Part-1

30 6 8
                                    

   
Didalam hati dan langkah kakiku
Tercipta sebuah impian untuk
Mewujudkan harapan dari orang yang menantiku.

(-_-)

****

"Diva, jaga diri kau baik baik kat sana , jangan buat susah auntie Zara, ikut arahan dia , jangan kau nak bangkang"dan bla bla bla nasehat tak berujung dari Ani, mama kandung Diva membuat sang pendengar merasa sedikit-kurang jenuh, lalu

"Iya mama, Diva pasti ikut cakap mama, Diva takkan buat susah auntie Zara, mama tak payah risau, pandai-pandailah Diva jaga diri, mama pun kena jaga diri kat sini, allright Diva kena lekas berangkat ni mama, takut lambat pulak. Good bye mom"
Ia memilih bergegas pergi,

"Take care sayang"terasa pilu hati Ani saat akan melepas kepergian sang putri, namun bagaimana lagi , keputusan sang anak dan tekadnya tak mampu ia cegah

Lain hal dengan Diva, ia memang sudah sangat betul-betul matang akan keputusan yang akan mempengaruhi masa depannya kelak,

sedikit merasa sebak saat air bening itu keluar dari juring mata sang mama, pilu apabila mengingat kata perpisahan sang mama di bilik tadi

"Mama, tak nak hambat cita-cita yang Diva nak sangat tu, mama cuma perlu ingatkan Diva apabila dah tercapai tu semua, lekas lah balik, mama sentiasa tunggu Diva"

  Hancur sudah benteng pertahanan yang ia buat tadi di hadapan sang mama, air yang sedari tadi ia tahan kini merembes keluar melalui juring matanya, disertakan isakan tertahan, sungguh tersayat hatinya apabila teringat wajah sedih sang mama menghantarkannya hingga ke mari, tapi ia tak mungkin kembali lagi, berlari kepelukan sang mama, mustahil..

Drrt..drrt
  Ponsel Diva berdering nyaring dari sebalik saku kemejanya, membuatnya lekas menghapus aliran dari pipi nya , lalu melihat kelayar

Auntie Zara
   Diva, nanti setelah kamu tiba di stasiun tunggu anak cowok auntie   ya , dia yang akan menjemputmu oh iya namanya Ravin.

Ternyata pesan dari Auntie Zara, segera saja Diva mengantongi kembali ponselnya dan bersiap, karena sebentar lagi kereta akan berhenti tepat di stasiun

Perlahan Diva menjejaki tanah , menghembuskan sedikit napasnya yang terasa kian berat,
Lalu celingak-celinguk mencari keberadaan 'putra' dari auntie Zara

Sedikit tersentak Diva saat merasakan sentuhan tiba-tiba dari pundak kirinya

Langsung saja ia berbalik dan menemukan sosok pria muda yang apabila dapat ia tebak berumur sebaya dengan dirinya

Namun segera saja ia melangkah menjauh , saat melihat kejanggalan dari senyum yang terbit dari bibir sang pria yang tampak seperti seringaian...

"Apa yang awak nak dari saya?, jangan buat macam-macam"jerkah Diva sembari bersiap melawan apabila sang pria melakukan hal macam-macam

Tak mengindahkan teriakan Diva sang pria langsung merampas tas gantung yang tengah tersampir di pundak kiri Diva , lalu pergi

"Eh... ?"segera saja Diva menarik kembali tasnya dari rampasan sang pria, namun kekuatannya tak selaras dengan sang pria yang akhirnya ia sedikit terdorong ,

Duk..
Berkat ilmu beladiri yang sedikit-banyak di kuasai olehnya, ia menendang keras perut sang pria hingga sang empunya mengaduh,
Tak sampai disitu ia kembali menonjok pipi sang pria lalu dagu hingga akhirnya sang pria terpelanting jatuh, dan tas selempangnya dapat kembali Diva rampas,

   Lenggang sangat keadaan stasiun itu kini , saat kepergok aksi Diva, ia kini menjadi pusat perhatian warga, lalu tatapannya beralih ke pada pria yang berada di depan pusat keramaian yang tengah memperhatikan dirinya dengan menyilangkan kedua tangannya,

"Gue, Ravin lo Diva kan?, ikut gue!"setelah berada tepat dihadapan Diva , pria itu lantas menuturkan titah nya ,

Sedikit bingung Diva saat pria itu tiba-tiba saja menghampirinya,

"Gue Ravin, anak mama Zara"jelas Ravin saat menyadari kebingungan yang terpancar langsung dari balik mata sang gadis yang belum sama sekali ia kenali itu,

***

   'Tak punya perasan dia orang ni' cibir Diva, ia terus menyumpah serapahi cowok yang berada tepat di sebelahnya ini,

Bagaimana tidak?, sedari tadi tak ada pun niatan nya untuk membantu Diva membawa beg-beg miliknya,

Namun Ravin sama sekali tak menyedari hal itu, ia terus berjalan santai sembari membenamkan kedua tangannya pada saku jaketnya,

Hingga pun mereka tiba di kediaman Auntie Zara , tepatnya kediaman miliknya juga,

Ting nong.... Ting nong

Tak sampai 2 menit pintu akhirnya terbuka,











  

Be Mine, PleaseWhere stories live. Discover now