BAB 4

24.2K 3K 141
                                    

Poppy, Brian, Zidan, Kenzo, dan Yuda—kelima dewan penasihat sedang berkumpul di ruangan Galen, masih asyik membahas kejadian kemarin malam.

"Gue sempat ngira Elora perhatian sama lo, Len." Kenzo menggeleng-gelengkan kepala, heran, "Ternyata dia cuma mikirin dirinya sendiri."

"Jadi tujuan dia sebenarnya ikut program ini apa?" tanya Zidan kemudian menoleh ke arah istrinya, "Aku ragu kalau dia masih suka sama Galen."

Poppy menunjukkan raut dongkol sembari menggigiti kukunya. Setelah melihat sendiri sikap kasar Elora pada Galen, Ia terpaksa menyetujui apa kata Zidan.

"Menurut lo gimana?" Kenzo bertanya pada Brian yang semenjak tadi duduk diam, padahal biasanya ialah yang paling ramai.

"Nggak tahu, deh." jawab Brian sekenanya, ia tampak tak nyaman membahas topik itu, "Elora pada dasarnya memang perhatian kok—dari dulu juga gitu. Cuma bedanya, sekarang dia lebih galak aja."

Tidak ada yang berniat membalas komentarnya. Semua orang di ruangan itu memandang Brian seolah ia sudah gila.

Galen yang duduk di kursi kebesarannya memicingkan mata. Ia berusaha mengingat-ingat apakah dulu Brian pernah dekat dengan Elora sampai sahabatnya bersedia membela perempuan itu.

"Yud, lo ikutan ngomong, dong!" Brian menyikut lengan Yuda yang duduk di sampingnya. Yuda hanya menunjukkan ekspresi bosan, seperti tak memiliki hasrat berada di sana, "Dari kemarin diem aja lo kaya patung."

Yuda mengucek-ucek mata, bertanya datar, "Gue harus ngomong apa?"

"Nggak jadi." Brian langsung memasang ekspresi kecut, "Salah gue tanya sama lo."

Poppy tiba-tiba berdeham, meminta perhatian mereka semua, "Guys, tiga hari lagi evaluasi pertama dimulai. Lo semua pasti kasih suara ke Mari, 'kan?"

Hanya suaminya dan Kenzo yang langsung menganggukkan kepala. Brian, Yuda, bahkan Galen sama sekali tak merespons pertanyaannya.

"Len," Poppy meninggikan suara, mulai panik, "Lo nggak punya niat nge-vote Elora, 'kan?"

Galen menutup mulut rapat-rapat. Di dalam program Sang Ratu Pilihan, ia beserta seluruh dewan penasihatnya memiliki hak untuk menentukan kontestan favorit mereka melalui babak evaluasi yang diadakan setiap satu minggu sekali. Meski keputusan akhir tetap ada di tangan Galen, tapi pendapat dari dewan penasihat tak bisa dianggap enteng. Tugas utama mereka dalam acara itu adalah mengamati perkembangan Elora dan Mari dalam segala aspek, membantu Galen mendapatkan yang terbaik.

"Len!" Poppy menggebrak meja di depan mereka, "Kok lo nggak jawab pertanyaan gue, sih?"

Tanpa perlu berkata apa-apa, sorot tajam di mata Galen sudah cukup membuat Poppy mundur sepenuhnya. Wanita itu buru-buru duduk kembali di tempatnya, kesal tapi juga takut.

"Gue nggak peduli lo mau kasih suara ke siapa, Pop, jadi mending lo juga nggak usah ikut campur tentang pilihan gue."

Tak ada bantahan. Ucapan Galen yang terdengar bagai titah Kaisar berhasil membungkam mereka.

***

Sambil menikmati sarapan, Elora kembali memikirkan pertemuannya dengan ayah Galen kemarin malam. Salah satu hal yang cukup merepotkan dalam program itu adalah ia tak bisa bertemu orang sesuka hatinya. Semua ada prosedurnya. Hanya untuk bertemu muka dengan Bayu saja ia harus lebih dulu menemui bu produser di ruangan khusus tim SRP, yang terletak di bagian paling belakang Puri Kalaha. Setelah mendapat izin dan waktu bertemu, barulah ia bisa berbicara empat mata dengan Bayu.

Sudah bukan rahasia lagi jika Bayu dan Vanya sama-sama membela pilihan mereka masing-masing. Elora sempat mendengar kabar bahwa Mari sering berkunjung menemui Vanya di ruangannya, guna membina hubungan yang lebih baik di antara calon mertua dan menantu.

The Antagonist Program (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang