Dok! Dok! Dok!
Suara keras menggaung di telingaku nyaring sekali. Makin lama makin nyaring. Apapun itu, seperti ada bom tengah dijatuhkan di tengah kamarku.
"Aduuuuh, apaan sih!" teriakku kesal.
Dengan kesal aku menatap asal suara berisik yang membuatku terbangun itu. Pintu. Seseorang tengah menggedor-gedor pintu kamarku. Malas-malasan aku bangkit dari tempat tidur.
Dok! Dok! Dok!
"Iyaaaa, bentaaar!" teriakku kesal. Kubuka pintu dengan marah.
Dia lagi. Pengawal sialan itu lagi!
"Apa sih? Ini masih... " Kulirik jam digital dan wew... "Ini masih subuh! Ada apa sih?" tanyaku kesal.
Bukannya menjawab, Kak Malik menarik tanganku. Ia mendudukkanku di tepi tempat tidur, sementara ia menuju lemari pakaian. Mengambil salah satu pakaian dan kembali padaku. Diletakkannya pakaian yang ia pilih itu di sampingku.
"Ini pake, Ada yang harus kita lihat."
Lihat apa? Aku masih mengantuk dan sepertinya aku baru tidur setelah lewat tengah malam deh.
"Aku... "
"Kamu ganti baju, pake sepatu. Saya mau kasih liat sesuatu yang spesial buat kamu hari ini," kata Kak Malik cepat.
Antara bingung, masih mengantuk dan belum benar-benar sadar, aku hanya mengangguk-angguk tak mengerti. Pengawal aneh itu sudah keluar lagi sambil menutup pintu.
Meski masih malas, tapi kata-kata Kak Malik barusan menggelitik rasa ingin tahu.
Apa sih yang mau diperlihatkannya? Awas aja kalo gak penting!
Putri tidur dibangunkan sepagi ini berarti ada hal penting yang memang tak bisa dilewatkan kalau tidur.
"Sudah, Ya?" tanya Kak Malik dari balik pintu.
Kalau dimaksudnya aku sudah berganti pakaian. Tentu saja. "Sudaaah!" jawabku.
Kak Malik masuk dan ia menghela napas kesal. Aku memang sudah ganti baju, tapi rambutku masih seperti sebelum tidur, belum bersepatu dan aku kembali melingkar di tempat tidur. Hehe... masih mengantuk.
Tanpa berkata apa-apa, Kak Malik mengambil sepatuku dan memasangkannya satu persatu ke kedua kakiku.
Aku tak melawan, dan cuek saja memejamkan mata. Setelah selesai, Kak Malik mendorongku agar duduk.
Kuturuti tapi dengan mata masih tetap terpejam. Rambutku terasa ditarik-tarik. Tapi aku tak peduli. Dari cara Kak Malik mengurus rambutku, dia sedang mengikatnya. Mungkin karena tak terbiasa, aku merasa ikatan rambutku rada miring. Biarlah, sabodo amat apapun yang ia lakukan.
"Ayo!" kata Kak Malik. Tapi aku tetap duduk.
Sekali lagi kudengar ia mendengus. Dan kemudian aku merasakan tangan Kak Malik mendorongku... ke punggungnya.
Ia menggendongku di belakangnya. Tanpa protes, kubenamkan kepalaku di bahunya, melanjutkan tidurku.
Kak Malik wangi. Wangi sabun dari aroma buah yang segar. Bahunya juga keras, tapi terasa nyaman. Punggungnya lebar, juga hangat.
Tanganku yang tadi terkulai, mulai melingkar erat di lehernya. Aku suka digendong seperti ini.
"Kalo gak bangun, saya ceburkan kamu nih!" Suara berat Kak Malik yang bernada mengancam itu segera membuat mataku terbuka lebar.
Kami sudah berada di tepi kolam renang.
Heh!!!
Begitu mataku terbuka, Kak Malik mulai melepaskan pegangan di kakiku, membuat aku segera melompat turun dari punggungnya dan berusaha berdiri tegak.
YOU ARE READING
My Cool Bodyguard, Let Me Free! [TAMAT]
General FictionAyari Nayla Putri membenci pengawal barunya ini. Tak seperti puluhan pengawal yang pernah menjaganya, pengawal yang baru ini justru melakukan banyak hal yang sering membuatnya marah. Pengawal baru itu lebih mirip pengganti Papa dibandingkan berlaku...