PROLOG

708 46 0
                                    


Akhirnya Nara berhasil menghalau bola dari tim lawan, setelah setengah jam dia hanya berlari kesana-kemari mengikuti arah bola. Perlahan sudut bibirnya melengkung merasa puas dengan pencapaiannya.

Tidak menunggu lama, gadis yang masih mengenakan almamater itu, menyepak bola menuju gawang tim lawan. Dia mulai bergaya seperti seorang pemain sepak bola profesional, meliyukkan badannya setiap ada musuh yang mendekat. Satu, dua, tiga musuh berhasil terkecoh karena kelincahannya.

Tinggal dua meter lagi menuju gawang lawan. Seseorang mendekat dengan senyum mengejek ke arahnya. Lagi-lagi dia mencoba menghindar.

"Ra, kayaknya lo bukan cuma skeptis, deh. Tapi juga penakut, takut terluka lagi."

Sontak Nara terpaku. Bola yang tadi di bawah kuasanya dibawa lari oleh si empunya suara.

Hatinya gelisah, bukan karena gagal mencetak gol. Tapi karena sibuk mencari jawaban atas pernyataan konyol lawan mainnya itu. Dia berusaha menyangkal kebenaran bahwa dia adalah seorang pengecut.

Dia mencoba abai dari suara teman-teman setimnya yang menyalahkan kebodohannya.

Mengapa mereka begitu berlebihan?. Ini kan cuma permainan pelepas penat. Hahh, Dia tidak peduli.

Fokusnya kini pada pria yang berhasil mengambil bola darinya dan baru saja menerobos gawang timnya.

Dia bisa melihat pria itu berkocak pinggang, mengulas senyum dan menggerakkan bibirnya tanpa suara.

"Kamu kalah."

Putri Tidur dan Pangeran KampusWhere stories live. Discover now