♡n i n e t e e n : her weakness♡

3.4K 225 15
                                    

Semenjak mengatakan bahwa makanan favoritnya adalah kue, Gabriel seperti seorang psiko yang hendak membunuhnya dengan amat manis. Manis, dan terlalu manis. Bagaimana jika ia terkena diabetes nantinya?

"Apa kubilang dulu, kalau ternyata Kakakku menyukaimu, aku akan menertawakannya sebelum memberinya ucapan selamat." Carren tertawa di akhir kalimatnya.

"Jangan asal bicara, Carr... Mana mungkin Gabriel suka padaku." Krysan sekarang menatap tanpa minat ke arah tiramisu yang ada di hadapannya. Dulu ia suka semua jenis kue, sekarang ia muak.

"Jelas-jelas buktinya sudah ada. Krys, aku adalah adiknya dan keluarganya satu-satunya sekarang, kau tidak akan paham ikatan batin seorang kaka beradik. Aku yakin kalau dia menyukaimu." kata Carren.

Krysan nampak berpikir, memang aneh sekali perubahan sifat Gabriel. Tiba-tiba pria itu jadi suka sekali tersenyum, lalu tiba-tiba juga jadi suka sekali memberikan dia sesuatu. Entah itu barang ataupun uang. Memangnya dia kelihatan seperti gadis kecil yang selalu menunggu dibelikan oleh-oleh saat ayahnya pergi?

Karena sudah muak dengan semua kue yang Gabriel berikan, akhirnya Krysan memberikannya pada asisten rumah tangga Gabriel. Dan meskipun awalnya Thea menolak, lama-kelamaan Krysan bisa memaksanya.

"Gabriel tidak suka dalam artian itu padaku. Dia mungkin hanya menyesali sikapnya dulu padaku dan berbuat baik untuk meminta maaf. Entahlah..." kekeuh Krysan.

"Tapi kau suka padanya kan? Ayolah, jelas sekali dari wajahmu." kata Carren menggoda Krysan.

"Jangan katakan pada siapapun apapun yang kau tahu. Aku hanya tidak ingin kehilangan muka saat bertemu dengannya..." Krysan memelankan suaranya. Membuat Carren terkikik. Astaga, pasangan beda umur cukup jauh ini benar-benar sangat lucu. Krysan dan Gabriel terpaut 10 tahun, itulah yang membuat Krysan terlihat mungil dan imut jika berada di dekat Gabriel.

"Makan yang banyak. Aku tidak mau kau kurusan gara-gara memikirkan Gabriel yang tidak jantan itu." kata Carren.

"Jangan mengoloknya!" kesal Krysan.

"Astaga, sekarang kau bahkan membelanya... Malangnya diriku," Carren pura-pura mengusap hidungnya dengan tissu. Ia tahu hal itu membuat Krysan bertambah kesal. Carren menjadi lega, setidaknya ada Gabriel yang bisa menjaga Krysan karena sekarang ia tak bisa sering-sering bertemu dengan Krysan. Gadis rapuh ini punya sesuatu yang membuatnya tampak bersinar di kegelapan, dan Carren takut nantinya Krysan akan berada di tangan yang salah. Siapa yang tidak akan terpikat dengan diri Krysan saat ini? Mutiara berlumpur itu kini telah menemukan sinarnya. Dan Carren harap Gabriel dapat menjadi cangkang yang akan selalu menjaga sinar mutiara itu.

Meski berat, Carren harus melepaskan pelukannya dari Krysan, membiarkan gadis itu pergi dari hadapannya sementara ia pulang ke rumahnya. Di rumah, Krysan telah ditunggu oleh sosok Gabriel yang menatapnya tajam.

"Dari mana kau?" tanya Gabriel, datar.

"Bertemu dengan Carren." kata Krysan.

Mau tidak mau Gabriel harus menanggalkan sedikit rasa kesalnya. Ia sudah curiga yang tidak-tidak saat Krysan keluar rumah seorang diri. Ia pikir Krysan keluar bersama Alex. Hah, lucu sekali. Mungkin yang lebih berbahaya adalah Toby.

"Kau tidak lagi memakan kue yang kubelikan." kali ini Gabriel tidak menatap Krysan dan hanya sibuk mengganti channel tv. Bukan karena hal itu lebih menarik, Gabriel hanya ingin membuat Krysan merasa bersalah.

"Hn, itu. Sebenarnya aku makan kok. Hanya saja aku tidak habis." Krysan mengusap lengannya dengan kikuk.

"Bohong, aku melihat kue itu masih full dan berada di dapur." Gabriel masih bersikap santai. Kali ini Krysan semakin merasa bersalah. Gabriel menang. Pria itu pasti bersorak di dalam hati. Lagipula wanita itu aneh, katanya suka ini itu, begitu keinginannya telah dikabulkan malah tidak menghargainya sama sekali.

The Shabby Girl ✔Where stories live. Discover now