DIAKU?

2K 154 17
                                    

Pantaskah aku menyebutnya sebagai DIA ku dihadapan Allah? Sedangkan aku tak mengerti hatinya menetap pada hati siapa.

~Keisya Savierra Assalafiyah~

¤¤¤¤

Waktu itu bak air yang selalu mengalir. Tak akan pernah berhenti sampai Sang Maha kuasa memantapkan kehendaknya. Waktu ini berlalu begitu cepat seakan memaksa seseorang untuk melupakan kenangan lalu walaupun masih perlu dikenang dan terus memupuk harapan untuk hari selanjutnya.

Saat ini libur semester telah tiba. Sekitar setahun lagi Savierra akan mendapat gelar sarjana. S.Th.I, yaitu Sarjana Tasawuf Islam. Savierra lebih senang menghabiskan waktunya di rumah. Tapi hari ini, ia ingin pergi ke butik.

"Kak mau kemana?" Zahira melihat Savierra hendak keluar rumah.

"Ke butik bunda. Mau ikut?"

"Boleh."

"Cepet gih siap-siap kakak tunggu di depan."

"Naik apaan?"

"Naik taksi kan ada dek."

"Naik motor aja kak, kan kakak bisa bawa motor. Hemat uang dikit boleh lah."

"Nggak papa, naik motor mah panas. Lagi males kakak. Hehehe."

"Iya udah iya."

"Udah sana siap-siap. Jangan lama-lama."

"Iya iya."

Zahira kini tumbuh menjadi gadis yang bersifat sama seperti Savierra.

"Yuk kak."

"Lama banget dek. Abangnya udah nungguin tuh."

"Hah? Udah pesen?"

"Ya iya udah."

"Kasian banget abangnya kak. Nungguin kita dia."

"Mau berangkat atau tetep kasian liat abangnya? Oh iya, dia nungguin kamu bukan kakak. Kakak mah udah siap dari tadi."

"Iya iya yuk berangkat."

"Oke ayo."

Savierra dan Zahira masuk ke dalam taksi online yang sudah dipesan oleh Savierra sejak tadi. Jangan tanya dimana Angga. Dia melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren. Sama seperti Savierra dulu.

Selama perjalanan, baik Zahira ataupun Savierra tidak ada yang memulai pembicaraan. Sesekali memainkan handphone nya masing-masing lalu menghamburkan pandangan ke jalanan yang ramai orang. Lalu mata Zahira menangkap tepak makan yang pastinya berisi masakan.

"Bawa apaan itu kak?" Tanya Zahira pada Savierra.

"Makan. Buat bunda sama umi."

"Cuman buat mereka?" Tanya Zahira dengan polosnya.

"Ya Allah punya adek polos banget dah. Kudu banyak-banyak sabar." Ucap Savierra.

Sepertiga Malam TentangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang