Prolog

48K 3.2K 57
                                    

"Jadi semua ok, ya?" Yuni—wanita yang menjabat sebagai produser Soma TV itu melihat anak buahnya satu per satu, "Sang Ratu Pilihan?"

"Uhm, mbak..." Jon, staff kreatifnya hati-hati mengangkat tangan kanan, "Kenapa kita nggak pakai judul yang lebih kekinian? Misalnya The Greatest Queen gitu?"

Yuni menggeleng tegas, "Terlalu pasaran dan macam judul film." ia lalu melipat kedua tangan di depan dada, "Gue nggak mau sok barat kaya acara The Chosen One."

Ruangan mendadak hening. Tekanan itu terasa menghimpit. Sejak dua bulan lalu, Yuni dan timnya telah mendapat perintah dari eksekutif produser untuk membuat program baru menggantikan The Chosen One yang dijadwalkan tamat minggu ini. Permasalahan utamanya, TCO adalah reality show super populer yang berhasil menduduki peringkat satu selama 11 minggu berturut-turut, dan tak diragukan akan kembali merajai rating di final episodenya.

Yuni harus memutar otak lebih keras demi menciptakan acara yang diharapkan mampu menyaingi kepopuleran program sebelumnya.

"Pendukung acaranya gimana?" tanya Alya, si penulis naskah, "Sudah fix pakai Galen Devabrata?"

Yuni menghela napas panjang, "Masih gue usahain." ia memutar-mutar pen di tangannya, berpikir sejenak, "Good news-nya gue sudah dapat persetujuan Pak Bayu dan Bu Vanya."

"Sip!" Alya langsung berbinar-binar, "Ortunya Galen setuju tampil di program kita?"

Yuni mengangguk mantap, "Tugas kita sekarang tinggal meyakinkan Galen, Mari Sahir, dan Elora Pratista untuk berpartisipasi."

"Orang kaya memang suka aneh-aneh." Jon membaca berkas yang ada di atas meja sekali lagi, "Jadi beneran si Galen dari zaman SMA sudah dijodohin sama Mari dan Elora? Enak bener, langsung disodorin dua cewek cantik sekaligus."

"Nggak disodorin gitu aja kali, si Galen disuruh milih salah satu." Andre, asisten produser yang duduk di sebelah Jon langsung menyodok lengannya, "Bokap nyokapnya punya preferensi berbeda tentang menantu ideal mereka. Pak Bayu prefer Elora, sedangkan Bu Vanya maunya Mari yang nikah sama anaknya."

"Situasi dan dinamika keluarga mereka sangat menarik untuk diangkat ke program kita." jelas Yuni sambil berdiri, menunjuk beberapa poin yang tertulis di white board, "Mari dan Elora bagaikan dua orang putri yang memperebutkan takhta sebagai istri Raja. Analogi yang cocok mendiskripsikan konsep dari Sang Ratu Pilihan."

"Momennya pas banget menurut gue." Alya menjentikkan jari, antusias, "Kehidupan royal family kaya pasangan Prince Harry dan Meghan Markle 'kan hype-nya lagi tinggi, dengan membuat acara yang berbau monarki seperti itu, gue rasa penonton akan tertarik."

Andre mengajak Alya ber-high five, mendukung pendapatnya, "Kalau mereka bertiga setuju bergabung, feeling gue SRP bisa sesukses TCO. Lewat program ini, kita benar-benar membangun alternate universe sendiri." ia kemudian tersenyum lebar, "By the way, gue sudah lihat lokasi syuting kita di Tebet, gila sih... serasa berada di Istana Bogor."

Sudut bibir Yuni terangkat, terlihat senang dengan keoptimisan timnya, "Okay then." ia menepuk tangannya dua kali, "Let's get to work!"

***

A/N: Hai, sebelumnya terima kasih untuk semua pembaca yang sudah membaca The Supernumerary Project. Selamat membaca cerita terbaru dari saya, The Antagonist Program. 

Happy reading :)

The Antagonist Program (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang