[221218]

2.8K 420 123
                                    

Jungkook membuka pintu kamar ketika ada yang mengetuk. Mata kelincinya mengerjap, ingin dia bicara, tapi sang tamu sudah lebih dulu masuk dan langsung merebahkan diri ke ranjang, nampaknya sangat lelah meski baru jam sembilan pagi. Namun hal itu tidak digubris Jungkook. Pria itu malah menyusul ke tepi tempat tidur.

"Kenapa benar-benar datang ke sini?" tanya Jungkook.

Mia membuka mata yang sempat terpejam. "Kau menyuruhku datang," jawabnya singkat.

"Aku tidak serius saat mengatakannya."

Mia memiringkan tubuh—lebih tepatnya membelakangi—agar Jungkook paham bahwa dia tidak ingin bertengkar saat ini. Padahal sudah bagus tadi malam mereka berkomunikasi melalui chat meski hanya sebentar—dan waktu itu juga Jungkook menyuruhnya untuk menyusul ke Jepang.

"Mia."

"Aku perlu istirahat."

"Kita perlu bicara."

"Nanti saja, setelah penatku hilang karena menyusul seseorang yang tidak mengharapkan kehadiranku."

Jungkook menghela napas, sadar bahwa sudah salah bicara dan tentu saja itu menyinggung Mia. Padahal Mia sudah rela datang ke sini tanpa Miku, pasti ingin menyelesaikan masalah mereka. Tapi... hh, Jungkook bodoh.

"Istirahatlah. Jangan lupa pakai selimutnya," pesan Jungkook akhirnya sambil menaruh selimut yang terlipat rapi di samping Mia yang tetap dalam posisi. "Aku akan keluar," lanjutnya memberitahu. Dan tanpa menunggu jawaban dari Mia, dia langsung keluar kamar.

Tujuannya kamar Jimin. Pria yang lebih rendah darinya itu ternyata baru selesai video call dengan Nana. Terlihat jelas bahwa Jimin sangat bahagia, membuktikan bahwa perasaan pria itu tidak sekedar main-main seperti yang biasa terjadi.

"Oh, kau di sini," tegur Jimin ketika menyadari Jungkook yang berdiri di ambang pintu.

"Mm." Jungkook bergumam pendek. Ditutupnya pintu, lantas mengambil sekaleng minuman dingin dari kulkas yang tersedia. "Ada Mia di kamar," katanya setelah memindahkan sedikit isi kaleng ke perutnya.

Kening Jimin berkerut. "Kenapa tidak ditemani?" tanyanya penasaran.

"Dia perlu istirahat."

"Hmm...."

"Padahal aku tidak sungguhan menyuruhnya menyusul." Jungkook duduk di sofa sembari menghela napas berat. Merasa bersalah karena sudah membuat Mia jauh-jauh datang ke sini.

"Kalian sedang bertengkar, 'kan?"

Jungkook menoleh. "Mm, tahu dari mana?" tanyanya tanpa semangat.

"Fanfic yang ditulis Mia." Jungkook menunjukkan aplikasi yang dipakai Mia untuk membagikan cerita.

Pria Jeon itu berdecak. Konsekuensi memiliki pasangan seorang penulis, maka semua tentang mereka bisa jadi cerita. Namun bukan itu masalahnya sekarang, karena yah... Jungkook tidak pernah ambil pusing dengan semua cerita yang ditulis oleh Mia, bahkan dia mendukung penuh kegemaran istrinya tersebut.

"Tidak biasanya dia membagikan cerita tentang pertengkaran kalian." Jimin berkata. Diambilnya posisi di depan Jungkook agar mereka lebih gampang mengobrol.

"Dia sedang kesal."

"Humm...."

"Emosinya sedang labil saat membuat cerita itu, karena aku tahu dia sangat benci ketika harus menuliskan konfik di antara kami. Dan aku masih ingat saat tengah malam dia menangis diam-diam karena membaca komentar yang menunjukkan rasa suka atas pertengkaran kami. Membuatku bertanya-tanya, apa pertengkaran kami memang semembahagiakan itu?"

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now