(Bagian Tiga Belas)

1.2K 62 7
                                    

AUTHOR POV

In palestine

Perang belum berhenti, derita Palestina pun makin menjadi. Sejak 2008, Israel dan Palestina telah bertikai di Jalur Gaza dan beberapa bulan terakhir kerusuhan menimbulkan kegelisahan baru. Ledakan bom dan serangan senjata terus hadir di hari-hari kehidupan mereka.

Maria dan Namira masih menjalankan tugasnya sebagai relawan. Mereka melakukannya dengan sepenuh hati.

"Mira, hari ini kita akan kemana?"

"In syaa allah kita akan pergi ke Yerussalem, ada salah satu tentara yang tertembak, aku akan melakukan operasi darurat bersama para relawan yang berasal dari india."

"Apa kamu yakin?"

"Menolong seseorang itu harus dengan keyakinan, sama halnya dengan bersedekah. Sedekahkan lah hartamu, jangan takut kau akan menjadi miskin. Sesungguhnya Allah itu maha kaya."

"Tapi sekarang Yerussalem sedang tidak dalam keadaan aman mira, kamu akan membahayakan nyawamu."

"Aku punya Allah, dan selamanya Allah akan berada di sini." Ucap Namira yakin sambil menunjuk dadanya.

"Baiklah, aku akan ikut bersamamu."

"Eits, kamu hanya boleh ikut jika kamu menjaga calon keponakanku dengan baik."

"Aye aye siap bu dokter."

Keduanya lantas menyiapkan keperluan yang akan dibawa ke Yerussalem. Namira menyiapkan peralatan operasi yang akan di bawa seperti Tangkai Pisau,
Pinset Chirurgi, Pinset Anatomi, Klem Bengkok, Kocher,
Allys, Penster klem, Hak blas, Needle Holder, Gunting jaringan,
Gunting Benang, Duk klem atau Towel Clips, Desinfektan Forcep,
Kom betadin, Nierbekken, Waskom, Slang suction.

Setelah semuanya sudah siap, keduanya lantas menuju Yerussalem menggunakan mobil yang telah disiapkan oleh tentara palestina. Maria sempat sedikit pusing karena semenjak pagi perutnya belum terisi makanan sama sekali. Semenjak mengalami kehamilan trisemester pertama, rasa mual selalu saja ia rasakan.

Maria begitu merindukan Alif. Alif bahkan tidak mengetahui tentang kehamilannya. Maria berfikir, dengan tidak memberi tahu Alif itu akan menjadi salah satu cara untuk Alif bisa segera menikahi Syifa.

"Maria! Hey Maria kamu melamun?" Tanya Namira sedikit khawatir.

"Oh, afwan. Aku hanya sedikit pusing." alibi Maria.

"Are you okay? Ceritalah! Siapa tau itu dapat mengurangi bebanmu?"

"Mira, aku merindukan mas Alif hiks," Maria mulai bercerita.

"Don't cry Maria, plis. Setelah masa relawanku habis, kita akan segera pulang."

"Apa aku harus memisahkan anakku dari ayah kandungnya?"

"No! dia tetap anak kandung dari Alif, dan Alif berhak mengetahuinya."

"Lalu bagaimana dengan Syifa dan putrinya Aisyah?"

"Jangan mengorbankan kebahagiaan diri sendiri hanya untuk melihat kebahagiaan orang lain, oke fine itu memanglah sebuah kebaikan. Lalu bagaimana dengan ajaran yang diajarkan di kitab suci Al-Qur'an yang menyuruh kita untuk tidak menyakiti diri kita sendiri? Dan lihat, apa yang kamu lakukan itu secara tidak langsung melenceng dari ajaranNya." Jelas Namira dengan tenang.

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Lebih baik jelaskan secara baik-baik dengan Alif. Alif termasuk pria yang bijak. Lagi pula Aku yakin Syifa pasti ada niat untuk menghancurkan rumah tangga kalian."

"Astaghfirullah Mira, jangan seudzon dulu. Menurutku Syifa orang yang baik."

"Hello Maria, jangan nilai seseorang itu dengan cuma modal tampang doang."

"Lalu bagaimana cara kamu menilaiku dengan tanpa melihat tampangku?"

"Dengar yah, awal kenal kamu tuh sebenernya aku sudah merasakan aura kebaikan yang muncul dalam diri kamu, tanpa atau dengan melihat tampangmu juga orang bisa menilai kalo kamu itu baik. Cuma pasti tidak sedikit orang menganggapmu seperti teroris, tapi itu yang aku kagumkan dari kamu."

"Yah itu sudah menjadi makanan sehari-hariku. Dianggap teroris tak akan membuatku untuk melepas niqab yang sudah kusumpah ini."

"Sudah enakan?"

"Apanya?"

"Perasaanmu?"

"Alhamdulillah, sedit lebih lega dari sebelumnya."

Keduanya lantas saling menggengam untuk saling menguatkan. Dan sejatinya arti seorang sahabat itu dimana ia mampu hadir bukan hanya disaat kita sedang bahagia. Melainkan ada di saat-saat kita sedang membutuhkan sandaran tempat untuk berkeluh kesah. Karena racun akan perlahan sembuh jika ada penawarnya.

To be continue

Menggapai Surga Bersamamu (ON GOING)Where stories live. Discover now