(Bagian Tujuh belas)

1.4K 58 4
                                    

Tak ada pertemuan yang tak sengaja dalam kehidupan ini. Semua sudah Allah atur sedemikian rupa yang kemudian mereka namai menjadi sebuah takdir

-bihan-

Setelah pembicaraan terakhir dengan Maria kemarin, yang Bihan lakukan hanyalah diam, merenung dan berpikir keras. Ia harus membuktikan sendiri tentang kejadian kecelakaan pesawat itu.

Bihan langsung menuju pesantren untuk mengemas pakaian-pakaiannya. Ia akan pergi ke Malang menemui Alif dan sepupunya Jack.

Ummi Maria yang melihat gerak-gerik mencurigakan Bihan, lantas mengikutinya dari belakang.

"Bihan kamu mau kemana?

"Astaghfirullah, ummi ngagetin bihan saja," ujar bihan sambil mengelus-elus dadanya karena terkejut.

"Maaf, ummi kelepasan tadi, terus ini kenapa kamu mengemas pakaianmu?"

"Eng Anu um, tadi bihan ditelepon bapak, suruh pulang karena ada yang harus bapak omongin."

Bihan terpakaa berbohong. Kalaupun ia jujur, Ummi maria pasti tidak akan mengijinkan ia untuk pergi.

"Emangnya ada masalah apa?"

"Bihan kurang tahu bun, mungkin masalah keluarga."

"Yasudah, kamu hati-hati di jalan, biar pak min saja yah mengantarkanmu."

"Nggak usah um, bihan naik ojol saja, Nanti biar bihan suruh pengurus buat mesenin."

"Yasudah, kamu sudah pamit sama Maria?"

"Ini Bihan mau pamit um."

"Ayo ummi temani."

Keduanya lantas menemui Maria yang masih berada di kamar dalam keadaan lemah.

Maria belum mengetahui kabar tentang kecelakaan yang menimpa Alif. Keluarga dari pihak Alif pun tidak ada satu pun yang mengetaguinya.

Maria yang tengah muroja'ah terhenti karena kedatangan Ummi dan sahabatnya Bihan.

"Assalamualaikum putri ummi?"

"Waalaikumsalam, eh Bihan kamu mau kemana?"

"Aku mau pulang kampung, ada yang musti aku selesaikan dulu."

"Kenapa bihan ninggalin Maria sendiri, yang pertama bang fahad, lalu mas Alif. Dan sekarang kamu pun akan meninggalkanku sendirian?"

Maria terisak pelan. Hormon kehamilan mempengaruhi emosi Maria. Ia menjadi sedikit lebih sensitive dan manja.

Bihan dan ummi yang barusan mendengar perkataan Maria lantas merasa kaget.

"Kau sudah tau?"

"Tau apa?" Balas maria heran.

"Tentang bang Fahad sama Pak Alif?"

"Oh itu, kan kamu sama ummi sendiri yang bilang kalo bang Fahad lagi keluar kota dan mas alif sedang berada di Malang."

Ummi dan Bihan menghela napas berat.

"Syukurlah, yasudah aku pamit dulu yah, syafakillah, dan semoga ponakanku sehat di sana." Ujar bihan sambil mengelus perut rata Maria.

"Iya tante, cepet pulang yah, kacian ummi kesepian kalo nggak ada tante." Balas maria sambil menirukan suara anak kecil.

Ketiganya lantas tersenyum bahagia. Namun tidak ada untuk bihan. Di balik Senyumnya masih menyimpan kekhawatiran dan kesedihan untuk sahabatnya. Ia berjanji akan berusaha membawa Pak Alif bagaimanapun caranya. Kebahagiaan Maria adalah yang utama bagi Bihan.

*********

Bihan menjejakkan kakinya di kota pendidikan yang padat orang berlalu lalang. Selain menjadi kota pendidikan, Malang menjadi pusat kota pariwisata. Andai tujuannya bukan untuk mencari keberadaan pak Alif, dirinya akan berlibur menikmati keindahan kota Malang.

Bihan mencoba menghubungi sepupunya Jack, dirinya begitu khawatir karena mendadak ia juga kehilangan kontak dengan sepupunya itu.

Saat Bihan hendak menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang dari arah depan. Bihan yang tahu itu, reflek menjatuhkan badannya hingga mengenai badan trotoar. Beruntung ia masih selamat, hanya saja kakinya sedikit terluka dan terkilir akibat hantaman keras yang dilakukan bihan sendiri.

Sang pengemudi lantas berhenti dan segera menolong seorang gadis yang hampir kehilangan nyawa akibat ulahnya.

"Eh, mbak ada yang terluka? Mari saya bantu!"

Udah tau ini kaki berdarah masih aja nanya. Dasar orang sebleng! Batin bihan ngedumel.

Bihan yang merasa kesal karena ditanyai pertanyaan yang kurang masuk akal itupun meringis kesakitan saat dirinya mencoba untuk berdiri.

"Hello mbaknya ngga bisa ngomong yah?"

"Mas udah tau kakiku ini berdarah, masih aja nanya?" Ucap bihan mulai kesal.

"Nah, siapa itu hanya betadine yang mbk olesin biar saya tanggung jawab, iya kan?" Balas pria itu tak kalah songong.

"Ya allah ya rabb, ga ada kerjaan banget tau nggak sih aku ngolesin betadine ke kakiku sendiri. Situ waras?"

"Oh yaudah sih, mbaknya sehat wal'afiat kan, yaudah gue cabut dulu kalau gitu."

"Eh - eh eh, jangan main asal kabur aja! Masnya harus tanggung jawab!"

"Nah situ tadi yang marah-marah, sekarang malah suruh tanggung jawab."

Dasar cewek aneh! Batin pria itu.
Bihan yang tau tentang hukum Syariat islam, bahwa bersentuan dengan laki-laki yang bukan mahram adalah haram hukumnya, hanya memegang lengan pria itu yang tertutupi jaket.

"Mbk sini tangannya aku pegangin."

"Masnya jangan macam-macam yah, kita itu bukan muhrim. Jadi aku pegangnya bagian sini aja!" Ucap bihan sampil meraih lengan pria itu.

"Yaudah halalin aja mbak, repot banget sih."

Bihan yang mendengar itu, mendadak pipinya berubah menjadi merah merona. Untung saja pria itu tidak menyadarinya.

Kemudian bihan di bawa ke klinik terdekat untuk mengobati lukanya.

Setelah selesai dengan pengobatannya, pria itu mengantarkan bihan ke tempat tujuannya.

"Terimakasih sudah mau menolongku."

"Tidak masalah, dan untuk kejadian tadi, maaf aku tidak sengaja."

"Aku turun di alun-alun kota Malang saja."

"Yakin? Rumahmu bukan di alun-alun kan?"

"Bukan, aku hanya ingin mampir sebentar. Dengar-dengar suasana kota Malang kalau sore begini menenangkan yah?"

"Tidak juga."

"Lalu?"

"Yah seperti itu lah."

"Sudah sampai, sekarang turun!"

"Oke, syukron."

"Lo bilang apa? Nama gue bukan syukron!"

"Siapa yang bilang namamu syukron?" Tanya bihan heran.

"Lo! Barusan."

"Syukron dalam bahasa arab itu ucapan terimakasih."

"Ngomong dong dari tadi,"

"Dasar gila!"

"Terserah, sekarang pergi sana!"

Bihan dengan perasaan kesal lantas keluar mobil pria itu. Sengaja bihan membanting pintu mobil dengan kasar agar sipemilik mobil marah.

Bihan kemudian berjalan pelan menyusuri taman alun-alun kota Malang. Ia masih bingung harus mencari rumah jack.
Yah, Bihan lelah. Tapi tidak jika itu menyangkut kebahagiaan temannya Maria.

To be continue







Menggapai Surga Bersamamu (ON GOING)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora