"Ini aja lo gak bisa ngangkatnya, tadi ngelawan preman bisa"cibir Ravin , Diva terus merungut
"Ish.. Apalah, kalau nak tolong tu kena ikhlas, awak nampak tak ikhlas sahaja tolong saya"Diva berbalik mencibir
Ravin menghela nafas gusar,
"Cewek aneh"ejek nya namun dapat terdengar oleh sang empunya,"Apa?, awak kata saya aneh, ish.. Tak sedar diri, " nampaknya pertarungan adu mulut mereka berjalan sengit,
Diva tampak tak mau kalah terlebih lagi pada Ravin,
"Lo.. Aneh"
"Awak yang aneh"
"Lo"
"Awak"
"Aduh, ngapain lo pakek nginjek kaki gue segala sih"ringis Ravin karena nendapat injakan keras daripada kaki Diva
Diva tersenyum puas, lalu berlalu pergi, mengambil baskom berisi sayur daun ubi ,
Perlahan ia meletakkan sedikit demi sedikit sayuran tersebut beserta rimbangnya kedalam lubang lesung,
Tuk...tuk...tuk
Lalu Sekuat tenaga ia menumbuk daun ubi tersebut,Ravin tetap menatap kerjaan yang dilakukan oleh gadis tersebut,ia merasa sedikit kagum pada zaman sekarang masih ada gadis yang tampak telaten dalam memasak, biasanya mereka hanya pandai shopping, berdandan, jalan-jalan, lain hal pulak dengan gadis itu,
Tik..tik..tik
Ravin terus tersedar apabila merasakan percikan air mengenai wajahnya,
"Ha ha ha, apalah awak ni untuk apa pandang saya macam tu!?" ternyata ulah tersebut daripada Diva,
"Lo, resek"keluh Ravin,
"Yah, awak marah ke?, maaf lah saya bercanda sahaja tadi"Diva terus memujuk Ravin yang tampaknya merajuk
"Lo gak usah manggil gue awak, nama gue RA-VIN"tekannya,
"Yelah yelah, Ravin "Diva mengalah, ia lalu bangkit dari duduknya kini menghadap meja makan, tengah menguras santan, lepas tu beralih kembali merajang sayur cili, tomato dan bawang untuk dijadikan bumbu,
Tok...tok..tok
Ia dengan telaten mengulek sambal beserta bumbu yang akan digunakan nanti,Lepas tu, selesai
Ia kembali beralih menuju kompor, menyalakan kembali apinya,"Lo, kenapa gak jadi koki aja sih?!" Tenyata masih ada keberadaan Ravin disana, Diva terus tak menyadari hal tersebut,
"Saya memang pandai memasak, tapi saya tak berminat nak jadi chef karena saya pun punya keinginan lain"terang Diva, ia meraih piring yang tengah berisikan ayam goreng, meletakkannya disamping kompor, sementara sambalnya belum matang ,Ravin terus beroh-ria,
Harum aroma masakan yang telah usai di masak oleh Diva begitu semerbak , hingga kepenjuru rumah
Ia kini tengah menyiapkan meja makan, mengatur letak pinggan, sudu dan garpu tak lupa membuat minuman sekali,
"Sudah siap kamu masak Diva?,cepat sekali"Auntie datang dari ruang keluarga, agaknya dah siap bincangan penting dia dengan uncle,
"Err.. Biasa je Auntie , hari-hari pun Diva dah biasa masak"ujar Diva, "silahkan duduk Auntie!, oh ya Uncle mana?"Diva terus melihat lihat keruang keluarga, namun kosong Uncle Zihan tak ada,
"Ada di ruang kerjanya, kamu panggil ya Diva, ruangannya disamping kamar Auntie," Diva terus berlalu saat semuanya telah usai, ia pergi menuju ruang kerja Uncle Zihan,
YOU ARE READING
Be Mine, Please
RomanceAku tak pernah sanggup mengungkapkan ini semua. Aku merasa tak berdaya jika harus menyampaikan apa yang kini aku rasa. Namun perasaan ini sulit sekali dikendalikannya. Aku ingin segera mengabarkan semua hal yang terasa. Namun aku tak pernah bernyali...