Bab 3

8.6K 831 74
                                    

Vira terbangun dari tidurnya, ia melirik jam weker dinakas samping tempat tidur, menunjukkan pukul 08:02 masih ada sedikit waktu untuk bersiap-siap, yah meskipun akan telat juga.

Vira buru-buru beranjak ke kamar mandi, dan betapa terkejutnya ia melihat siluet dari tirai Bathup, ada seorang pria yang sedang mandi di dalam Bathup. Vira berjalan pelan tangannya ragu-ragu meraih sisi tirai itu, setelah menarik nafas panjang, Vira menarik tirainya dan...

Tidak ada seorang pun disana...

Kepala Vira menengok ke kiri dan kanan dengan cepat, bulu kuduknya berdiri setelah itu. Telapak tangan Vira memegang tekuknya, ayolah ini masih pagi, kenapa suasananya mencekam seperti ini.

Dirk ber-smirk di pojok tembok kamar mandi. Dengan cepat Vira membuka pakainnya dan langsung mandi, selangkangannya masih perih, Vira berpikir itu mungkin perampok yang memperkosanya, ia antara sadar dan tidak juga saat itu.

Setelah mandi, Vira berjalan ke arah lemari pakaian, disana ada darah menetes dari dalam sisi-sisi kaca lemari. Saat Vira menutup pintu lemarinya  ia kaget, cairan merah itu semakin banyak

Ada angin dari arah pintu kamarnya, sangat kencang. Pintu itu terbuka menampilkan seorang pria tanpa kepala berjalan tertatih ke arah Vira.

"Tolong..." Ujar pria tanpa kepala itu, mengangkat tangannya kearah Vira, gadis itu ingin pingsan saja, tapi sayangnya tidak bisa. Tubuhnya seakan terpaku pada hantu tersebut.

"Tolong... kepalaku... tolong!" Hantu tanpa kepala semakin dekat, dan tiba-tiba saja langsung pudar saat selangkah lagi di hadapan Vira. Gadis itu semakin terkejut, matanya melotot.

Benar apa yang di bilang Buk Fatma, rumah ini benar-benar berhantu.

Vira langsung memakai pakaiannya, dengan terburu-buru. Mengambil tas kerjanya yang tergantung di gantungan baju, meraih kunci mobil dan berlari keluar rumah.

Bahkan ia melupakan sarapannya, saking ketakutan.

Vira menyalakan mesin mobilnya, tapi tak kunjung menyala. Vira gemetar ketakutan, tangannya meraih pintu mobil.

"Loh, loh. Kok kekunci? Mama Vira takut!" Panik gadis itu, ia terkunci di dalam mobil, ini tidak wajar. Tiba-tiba sebuah kepala penuh darah terlempar dan menempel ke kaca luar mobil.

Matanya melotot!

"AAAAAA!! YATUHAN. APA ITU?!" kepala itu terjatuh, Vira semakin lemas. Sepertinya ia tidak akan pergi bekerja hari ini, "TOLONGG!!" teriak Vira, berharap ada tetangganya yang mendengar teriakan minta tolongnya.

Vira mencoba membuka lagi pintu mobil tapi tetap tidak bisa, sebuah tangan berurat meraih tangannya dan refleks Vira menoleh.

Seorang pria tampan dengan kemeja hitam sudah duduk tenang di sebelahnya, menciumi punggung tangan kiri Vira, dengan penuh sayang.

Vira menarik tangannya, pria itu juga ikut menarik tangan Vira. "Siapa kamu?!" Tanya Vira setengah kaget, pria itu memasang serigaian menakutkannya.

"Aku suamimu, ayo aku antar bekerja sayang."

Tangan kanan Vira langsung menampar pria itu, apa-apa'an ini. Vira belum menikah, mana punya suami. Apa pria ini gila? Dan kenapa dia bisa masuk ke dalam mobil ini? Bukannya pintunya saja terkunci.

Wajah tampan pria tersebut terlempar ke samping, ia malah tertawa kecil. Benar-benar gila.

"Tampar sayang. Tampar lagi, beribu kalipun kau menampar ku, aku tak akan merasakan sakit." Tangan Dirk meraih tangan Vira, dan menaruhnya di pipinya yang baru saja Vira tampar. Bahkan suara pria itu seperti bisikan, dan merasa hanya ia yang mampu mendengarnya.

Vira dengan cepat menarik tangannya, kenapa pria ini kulitnya dingin sekali, dan sepertinya ia tidak bernafas juga.

"A--apa, kau hantu?"

Tawa kencang keluar dari bibir pucat Dirk, tangannya ia taruh di tekuk Vira yang sedang merinding. "Aku memang hantu sayang. Suka dengan cara penyambutan yang aku buat? Hem. Maaf terlambat, aku terlalu sibuk memperhatikan wajah cantikmu."

Vira memperhatikan lelaki berkulit putih pucat itu, bibirnya pucat ke biru-biruan. Tangan dan seluruh alat indera-nya dingin, sendingin es. Ya benar, dia hantu.

Vira ingin menangis tapi tidak ada air mata yang keluar, kenapa hidupnya sesial ini. "Apa kau masih ingin bekerja? Sepertinya sudah terlambat lebih baik kita bersenang-senang saja di rumah, membuat penerus gelar kebangsawanan-ku" serigai Dirk.

Pintu mobil terbuka dengan sendirinya, hujan tiba-tiba saja turun pagi itu. Suara guntur menggelegar dari atas awan, air semakin banyak turun dari langit.

Pagi itu berwarna suram, dan gelap. Vira turun dari mobil dan bajunya basah semua, Dirk tersenyum. Ia menembus pintu mobil dan berjalan pelan menghampiri Vira.

Tubuh Dirk sama sekali tidak basah, mata biru Dirk mengamati tubuh indah Vira yang tercetak jelas dari balik bajunya yang basah.

Vira mematung, di halaman rumah klasik miliknya. Kaki Vira sulit di gerakkan, sampai Dirk berdiri di hadapan Vira dan meraih dagu gadis itu, untuk menatapnya lebih dalam.

"Tatap aku, aku mencintai gadis pribumi untuk kedua kalinya. Dan aku tidak ingin gagal kali ini." Setelah itu Dirk memagut bibir Vira lambat laun menjadi ganas, rok kerja Vira sudah terjatuh di aspal halaman rumah. Hujan terus mengguyur tubuh Vira.

Dirk meraih pinggul gadis itu dan membalikkan tubuhnya agar menungging, lalu Dirk menarik celana dalam Vira dengan sekali sentakan. Meraih kejantannya dan memasukkannya ke dalam Vagina Vira.

Tubuhnya terlonjak-lonjak oleh gerakkan yang di buat Dirk, Vira ingin pingsan saja, tapi lagi-lagi tidak bisa. Ada suara-suara tembakan dari arah belakang, bau mesiu begitu menusuk indera penciuman Vira.

Matanya di tutup Dirk oleh telapak tangan kirinya, seorang tentara Belanda memberi hormat kepada Dirk saat melewatinya, wajahnya hancur berlumur darah. Dirk hanya tersenyum dan menunduk sebentar, seakan tak terganggu oleh bawahannya itu.

"Aaahh.. tolonghh!" Teriak Vira lemah, Dirk mempercepat gerakkannya dan sperma menyembur ke rahim Vira.

"Percuma sayang mereka takut masuk ke rumah ini. Nikmatilah, jangan takut, ada aku disini." Ujar Dirk berbisik di telinga kanan Vira lalu menjilatnya.

Dirk menarik Vira agar menghadapnya, seketika itu juga Vira ingin muntah melihat banyak darah yang menetes dari atap rumah itu.

"Jangan takut, sayang. Ini rumah kita. Sekarang kita istirahat, jangan terlalu banyak beraktifitas agar anak kita bisa tumbuh disini" Dirk mengelus perut rata Vira, dan membawanya melayang ke lantai atas, kamar mereka.

....

SilviyaniRahayu👑

MR. DIRK (up again GITM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang