Bab 25

3.8K 604 116
                                    

Semenjak kepergian Dirk beberapa jam lalu, Vira masih enggan untuk tertidur. Ia memilih terjaga sepanjang malam dengan keadaan yang amat menyedihkan, rambutnya kusut, pandangan matanya kosong. Posisinya kini seperti orang yang benar-benar kehilangan semangat hidup, Vira semakin memeluk lututnya dalam diam.

Gadis itu kembali menunduk dan terisak kecil, suasana kamar masih sama, hanya saja sudah tidak ada pemilik aslinya lagi disini. Kokok ayam terdengar nyaring, tanda hari sudah berganti pagi.

Vira mengangkat kepalanya, yang terasa sangat pening. Matanya begitu sembab, hidungnya memerah. Vira terdiam sebentar, lalu beranjak dari posisinya berjam-jam lalu. Ia harus mandi dan berganti baju, agar Dios tidak curiga padanya.

Memandang pantulan wajahnya di cermin antik itu sekilas, lalu melangkah ke kamar mandi gontai.

...

"Ting! Kamu memang tampan." Puji Dios pada dirinya sendiri, ia sedang mematut dirinya di depan cermin, menyugar rambutnya ke kanan dan kiri. Sembari tersenyum lebar, jari Dios membentuk gerakan seperti menembak pada kaca di depannya.

"Bem! Bem! Dios emang tampan!" Tidak lupa dengan kerlingan nakalnya, setelah itu beranjak ke luar kamar untuk sarapan. Padahal ini baru jam 06:12, dan Dios masuk kerja jam 08:30. Memang terlalu bersemangat Kakek satu ini.

Selama menyusuri lorong menuju tangga, Dios bersenandung kecil dan menari-nari sedikit. Hari ini ia begitu bersemangat, sangat sepertinya.

Turun dari tangga dengan cepat, ia langsung berbelok menuju dapur untuk sarapan karena perutnya sudah sangat lapar. Ia harus makan banyak hari ini agar kuat menjalani hari, maklum sudah Kakek-kakek.

Dios melirik Vira yang sedang fokus membuat sarapan, ia tidak menyadari gerak-gerik Vira yang terlihat berbeda hari ini. Dios sudah duduk manis di meja makan, tapi pandangannya mengedar liar mencari seseorang.

"Vira, dimana Kak Dirk?" Tanya Dios, membuat Vira menghentikan kegiatannya membuat Omelet seketika. Rasa sakit di hatinya itu menyerang lagi, dan sesak itu datang lagi. Andai kamu tahu Dios, Kakakmu sudah pergi dengan tenang.

"Vira?" Panggil Dios pelan, memandang gadis itu dalam.

"Kakakmu--" Vira tercekat, ia sangat sulit untuk berkata Dirk sudah pergi. Ia tidak bisa.

"Kakak kenapa?"

"Dia ada, sedang pergi bersama Ares." Ujarnya cepat.

"Oh. Padahal hari ini, aku masuk kerja hari pertama. Pertama kalinya aku bekerja seumur hidupku. Aku ingin Kakak melihat bahwa aku bukan anak manja lagi." Perkataan Dios membuat sesak itu kian menguap ke segala arah, mata Vira sudah berkaca-kaca sedikit lagi air matanya jatuh, kalo tidak Vira yang buru-buru menyekanya.

"Dia pasti bangga padamu, dan melihatmu dari kejauhan. Nah, ini sarapannya."

"Dari kejauhan? Kenapa tidak dari dekat?" Tanya Dios heran.

"Iya, Dirk kan tidak mau mengganggu kamu yang sedang fokus bekerja. Nanti kamu tidak fokus lagi, kalau di perhatikan Dirk dari dekat." Bohong Vira.

Dios mengangguk-angguk. "Benar juga!"

Penampilan Vira juga sudah rapi, tapi bukan untuk pergi ke Kantor. Ia sudah mengirim pesan kepada Aleysa, teman se-Kantornya bahwa hari ini ia tidak bisa bekerja karena sakit, memang benar sakit. Sakit yang mungkin lama sembuhnya. Tidak butuh obat, tapi hanya membutuhkan Dirk disisinya sekarang.

Vira melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang terlihat kurus, masih terlalu pagi untuk Dios pergi bekerja. Vira memperhatikan cara Dios makan, dan gerak-geriknya. Ya! Vira kini percaya bahwa memang Dios seorang Bangsawan.

MR. DIRK (up again GITM)Onde histórias criam vida. Descubra agora