BEKU

3 1 0
                                    

Seorang gadis cantik berambut sebahu bersiap mengetikkan suatu pesan ke seseorang.

"Sial! Gue deg-degan banget," batin gadis itu.

Danisa--- nama gadis itu menuliskan pesan singkat untuk seseorang yang sangat disukainya.

"Dan, bisa kita ketemuan sehabis pulang sekolah? Aku tunggu di taman belakang sekolah." Klik! Pesan pun terkirim.

***
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Danisa dengan cepat membereskan buku dan alat tulisnya. Ia pun berjalan keluar kelas dengan terburu-buru.

"Dan, buru-buru amat?" Tanya temannya.

"Ah, iya. Gue punya janji soalnya. Gue duluan ya. Bay!" Danisa pun keluar kelas dan pergi ke taman belakang.

"Ah... capek juga. Salah sendiri pake lari-lari juga," ucap Danisa sambil mengatur napasnya.

"Cepet juga lo datangnya. Ada apa sih nyuruh gue ke sini?" tanya Eldanio sambil bersandar ke pohon.

Danisa berbalik memastikan benarkah yang di bekakangnya adalah Eldanio atau biasa dipanggil Dani.

"Ah, hehe. Gue lari soalnya." Danisa menggaruk tengkuknya yang tak gatak. Eldanio hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang rada-rada.

"Cepet mau ngomong apa? Gue juga punya janji soalnya," ujar Eldanio seraya menegakkan badannya.

Danisa mendekat ke Eldanio. Wajahnya bersemu merah. "Em.. Dan i-itu."

"Apa? Yaelah lama banget. Tumben-tumbenan lo gugup depan gue."

"Gue suka sama lo, Dan!" Kata Danisa sedikit berteriak.

Eldanio tertegun mendengar pernyataan Danisa. Ia tak menyangka jika Danisa punya rasa dengannya.

"Sorry, Dan. Gue gak bisa terima lo. Gue suka sama orang lain dan itu bukan lo," tolak Eldanio halus.

"Yaudah ya. Gue pergi dulu," pamit Eldanio seraya pergi dari sana.

Danisa terdiam mendengar penuturan Eldanio. Ia kira sikap manisnya dan juga kebersamaan mereka selama ini adalah bahwa Eldanio juga suka padanya.

Danisa terduduk tak kuasa menahan tangisnya. Isak tangis pun pecah akibat sakit di hatinya. Masih tak menyangka jika Eldanio akan menolaknya.

***
Eldanio berjalan sedikit cepat menuju kelas Danisa. Sudah tiga hari sejak kejadian itu Danisa taj pernah masuk sekolah. Jadi pagi ini ia berniat mengecek apakah Danisa sudah masuk atau belum.

"Dan, lo kemana aja tiga hari ini? Ada kejadian seru loh. Sayang banget lo gak masuk." Danisa hanya diam tak menanggapi perkataan temannya.

"Ih... jangan diem aja dong. Kejadiannya itu ada hubungannya dengan Eldan." Eldanio berhenti tepat di samping pintu kelas Danisa mendengar namanya disebut.

"Eldan kemaren nembak Anisa tepat sepulang sekolah di parkirang. Gila, si Eldan! Gak takut dipanggil guru BK apa." Eldanio mengutuk si Jennie--- teman Danisa--- karena telah memberitahu hal tersebut.

"Bisa-bisa Danisa makin sakit hati dan benci sama gue," pikir Eldanio.

Danisa tersenyum miris mendengar hal tersebut. "Ternyata selama ini lo memanggilnya Nisa itu adalah Anisa bukan aku. Jadi, pdkt yang gue kira dengan gue cuma sebagai contoh doang? Makin benci gue sama lo, Dan," batin Danisa tak habis pikir.

"Ah, lo diem mulu. Ke kantin yuk." Jennie menggeret Danisa.

Eldanio melihat Jennie dan Danisa berjalan keluar kelas. Saat tiba di pintu dengan sigap ia menghentikan langkah Jennie dan Danisa.

"Gue perlu bicara sama Danisa," izin Eldanio ke Jennie.

"Oh, ok-"

"Gak perlu. Yuk, Jen kita ke kantin." Jennie menatap Danisa bingung tak biasanya ia menolak ajakan Eldanio.

"Sorry, El. Kita pergi dulu ya," pamit Jennie.

"Iya gak papa." Eldanio memandang Danisa nanar. Ia pasrah jika harus dibenci Danisa karena itu memang kesalahannya.

Sambil berjalan Danisa terus mengingat pesan mamanya untuk tidak terlalu memikirkan hal seperti itu. Ia juga sudah membulatkan tekad untuk melupakan Eldanio dan memasang benteng tinggi di hatinya agar tak ada siapa pun yang bisa membuatnya jatuh cinta lagi.

Tamat.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Dec 24, 2018 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

CERPEN MINGGUOnde histórias criam vida. Descubra agora