Breathless 17

8.8K 1.6K 599
                                    

VOTE YA GAIZEU^^

"Lihat aku lagi dan lupakan dia."

Je A bisa merasa bahwa udara disekelilingnya mendadak lenyap. Menimbulkan sesak luar biasa karena paru-parunya terasa kosong tanpa oksigen yang mengisinya. Tak cukup dengan itu, bibirnya pun bergetar sebab ingin berucap tapi terlalu sangsi dapat meloloskan suaranya.

"Ddㅡdarren."

Len menghentikan mobil ditepi jalan. Untuk sesaat, ia hanya menatap lurus. Berlagak menatapi pengendara lain yang tetap melaju tanpa benar-benar fokus dengan apa yang dia lihat dari duduk kemudinya.

Suara Je A yang begetar membuatnya merasa brengsek karena melafalkan kalimat yang tidak seharusnya ia ucapkan disaat seperti ini. Seharusnya bukan sekarang, disaat Je A sedang dalam keadaan yang tidak baik. Hanya saja, hatinya yang benar-benar selalu berdenyut sakit melihat hari demi hari yang Je A lalui semakin mengusik dirinya membuatnya tidak tahan. Wanita itu menderita, dan itu disimpan sendiri seolah dunia tidak mau berpihak pada posisinya.

"Baekhyunㅡ" ucap Len tanpa intonasi. "Perasaanmu padanya lebih dari itu, bukan?"

Je A terkekeh palsu. Wajahnya dibuat tenang, berbalik dengan jantungnya yang berdetak sangat kencang. Caranya tertawa seolah berkata bahwa apa yang Len katakan terdengar seperti lelucon yang menggelikan. Tidak lucu.

Itu benar-benar tidak lucu.

"Hei, kenapa tiba-tiba bercanda begini?" Tanya Je A diakhiri tawa kecil. "Ya! Apa aku dan dia terlihat begitu? Konyol sekali."

Je A berdecak. Tangan kanannya yang bersandar pada jendela bergerak memijat pelipisnya. Sementara tangan kiri mengepal mencoba menahan getaran suaranya sendiri. Dia tidak boleh terlihat semakin lemah dan menyedihkan.

Sejujurnya Je A sangat terkejut. Bagaimana bisa Len tahu tentang hal ini? Tidak mungkin Sehun atau Yebin yang memberitahu bukan? Atau dia memang terlihat senaif itu sampai membuat Len mengatakan pernyataan yang merupakan fakta.

"Kami sering bertengkar seperti anjing dan kucing, Len. Dia itu menyebalkanㅡ"

"Tapi kau mencintainya." potong Len tanpa perduli sorot sendu yang terpampang dari wanita disampingnya. Tiba-tiba itu terucap tanpa bisa Len kendalikan.

Len mengahadap Je A. Memusatkan maniknya untuk mengorek isi hati Je A melalui tatapan wanita itu padanya. Ya, Len tahu semua karena memang semudah itu memahami apa yang Je A siratkan dalam setiap gerak dan sorot yang wanita itu tunjukan.

Je A bisa berusaha menjadi kuat, tapi dia juga manusia biasa yang memiliki sisi rapuh dalam dirinya. Dan, kerapuhan itulah yang dapat Len lihat saat ini. Itulah sosok Je A yang sebenarnya.

"Berapa lama lagi kau ingin mengurung dirimu sendiri dalam kesedihan?" Len meraih satu tangan Je A dan menggenggamnya. "Aku tidak ingin kau disalahkan jika suatu hari pria itu benar menunjukannya semakin gamblang."

Je A mengernyitkan alis.

"Je, kurasa dia punya perasaan yang sama denganmu."

Darah Je A berdesir hebat mendengarnya. Pernyataan yang baru saja dia dengar seperti bom yang sengaja dilemparkan diwajahnya. Membuat jantungnya berdegup sangat cepat, tapi bukan kebahagiaan yang saat ini menyelubungi hatinya melainkan perasaan nelangsa sampai membuat matanya memproduksi air mata.

Kepala Je A menggeleng, ia menelan ludahnya yang terasa membeku.

"Tidak mungkin." kata Je A bersuara lirih. "Perkataanmu tidak berdasar, Len."

"Han Je A, buka mata dan pahami arti perhatiannya padamu. Itu tidak wajar, Je." Len menarik napas dalam dan membuangnya cepat. "Kenyataannya akan membuatmu semakin sakit."

Breathless (Complete)Where stories live. Discover now