak liat, padahal bisa aku rekam lalu sebar! Pasti viral"

'Nancy.. Dan siyeon? '

"Aku rekam kok, nih liat" Suara Heejin kembali memenuhi kamar mandi. Suara tawa menggema di toilet, membuat Kieun menunduk malu di dalam bilik toilet.

Kieun tak bisa diam mendengar beberapa orang yang ia kira baik berbicara buruk tentangnya, kedua tangannya terkepal sampai bekas kukunya meninggalkan luka.

"H-heejin? Siyeon...?" Kieun berkata, tak lebih dari sebuah bisikan, kakinya mulai tak sadar melangkah keluar dari bilik itu, menggenggam erat lengan Siyeon yang menggengam handphone nya.

"...A-aku pikir kalian baik! Ternyata sama kayak semuanya, aku udah mulai percaya sama kalian tapi rupanya kalian cuman berpura-pura didepan aku.." Kieun lontar, tak bisa menahan kedua air matanya yang mulai jatuh, tangan kanannya berusaha menampar Heejin.

Heejin yang awalnya terkejut melihat seseorang tiba-tiba menamparnya tersenyum. Matanya terlihat menatap sinis kepada Kieun.

"aduh Kieun! Maaf aku nggak tau kamu disana! Aku pikir kamu lagi main sama cowok, cause' you're a bitch"

Mata Kieun ditutupi oleh kabut amarah. Tangannya mengepal kuat meninggalkan luka di telapak tangan akibat kukunya. Kieun dengan cepat bergegas keluar dengan air mata yang mulai berjatuhan. Ini hari yang terburuk minggu ini. Ia merasa muak dengan sekolah yang sekarang sedang ia melangkah diatas. Kieun bertekad untuk membolos sekolah hari ini, tidak ada yang bakal peduli pun jika ia tidak datang.

Sebelum bel masuk berbunyi, Kieun berlari mengambil tas yang ditinggal di kursinya, memakainya dan berlari keluar dari sekolah. Hari ini sangat menjijikan, ia bertemu dengan tiga mayat hidup busuk berjalan.

'Rupanya masih hujan..' gumam Kieun dalam hati, suasana hatinya gelap dan sendu.

Kieun berlari ke belakang sekolah, berharap satpam tidak melihatnya saat memanjat pagar sekolah.

'yes! Berhasil!'

Kieun tersenyum kecil sebelum berjalan pelan di samping jalan yang dipenuhi kendaraan. Beresiko, tapi yang penting ia sampai dirumah.

Kaki Kieun berhenti sejenak, hendak menyebrang jalan. Jalan terlihat  ramai dengan kendaraan hari ini. Tanpa melihat sekeliling, Kieun berlari agar cepat sampai.

Tapi, sepertinya ia tidak berhati-hati. Mobil hitam melaju cepat mengklakson berkali-kali tetapi tidak terdengar oleh Kieun. Badan Kieun terpental oleh mobil yang melaju. Darah merah pekat nan segar mengalir dari tubuh Kieun memenuhi tengah-tengah jalan. Wajahnya mulai memucat, menghilang warnanya perlahan. Badannya mulai mendingin, mendingin sedingin beribu es batu. Kenyataan bahwa, Kieun meninggal hari ini.

Orang-orang mulai mengerumuni badan Kieun yang dilumuri darah. Ia tidak sadar bahwa, hari ini adalah hari terburuknya dalam kehidupannya yang berumur 18 tahun.

'Panggil ambulans! Cepat!'

Terdengar teriakan samar disela kebisingan yang memenuhi telinganya. Matanya mencoba membuka tetapi hasilnya nihil. Badannya sudah terlalu lemah, dan sekarang, semuanya sudah gelap. Suara riuh menghilang, digantikan oleh bisu.

Kieun telah meninggal dalam lebatnya hujan. Namun Kieun sudah tiada sejak dulu kala. Hanya, tidak ada yang menyadarinya.

•••

Saat gue bilang alurnya berubah sedikit, itu bohong hehe :) semuanya berubah




BIZARRE.   hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang