CHAPTER 10- JANGAN SEBUT AKU BONEKA JELEK!

2.5K 335 24
                                    

Jarum jam dinding yang menempel di tembok dapur berdetak. Menemani sunyinya malam hari dua manusia yang sedang berbincang hangat sambil menyeruput secangkir kopi hitam.

"Yang, kayaknya besok aku harus pergi keluar kota deh." Edy meniup-niup kopi hitamnya yang panas.

Hanin sedikit heran dengan ucapan suaminya.

"Loh, emangnya kenapa?" tanyanya dengan kedua bola mata yang melotot.

"Biasa, si bos, urusan bisnis."

Hanin memangut-mangut.

"Oh,"

"Jadi kamu ngizinin nggak?"

"Asalkan menghasilkan banyak money. Semuanya beres."

"Pasti, jagain anak-anak April dan Jim dengan baik ya?"

April mengangguk dengan anggun sambil menerbitkan seulas senyum manis miliknya. Tentu saja senyum itu palsu. Andai saja jika Edy tahu sifat Hanin yang sebenarnya saat melihat rumah April dan Jim. Begitu tamak, pemalas, hanya ingin menikmati semua aset yang sudah tersedia di sini. Pikiran yang ada di benaknya hanya satu 'ia harus menikmati semua yang ada di rumah ini sebelum April dan Jim kembali'.

Tapi sayang seribu sayang, Hanin tidak tahu jika perlakuannya bisa membawa sebuah malapetaka.

***

Sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela dapur. Pagi menyapa Hanin dengan kepulan asap pasta yang sedang dimasak dalam panci berbahan aluminium.

Katakanlah bahwa Hanin memang rakus dan pemalas. Meski begitu ia bukanlah manusia yang tega menelantarkan anak-anak kakak kandungnya (April) dengan tidak memberinya makan.

Dalam urusan dapur, Hanin memang tidak perlu diragukan lagi. Ia cukup mahir dalam urusan masak-memasak.

"Pagi," sapa Kayla, sepatu berwarna merah muda yang dikenakannya asyik bersenandung ria di lantai.

"Tante Hanin masak apa?" Kayla melirik panci aluminium yang ada di atas kompor.

"Pasta," jawab Hanin pendek tanpa merespon sapaan selamat pagi dari Kayla.

Suara derap langkah kaki seseorang dari ambang pintu dapur membuat Kayla dan Hanin menolehkan kepalanya. Mereka melihat Audrey yang sedang berjalan cuek dengan tatapan datarnya.

"Pagi Kak Aud," sapa Kayla saat ia melihat Audrey membuka pintu kulkas untuk mengambil sebotol susu putih segar.

"Ya, pagi juga." balas Audrey, ia berjalan menuju rak piring. Dengan gesit, tangannya mengambil gelas kaca yang cukup tinggi. Menuang susu putih ke dalamnya hingga penuh.

Tidak menunggu waktu beberapa lama, Emly dan Yosa datang dengan keributannya. Mereka terlalu sibuk bercanda sambil menarik kursi meja makan untuk duduk.

"Kak Edward mana?" Kayla celingak-celinguk. Menanti kakaknya yang belum datang.

"Nginep di rumah temannya." celetuk Yosa.

Kayla membentuk huruf 'O' pada mulutnya. Pertanda ia mengerti.

"Nih makan," ujar Hanin sambil meletakkan satu persatu piring berisi pasta dengan saus dan keju di atasnya sebagai toping. Benar-benar komplit.

"Makasih, Tan." ucap Emly dan Yosa secara berbarengan.

"Ya,"

"Om Edy mana, Tan?" tanya Yosa secara tiba-tiba saat dirinya menyadari bahwa Om Edy tidak ada.

"Berangkat keluar kota tadi pagi, ada urusan bisnis." Hanin meletakkan piring miliknya disamping Emly. Ia mulai duduk sambil memutar-mutar pastanya dengan garpu.

Dolls of Death [TAMAT!]Where stories live. Discover now