Aku Menantimu

2 0 0
                                    

Kerlap-kerlip lampu kota menghias dengan indahnya,  ditambah taburan bintang dan bulan menambah indahnya malam.

Terlihat seorang pria tengah duduk disebuah restoran. Kemeja kotak-kotak berwarna biru langit yang dirangkap sweter putih dengan jeans biru melengkapinya malam ini.

Namanya Samuel kerap disapa Sammy ini tampaknya sedang bahagia. Ia dari tadi terus saja tersenyum. Pasalnya malam ini ia ada rencana untuk melamar kekasihnya.

Tiba-tiba datang seseorang. Seorang gadis bersurai hitam panjang. "Eh, Sam. Tumben lo ke sini?" tanya gadis itu.

"Oh, Kaliana. Ada janji temu sama pacar," jawab Samuel.

Kaliana pun duduk karena ia ingin berbincang sebentar dengan Samuel selaku teman lamanya.

"Tapi pakaian lo kurang cocok untuk dinner, Sam," komentar Kaliana.

"Yang penting aku nyaman pakenya."

"Oh... git-"

Duk!

"Maaf , Mbak saya tidak sengaja." Mata pelayan itu membelalak melihat akibat ketidak sengajaannya.

Seorang gadis dengan rambut sebahu berwarna Cokelat memasuki restoran tersebut. Baru saja masuk tapi sudah dikagetkan adegan kekasih dan teman lamanya.

"Samuel...," panggilnya lirih.

Dengan segera Samuel melepas ciuman tidak sengaja tersebut dan mengejar Mikayla yang sudah berjalan menjauh.

Samuel kembali teringat kenangan pahit tersebut kala melihat foto-fotonya dengan Mikayla. Andai saja Kaliana tidak ada, andai saja pelayan tersebut tak menyenggol Kaliana, andai saja kejadian tersebut tidak terjadi. Ya, sekarang semua hanya pengandaian. Nasi telah menjadi bubur, tiada guna menyesal.

Hatinya kembali teriris saat mendapat kabar beberapa bulan lalu dari temannya.

"Sam, bulan depan Kayla bakan nikah sama Daren," kata Kenny.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

"Yo, Sam. Keadaan lo gimana sekarang?" tanya Kenny seraya berjalan mendekat ke ranjang Samuel.

"Aku baik, Ken."

Kenny memandang nanar ke arah Samuel. Sahabatnya itu sekarang ringkih. Ia sekarang hanya bisa terbaring lemah di ranjanganya karena sakit yang mendera.

"Ken, hari ini Kayla nikah. Lo datang ya, gantiin aku," pinta Samuel

"Tapi, Sam-"

"Please... demi aku," potong Samuel.

"Sammy, gue disuruh nyokap lo buat jagain lo karena nyokap lo lagi gak ada di rumah. Ya kali gue ninggalin lo," sanggah Kenny.

"Please...," mohon Samuel lirih.

"Oke, oke. Kalo gitu gue berangkat sekarang ya," pamit Kenny yang disambut anggukan Samuel.

"La, aku sayang banget sama kamu. Coba aja kamu mau dengerin penjelasan aku waktu itu pasti saat ini akulah yang bersanding denganmu. Aku tau kamu kecewa sama aku tapi gak gini cara kamu ngehukum aku, La. Harusnya aku dengerin kata kamu, mama, juga teman-teman aku buat 'gak nungguin kamu jadi aku bisa datang di pernikahanmu. Kata mereka aku juga bodoh karena nungguin kamu sampai ngabaikan kesehatan aku sendiri. Masa bodoh kata mereka aku ngelakuin itu karena aku sayang kamu. Aku nungguin kamu juga bukan tanpa alasan, aku ingin dapat maaf kamu, La. Aku gak mau mati dengan penyelesalan karena gak dapat maaf kamu. La, tubuhku sekarang udah gak setegar dulu, aku sakit-sakitan sekarang. Dari penantianku selama ini aku cuma mau dapat maaf kamu sebelum mati. Semoga penantianku gak sia-sia ya, La. Aku cuma bisa berdoa semoga kamu bahagia walau bukan dengan aku. Lalaku yang cantik, yang manis. Maafin Sammy ya karena udah ngecewain kamu. Maaf juga karena gak bisa datang di pernikahanmu. Kalo Lala mau maafin Sammy, Sammy bakal seneng banget. Sekali lagi maafin Sammy ya Lala sayang." Samuel langsung menyobek kertas itu dari bukunya.

Darah keluar dari hidung Samuel diiringi denyut di kepala yang semakin kentara sakitnya. Nafasnya mulai sesak.

"La, tolong maafin aku." Samuel pun menghembuskan nafas terakhirnya.

***
Kenny saat ini sedang menikmati pesta resepsi pernikahan Mikayla--- mantan Samuel.

Drrtt! Drrtt! Drrtt!

"Ya, halo, Bi. Ada apa?" Kenny mendapat telpon dari pembantu Samuel.

"Ini, Den. Ta-tadikan bi-bibi ngetuk pi-pintu ka-kamar den Samuel ta-tapi gak langsung dijawab. Jadi, Bibi langsung aja ma-masuk da-dan Bibi nemuin den Samuel ter-ter-bu-" Kenny langsung mematikan sambungan telepon karena tak sanggup lagi mendengarnya.

Kenny pun memilih untuk menghampiri Mikayla, sapa tau saja dia mau berubah pikiran dan menemui Samuel untuk terakhir kalinya.

"K-kay," panggil Kenny dengan nada bergetar.

"Ya." Mikayla terkejut karena Kenny memanggilnya dengan wajah pucat.

"Ken, kamu gak papa?" tanya Mikayla khawatir sekali dengan keadaan Kenny.

"Gue gak papa, tapi sekarang lo harus ikut gue ke rumah Sammy."

"Buat apa? Dan lagi sekarang gue lagi nikahan gini," protes Mikayla.

"Pokoknya lo harus ikut kalo lo gak mau menyesal dikemudian hari," ujar Kenny sambil menggeret Mikayla keluar gedung.

Kenny tak memperdulikan teriakan suami ataupun keluarga Mikayla baginya Samuel yang paling penting sekarang.

Kenny mendorong Mikayla ke dalam mobilnya sedikit kasar. "Ish... pelan-pelan juga kali, Ken," protes Mikayla.

"Sorry."

Kenny pun masuk kedalam mobil, menghidupkannya lalu melaju dengan kencang.

"Pelan-pelan, Ken! Nanti yang ada kita bisa mati!" Kenny tak memperdulikan kata-kata Mikayla.

Kenny dan Mikayla pun tiba di rumah Samuel.

"Ayo cepet, Kay," titah Kenny.

"Iya, tapi gaun gue 'kan ribet, Ken."

Kenny berlari dan langsung masuk ke dalam kamar Samuel setibanya di sana diikuti juga oleh Mikayla.

"Sam...," panggil kenny lirih dengan linang air mata.

"Sam! Bangun, Sam! Udah ada Kayla sekarang, Sam! Katanya lo mau minta maaf ke dia kan, jadi lo harus bangun, Sam!" Kenny berteriak histeris melihat sahabatnya terbujur kaku. Isak tangisnya pun pecah.
Mikayla menatap Kenny iba lalu beralih ke Samuel dengan tatapan sedih. Ia pun mendekat ke ranjang Samuel.

"Puas, hah?! Puas lo sekarang udah buat Sammy kayak gini, hah!" Pembantu Samuel yang ada di sana pun langsung memegangi dan menenangkan Kenny yang mengamuk.

Tangis Mikayla pun pecah melihat Samuel sudah tak bernyawa. "Sam, maafin aku. Aku gak ada maksud buat kayak gini ke kamu. Maafin aku, Sam," kata Mikayla sambil mengguncang tubuh Samuel.

"Telat," ucap Kenny sinis.

Bi Nina--- pembantu Samuel beralih ke Mikayla untuk menenangkannya. "Udah, Non. Udah."

"Ini, ada surat untuk non Kayla dari den Sammy." Bi Nina pun menyerahkan surat yang baru dibuat tadi oleh Samuel.

Tangis Mikayla semakin pecah setelah membaca surat Samuel tersebut. "Sam, bangun. Maafin aku udah jahat sama kamu. Bangun! Sekarang udah ada aku di sini. Kamu bisa minta maaf dan pasti bakal aku maafin, Sam."

Tamat.

CERPEN MINGGUWhere stories live. Discover now