9

1.3K 98 1
                                    

Langit berjalan menuju kontrakan. Dan ia menyesal.

Secara tiba-tiba ia teringat dengan Endah ketika bersama Silfin, dan memori buruk itu memicu kemarahan yang tak terkendali. Kemarahan yang sama besarnya seperti 4 tahun yang lalu.

Hanya saja kali ini Langit meluapkannya. 

Kukira aku sudah sembuh, ternyata belum, pikir Langit.

Padahal ia ingin memberi kenangan indah kepada Silfin sebelum ia menyatakan putus. Dan ia sudah belajar banyak hal tentang cara menyenangkan hati seorang gadis. Tapi sekarang semua sia-sia.

Silfin gadis menyenangkan, tapi Langit tidak nyaman jika status mereka pacaran. Dan diantara perasaan menyesal yang menyerang, Langit juga puas karena secara tidak sengaja mengatakan putus. 

Sekarang gadis itu pasti tidak mau berhubungan denganku lagi, Langit tersenyum.

Langit yang baru sampai di depan kontrakan sayup-sayup mendengar genjrengan gitar. Dan benar saja, di ruang tamu Abdul duduk di lantai sambil memegang gitar. Melihat Langit membuka pintu, Abdul segera menghentikan permainannya,

“Cepat sekali kau kembali. Apa semua baik-baik saja?”

“Tidak. Aku memarahinya dan meninggalkannya. Dan kulihat dia menangis.” Langit duduk di sebelah Abdul.

Abdul menaruh gitarnya,

“Mengapa kau melakukannya?”

“Entahlah… Tadi sekilas aku merasa dipermainkan. Meskipun aku tidak mencintainya, setidaknya ia tidak berhubungan dengan pria lain saat status kita masih pacaran. Aku tadi mungkin salah. Silfin tidak bersalah. Hanya saja aku teringat pengalaman burukku di masa lalu ha ha ha……” Langit mengatakannya dengan tenang dan merasakan kebebasannya sebagai jomlo lagi.

“Apakah Silfin baik-baik saja?” Kali ini Abdul tampak khawatir. Langit menatap sahabatnya tersebut

“Tidak. Dia menangis. Setidaknya sekarang aku sangat buruk di matanya. Dan ia tidak akan mengangguku lagi.”

“Hmm…. Katakan yang sebenarnya saja” Abdul berkata tegas sambil tersenyum.

“Baiklah… tadi aku menyesal memarahinya dan kasihan dengan kondisinya. Tetapi tiba-tiba kulihat ada lelaki lain yang menolongnya. Teman Silfin lebih tepatnya. Dan aku harus berterima kasih kepada lelaki itu karena dia pasti mau mengantar Silfin pergi ke dokter”

Abdul manggut-manggut.

“Entahlah mengapa gadis itu menyukaimu. Tapi apapun alasanmu, tindakanmu yang kasar pasti menyakitinya. Dan Tuhan bisa marah kepadamu karena kau mendholimi orang lain” Abdul tidak tersenyum kali ini.

“Kau benar. Aku harus minta maaf secepatnya” Langit berkata dan berdiri dari duduknya.

“Apakah kau yakin Silfin sudah kembali ke kostnya?”

“Bukan kepada Silfin. Tapi kepada Tuhan dulu.” Kata Langit sambil masuk ke dalam.

Abdul yang baru sadar dengan perkataan Langit tertawa-tawa sendirian. Tak berapa lama kemudian Abdul mendengar suara air dari kamar mandi.

Abdul tahu bahwa langit sedang berwudhu dan hal itu yang membuatnya menyukai Langit karena kadang-kadang Langit bisa menciptakan lelucon yang cerdas.











***************








Pukul 02:15 Mirna dan Dewi kembali ke kost-an. Mereka langsung menuju kamar no.05. Setelah mengetuk pintu dan memanggil-manggil, akhirnya Silfin membuka pintu. Dan kali ini wajah Silfin sudah tampak lebih baik dibanding tadi pagi.

“Bagaimana? Siapa yang mengantarmu berobat?” Mirna langsung berbicara segera setelah pintu terbuka.

Silfin masuk ke dalam kamar. Kedua temannya mengekor di belakangnya, “Awan yang mengantarku”

“Lalu bagaimana dengan Langit?” sahut Mirna. Silfin menghela nafas panjang dan berkata,

“Tadi Kak Langit datang dan mengantarku. Tapi di tengah perjalanan kami bertemu dengan Awan. Dan sepertinya Kak Langit cemburu dan marah-marah. Dan ia bilang putus. Akhirnya Awan yang mengantarkanku.”

“Menurutku Langit itu tidak akan pernah menyukaimu. Mengapa kau bersikeras ingin pacaran dengannya?” kali ini Dewi yang tampak keheranan.

“Aku mencintainya. Itu saja ha ha ha…”kata Silfin berusaha tampak tegar.

“Bukankah Langit bilang sudah putus? Lalu kau mau apa lagi”
Dewi lebih penasaran dari sebelumnya.

“Tidak apa-apa. Mungkin ia tadi marah karena tidak terbiasa saja. Lagipula ini pertama kalinya Kak Langit pacaran. Begitu pula denganku. Nanti aku akan menemuinya dan minta maaf jika aku melakukan kesalahan.” Silfin ragu-ragu dengan ucapannya sendiri.

“Lalu bagaimana dengan Awan? Sepertinya dia menyukaimu?” Mirna berbicara lagi.

“Dia bahkan sudah melamarku ha ha ha…. dan aku menolaknya”

Dewi dan Mirna saling berpandangan tampak keheranan. Silfin yang mengetahui gelagat kedua temannya kemudian memberi penjelasan,

“Jangan bingung. Awan adalah lelaki ke-3 yang mengatakan ingin melamarku sejak aku lulus SMA. Aku tidak menyukainya, jadi kutolak. Lagipula aku tidak ingin menikah muda. Aku ingin bersenang-senang dulu.”

“Kau seperti monster. Bisa-Bisa banyak lelaki yang patah hati karenamu ha ha ha…..”
Dewi tertawa sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

“Benar…. Kurasa kau kena karma karena banyak membuat lelaki patah hati. Dan Tuhan membuatmu jatuh cinta pada lelaki seperti Langit sebagai hukuman”
Mirna menimpali ucapan Dewi.

“Bukan seperti itu. Memang apa yang bisa kulakukan? Aku tidak menyukai lelaki-lelaki tersebut. Lagipula aku tidak memberi harapan apapun dan langsung mengatakan tidak. Juga tidak mempermainkan mereka.” Silfin membela diri.

“Mungkin kau harus memakai jilbab agar korban tidak berjatuhan ha ha ha…..”Mirna tidak mau kalah.

Kemudian Dewi membuka pesan yang masuk di smartphone barunya. Membisikkan sesuatu kepada Mirna, dan menatap Silfin,

“Maaf nih kami harus pergi lagi. Ada tugas kelompok di mata kuliah tadi. Kami pulang sejenak untuk memastikan kau baik-baik saja. Sekarang teman-teman sudah berkumpul untuk membahas tugas tadi.”

“Iya…. Pergilah. Lagipula demamku sudah turun setelah minum obat.”

Setelah berpamitan, Mirna dan Dewi pun meninggalkan kamar Silfin. Tapi ucapan terakhir Mirna benar-benar jenius. 

Aku akan mempertimbangkannya, pikir Silfin.

Tbc

Pria Bernama Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang