22 [Ritual]

1.7K 208 15
                                    


Pangeran terbangun dari tidur nya, rasa pusing menjalar di bagian belakang kepala nya. Teringat sebelum ia tidak sadarkan diri Aglaia memukul nya. Apa alasan Aglaia? Begitu pikir nya. Ia lihat keadaan nya yang terikat tangan dan kaki nya. Diri nya di kurung di tempat sesak nan lembab. Dan satu hal yang pangeran ambil dari kesimpulan mengenai keadaan nya yakni Aglaia yang menghianati nya dan tidak tulus atas semua yang di katakan nya. Air mata pangeran menetes, ia memang tahu benar bahwa ia pasti akan segera mati, namun pangeran masih belum mau itu terjadi, dia sangat takut, sebelum mati dia hanya ingin bertemu dengan ibunda tercinta yang masih belum di ketahui apa masih hidup atau tidak, dia juga ingin memberitahukan pada ibunda nya mengenai kakak nya pangeran Abgil yang lebih dulu meninggalkan nya. Ia hanya belum siap, kata nya mati itu sakit.

"Kenapa kakak setega itu pada ku?"

*

Aglaia duduk termenung sambil melipat kakinya di pinggiran sungai. Otak nya tengah berkecamuk. Memikirkan nasib sang adik yang berada diambang kematian.

"Mungkin ini satu-satunya yang bisa kau lakukan untuk menebus kematian sahabat ku pangeran, maafkan aku." tak sadar air mata nya mengalir. Meluapkan segala rasa dibalik liquid bening yang mengalir dipipi nya.

"Aglaia pindahkan tubuh pangeran ke meja bundar karena ritual akan segera dimulai!" titah Ellea dan Aglaia mengangguk saja. Dia kemudian berjalan menuju ke tempat pangeran, setiap langkah berat bagi nya. Dirinya lah yang bertugas mengantarkan kematian bagi sang pangeran yang seharusnya ia jaga.

Hingga sampailah dia di kurungan kayu tempat pangeran yang tengah meringkuk disana. Sakit, benar-benar sakit yang dirasakan Aglaia, apalagi saat manik sekelam jelaga itu menatap nya, Aglaia tau pangeran tengah menuntut penjelasan pada nya. Mengenai semua perbuatan jauhnya hingga sampai dititik terparah.

Aglaia lebih memilih mengalihkan arah pandangan nya. Dia masuk dan menyentuh tubuh pangeran, membawa nya ke tempat yang diperintahkan. Pangeran terdiam, tak berniat melawan sedikitpun, karena dia cukup mengerti apa yang akan dilakukan kakaknya. Mata pangeran berkaca-kaca, dia menahan diri agar tak menangis, mencoba tetap tenang saat Aglaia dengan tega nya menempatkan nya di meja bundar seukuran tubuh nya. Bisa dilihat disekeliling nya berbagai peralatan tajam mulai dari pisau, pedang, dll.

Dia akan mati.

Dan semua rencana Aglaia.

Mungkin kematian nya adalah harapan semua orang.

Jujur saja pangeran takut, apalagi saat Aglaia memilih meninggalkan nya pergi hingga tubuh nya diambil alih oleh beberapa peri elder. Tangan, kaki nya diikat menggunakan tali tambang. sedangkan mata nya terpaksa ia pejamkan saat sebuah kain hitam diikatkan dikepala nya.

Pangeran saat ini benar-benar tak berdaya sedikitpun. Apalagi saat para elf elder itu memulai ritual nya dengan bersorak-sorai disela-sela kegiatan nya menyalakan obor pertanda ritual akan dimulai. Aglaia yang memandangi dari kejauhan benar-benar tak kuat. Air mata nya tak terbendung. Apalagi saat pemimpin elder Raja Legolas mulai memainkan pisau nya. Menggores sedikit permukaan kulit tangan pangeran untuk diambil nya darah berharga itu sebelum crystal heart selanjutnya.

**

Suara derap langkah kuda berpacu saling mempercepat diri menuju ke lokasi tempat berlangsung nya ritual. Sebelum semua nya terlambat. Beberapa saat yang lalu penyihir putih itu memberitahukan rombongan elf itu bahwa ia melihat pangeran pergi bersama Aglaia ke perkemahan elf didekat istana Rivendell. Sebelumnya Elder memisahkan diri untuk bekerja sama bersama kerajaan Utara  berserta para Orc karena dikhawatirkan mereka akan mendapatkan batu kristal lebih mudah. Maka dengan segala siasat mereka memustuskan untuk mencari secara sendiri tanpa membuat mereka salah paham hingga memusuhi para elf elder. Disini peran Ellea sangat penting karena dia cukup cakap berbicara hingga mampu meyakinkan kerajaan Utara dan pasukan orc.

Berkali-kali Taria mengeram kesal, dia menangis ditengah perjalanan nya yang panjang, begitupun dengan yang lainnya yang terus memanjatkan doa pada dewa agar diberi kesempatan untuk menyelamatkan sang pangeran. Pangeran mereka yang begitu berharga dari batu kristal yang ada ditubuh nya.

"Semoga dia baik-baik saja, tunggu kami pangeran, kami akan menyelamatkan mu."

Tanpa mereka sadari bahwa usaha mereka yang begitu besar sia-sia. Kata nya usaha tidak akan menghianati hasil namun menurut mereka semua itu tidak tepat, nyatanya banyak usaha mereka yang sia-sia belaka.

Mereka terlambat dan kalah telak kala pemimpin elder itu membuka baju atas pangeran. Menyobek lapisan kulit perut pangeran. Jerit pilu tak bisa dielakkan. Darah langsung saja merembes mengalir ke bawah, membasahi meja bundar yang sebelumnya bersih. Mata pangeran perlahan tertutup seiring dengan terbuka lebarnya rongga perut nya. Sakit sekali rasanya. Pangeran menangis tak bisa menjerit. Hanya perih teramat sangat di bagian perutnya. Hingga pangeran menghembuskan nafas panjang terakhirnya dihadapan para elf elder yang bersorak kegirangan karena mereka akan mendapatkan apa yang mereka cari selama ini.

Tangan Raja Legolas masuk ke perut pangeran, mengoyak nya untuk mencari sebongkah hati yang terbentuk dari kristal. Hingga keluarlah tangan itu dengan mengenggam batu merah yang tak lain tak bukan adalah Crystal heart itu sendiri. Seketika Guntur berbunyi, air dilangit meluruh seakan-akan ikut menangis atas kematian sang pangeran. Mereka mulai mengemasi diri meninggalkan mayat kaku itu di bawah hujan deras. Darah segar itu mengalir, menyatu dengan hujan. Mengantarkan pangeran ke tempat yang lebih baik untuk bertemu dengan ayah dan kakak nya. Tempat indah untuk nya, melupakan segala kesakitannya di Middle earth yang kejam.

Perut itu tetap terbuka menampilkan segala organ yang ada didalam nya. Aglaia tidak ikut pergi, dia menangis histeris. Berlari ditengah deras nya hujan. Mencoba menggapai pangeran walau terlalu sakit bagi nya. Mengambil kepala yang tergolek lemah itu untuk ditumpukan ke paha nya. Air mata nya meluruh melihat keadaan mengenaskan pangeran. Kenapa sakit sekali.

Aglaia memeluk tubuh itu begitu erat tak peduli walau darah akan mengotori tubuh nya. Kali ini dia benar-benar menyesal, semua menyesakkan baginya. Andai dari awal dia tidak melakukan semua itu pasti pangeran masih hidup saat ini.

Aglaia mengalihkan pandangan nya ke arah perut pangeran, luka robek itu begitu dalam, mereka benar-benar tak punya hati.

"Maafkan aku hiks, ini pasti sakit, andai aku lebih berani melawan mereka untuk mu, andai aku tidak menghianati mu hiks kau tidak akan tersiksa seperti ini." ucap nya ditengah isakan.

Ia mengecup dahi pangeran lembut untuk terakhir kalinya.

"Selamat tinggal pangeran"

Crystal HeartWhere stories live. Discover now