08

32 8 0
                                    

Mereka makan di sebuah kedai, belum sampai pusat kota. Restoran yang biasa saja, tidak mewah, tapi tempatnya nyaman.

Duduk berhadapan di samping jendela. Tempat duduk favorit semua orang. Menunggu pesanan diantar. Jiahn belum pernah kesini sebelumnya. Dia melirik Doyoung, sedangkan Doyoung daritadi sangat tenang memandang keluar jendela, ke jalanan disana.

"Kamu sering makan disini?"

Akhirnya Doyoung tidak lagi memandang keluar begitu pertanyaan keluar dari mulut Jiahn. "Nggak juga. Kalau bahan makanan diapartemen ada, untuk apa aku kesini."

"Aku mau jujur nih ... "

"Tentang?"

"Awalnya kukira kamu itu ketus dan cuek."

Doyoung mengangguk-angguk. "Kalau memang benar, bagaimana?"

"Nggak mungkin, kamu sekarang mengajakku makan, berarti kamu peduli, kan?"

Doyoung hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Ia mengedarkan pandangan, menghindari mata Jiahn. Entah kenapa sedikit malu dengan apa yang Jiahn bilang barusan.

"Begini, akan sangat jahat kalau aku tadi meninggalkanmu sendirian yang terkunci diluar," jelas Doyoung, padahal itu hanya sangkalan.

Jiahn mengibas-ngibas tangannya dengan senyum remeh. "Pokoknya makasih. Kalau udah gajian, aku lagi yang traktir."

"Bagus."

Kedua tangan Jiahn kini menepuk meja. "Oke, sekarang, ganti topik obrolan."

Doyoung tersenyum tipis, "Ganti jadi apa?"

"Nggak tahu nih, kamu juga pikir dong."

"Kalau aku nggak mau?" tanya Doyoung, sedikit jahil.

Jiahn mengangkat dagunya seolah menantang. "Yaudah, kita nggak ngomong."

"Jangan, nanti bosan."

"Nggak apa-apa bosan, asalkan jangan jadiin bosan sebagai alasan untuk mengakhiri sebuah hubungan."

Doyoung sedikit tertegun mendengarnya. Apakah Jiahn curhat?
"Memang siapa yang mengakhiri siapa?" tanya Doyoung, tadi mereka sempat terdiam saat pelayan mengantarkan minuman mereka.

Jiahn menyedot minumannya dulu, "Bukan siapa-siapa. Aku sering lihat sih, temanku atau bahkan pada drama yang aku tonton. Mereka saling meninggalkan sebuah hubungan hanya karena rasa bosan."

"Kebanyakan nonton drama nanti hidup kamu banyak drama," lanjut Doyoung, mengaduk minumannya dengan sedotan.

"Nggak apa-apa, siapa tahu aku bisa jadi aktris, nanti kamu jadi aktornya."

Obrolan itu diakhiri dengan masing-masing dari mereka tertawa pelan.

.

.

Mereka sudah pulang dan sampai di gedung apartemen. Doyoung tidak langsung masuk ke unitnya, ia berdiri dulu di belakang Jiahn untuk memastikan apakah Jiahn sudah bisa masuk.

Saat ditekannya password, pintu terbuka. Jiahn bernapas lega, lalu berbalik menghadap Doyoung. "Aku sudah bisa masuk."

Diam, Jiahn diam menunggu Doyoung bicara, lelaki itu mengangguk perlahan, "Bagus."

"Thanks ya untuk makanannya."

Doyoung tersenyum dan mengangguk lagi, tidak menjawab.

"Lain kali, kita bisa makan bersama lagi kan," lanjut Jiahn.

Doyoung mengehela napas, lalu berbalik, berjalan menuju unitnya nomor 27, "Oke, sampai jumpa, malam yang menyenangkan," tangannya melambai ke atas, sebelum benar-benar masuk ke unitnya.

Neighbor || Doyoung NCT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang