4. Sebuah masalah.

14.6K 861 33
                                    

Setelah mengemasi beberapa barangnya, Rose pun berpamitan kepada Chanyeol dan Wendy. Sebenarnya ada rasa tidak ikhlas ketika melepaskan Rose kepada Jimin, mengingat perlakuan keji Jimin beberapa waktu lalu.

"Kau amnesia?" Tanya Jimin kepada Rose ketika dia masuk ke mobil.

"Mana bisa, Park Jimin.." kata Rose menoleh dan tersenyum sinis.

"Kau berbohong?" Kata Jimin terkejut.

"Halo. Sudah lama tidak bertemu. Bagaimana keadaan rumah? Bagaimana dengan keadaan Seulgi? Apakah dia mempunyai anak..?" Tanya Rose sedikit mengejek.

"Kau tidak perlu tau." Kata Jimin.

"Angkuhnya dirimu."

"Bisa kau diam sedikit?"

"Hahaha, maaf maaf."

Keduanya sampai dirumah Jimin. Rose turun lebih dulu. Ia masuk dan menemukan pawangnya Jimin sedang duduk manis didepan tv.

"I'm back."

Suara Rose membuat pawangnya Jimin menoleh.

"Kok lo?"

"Kenapa? Kaget ya?"

"Jim——"

"Entahlah, aku pusing."

"Enak banget ya hidup disini, cuma numpang doang kayak benalu. Gak masak, gak bersih-bersih, bungkus jajan kececeran dimana-mana. WOAH, enak banget!"
Sindir Rose.

Plakk!

Rose ditampar oleh Seulgi.

"Wih, nampar! Minta di balas, mbak?"

"Lo kenapa harus kembali sih?! Kenapa lo nggak mati aja! Biar gue bisa hidup sama Jimin. Yang benalu disini itu lo, bukan gue."

"Tapi Tuhan berkehendak loh. Kalau mau ya salahin Tuhannya, jangan saya. Saya kan cuma pemerannya."

"Gak ada sopan santun banget sih!"

"Ngomongin diri sendiri ya?"

Plakk!

Tertampar kembali.

Kesabaran Rose sudah benar-benar habis. Dia sedikit berlari saat menuju ke Seulgi. Mereka saling menjambak, bahkan kericuhan didengar oleh Jimin.

"Bisa diam tidak!?"

Keduanya menoleh.

"Kenapa sih tingkahnya seperti bocah!? Inget umur bisa!"

Rose didorong oleh Seulgi dan membuat punggungnya terbentur.

"Akhh.." Rose mengerang.

"Saya nggak mau bertengkar sih, tapi kalau kamu mau, baiklah aku akan menyetujuinya." Sialan dengan perkataan Rose yang muncul baru saja.

"Sialan kau perusak!"

Plakk

Pipi Rose ditampar bukan main. Ia terjeremban ke sofa. Karena emosi sudah membeludak, Rose balik menamparnya.

"Karena mu, aku hampir kehilangan nyawa. Jika aku tidak pernah jatuh cinta kepada Jimin, aku tidak akan mengalami hal seburuk ini! Aku membenci mu." Ucap Rose lalu mendorong Seulgi dengan keras.

"Kau banyak bicara! Aku membencimu Nona. Jika kau ingin harta dariku, minta dengan baik-baik, jangan ingin menyakitiku. Aku tidak semiskin itu." Ucap Rose lagi.

"Jika Mama Jimin tidak mengenalmu, kau dan Jimin tidak akan pernah bersatu. Jimin milikku, aku tidak akan pernah membaginya!" Sialan, Rose dilempari oleh pasir dari tanaman yang tadi jatuh karena terdorong oleh Seulgi. Dia mendorong Rose hingga tubuhnya hanya berjarak beberapa cm saja.

Plakk

Plakk

Plakk

Tamparan yang diberikan serta makian membuat Rose lemah. Tapi tidak semudah itu, Rose dengan cepat menahan tangan Seulgi yang ingin menjambak rambutnya lalu memutarkan tangannya hingga ia merengek kesakitan.

"Kau sudah menciptakan karyamu di pipiku. Sekarang izinkan aku menciptakan karyaku diseluruh tubuhmu, Nona."

Rose menjambak hingga membuat musuhnya mendongak, menendang kakinya hingga seperti bersujud, lalu terakhir dengan tendangan di punggung. Lawannya kalah telak.

Jimin menyaksikan dengan miris, kekasihnya habis ditangan istrinya. Melihat amarah dari tatapan yang Rose berikan, Jimin mendatangi kekasihnya dan membantunya berdiri.

"Rose?"

Rose menoleh dan menemukan Chanyeol dan Wendy berlari kearahnya.

"Kau tak apa-apa?" Tanya Wendy. Pipi Rose tercipta sebuah lukisan tangan. Dengan cepat Chanyeol berjalan kearah Jimin dan melayangkan 2 tinjuan di pipi kiri dan kanan Jimin. Lalu mengantar Rose ke rumah sakit karena Rose pingsan.

"Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah memaafkanmu." Ucap final Chanyeol lalu menggendong Rose kedalam mobilnya.

Revisi

[1] Last Love | Jirosè. (END.)Where stories live. Discover now