15 - New York

1.2K 251 7
                                    

"Tempat ini indah."

"Syukurlah kau menyukainya."

Mata biru kehijauan milik Tuan Phillip berpendar penuh semangat saat ia melihat panorama indah di sekitar kami. Tuan Phillip membawaku ke sebuah dermaga kecil tak jauh dari tempat penangkaran hiu yang kutemukan kemarin. Tempat ini jelas tidak digunakan lagi karena sudah dibangun dermaga lain yang lebih besar di sisi barat laut pulau utama yang lebih ramai pengunjung.

"Semakin banyak alasan bagi kakakmu untuk memiliki aset di pulau ini."

"Mungkin dia memang melihat tempat ini begitu." Tuan Phillip tersenyum dan menatap langit yang mulai berubah warna. "Angela pernah bilang, melihat mata hari terbenam dari tempat ini tak kalah indah dari tempat-tempat eksotik di belahan dunia lain."

Aku hanya mengangguk dan menutup mata untuk menikmati sensasi hangatnya angin laut, suara burung di atas sana, dan semua kebebasan yang jarang aku bisa nikmati di balik meja kerja.

"Kau terlihat menikmati waktumu."

"Ya, sejujurnya ... suasana seperti ini membuatku kembali mengingat masa lalu."

Ah ya, benar. Aku sering pergi ke tempat seperti ini saat aku kecil bersama papa. Masa kecil yang sangat manis, seperti sisa manis permen karet sebelum rasanya mulutmu menjadi pahit dan ingin muntah.

"Mind to tell me?"

Tidak seperti aku biasa menceritakan masa laluku kepada orang asing. Bahkan sebelum aku menolak, sepertinya ekspresi wajahku sudah menyatakannya dengan jelas pada pria itu jika aku tidak menceritakan perihal privasi semudah itu pada seorang yang asing.

"Maafkan aku. Tentu saja aku tidak bermaksud untuk membuatmu menceritakannya jika itu tidak membuatmu nyaman. Kau tahu, aku akan mendengarkan apa pun jika kauingin bercerita. Tidak ada paksaan," ucapnya sambil mengangkat kedua tangan di atas dada.

Apakah Tuan Phillip adalah orang asing? Dia selalu berusaha bersikap sesopan mungkin saat bersamaku, dan mungkin karena itulah aku merasa cukup nyaman untuk menceritakan beberapa kenangan indah di masa lalu. Tidak akan ada yang tersakiti, bukan begitu?

"Apa kau bisa melihat dermaga besar di seberang sana, Tuan?"

"Ya. Setelah dermaga itu dibangun, akhirnya dermaga kecil ini tidak digunakan karena mereka langsung menuju pulau utama."

"Aku dulu tinggal tak jauh dari sana. Papa dulu sering membawaku ke tempat itu sebelum ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya."

"Karena itu kau merasa tidak asing dengan Florida."

"Kau bisa mengatakannya demikian."

Meninggalkan Tuan Phillip yang terlihat asik menikmati pemandangan sekitar, aku memutuskan untuk menurunkan kakiku ke air dan melakukan gerakan menendang kecil di bawah sana. Ombak kecil menyambutku, seperti seorang teman lama yang lama tak berjumpa. Kenangan yang menggelitik senyumku.

"Papa sering membawaku duduk di dek seperti ini. Setelah duduk di seperti ini, biasanya aku akan melihat sepasang kaki menemani duduk di sebelahku. Itu adalah kaki Papa. Beliau akan bercerita tentang rencana-rencana pembangunan yang ia dengar dari kota. Papa sudah meramalkan dermaga kecil di pulau ini akan tidak digunakan lagi sejak aku kecil, karena dia dengar, beberapa tahun ke depan akan di bangun pelabuhan di sana. Dan kini ramalan itu memang terjadi. dermaga ini pensiun, dan pelabuhan besar di seberang sana selalu sibuk."

Tuan Phillip terlihat sedang memikirkan sesuatu kemudian mengangguk kecil. "Mungkin sejak ditutupnya pelabuhan kecil ini membuat pengunjung melupakan tempat ini dan pengelola penakaran memutuskan untuk memindahkan tempat ke tempat yang lebih berpotensi."

Miss Brown (COMPLETED)Where stories live. Discover now