Ambigu

60.7K 3.1K 407
                                    

Sudah sekian lama nya Nadia mengunci diri di kamar, tepat nya pulang dari camping, sampai sekarang Nadia sama sekali tidak mau di ganggu.

Untuk makan saja sama sekali tidak ada selera, kaki nya pun terasa sangat berat untuk menjadi tumpuan badan nya, tidak ada aktivitas yang membuat nya senang, semenjak masalah nya kemarin.

"Nadia, ayo makan dong Nad, aku gak mau kamu sakit," ujar Salsa yang baru saja datang, dengan raut wajah khawatir.

Nadia hanya diam, tanpa menoleh sedikit pun.

Salsa merasa sedih, wajah Nadia benar-benar pucat, Salsa sangat khawatir, tidak ingin melihat Nadia sakit, karena walau bagaimana pun Salsa juga merasakan nya.

"Nadia, ayo makan! Aku gak mau nanti kalau Bunda balik dari rumah Kakek, terus lihat kondisi kamu gini, aku gak mau Bunda nanti kepikiran, kamu mau Bunda juga sakit? Kan kamu tau Bunda gimana, kalau lihat anak nya sedih pasti akan ikutan sedih," ujar Salsa kembali, tidak menyerah untuk terus membujuk kembaran nya makan.

Memang Bunda sedang tidak ada di rumah, karena saat Nadia dan Salsa camping, Bunda memutuskan untuk menginap di Kawaluyaan tepat nya rumah Kakek nya Salsa dan Nadia.

Nadia memandang Salsa dengan tatapan sayu, merasa bersalah juga karena telah membuat Salsa gelisah.

"Mau, yaa Nad?" Bujuk Salsa kembali.

Nadia mengangguk lemas.

Wajah Salsa langsung berbinar, dan dengan cepat segera meraih makanan yang sudah di bawa nya, dan menyuapi Nadia dengan sangat lembut, dan penuh kasih sayang.

"Besok udah mulai sekolah, kamu gak usah sekolah dulu, yaa" ucap Salsa di sela-sela lahapan Nadia.

Nadia menatap mata Salsa lemas, "gue mau sekolah," ujar nya lirih.

"Kamu masih sakit, udah lah Nad, gak apa kamu diem aja dulu,"

Nadia menggelengkan kepala nya, "gue mau sekolah, Sa."

Salsa menghela berat, walaupun Nadia sedang sakit, namun tetap keras kepala nya tidak pernah hilang.

"Kuat gak? Entar kalau di sekolah tumbang awas yaa," gerutu Salsa.

Nadia mengangguk, "lagian gue gak apa-apa, cuma pusing dikit aja,"

"Iya deh iyaa," jawab Salsa mengalah, "tadi Fahri main kesini," lanjut Salsa

"Wajarlah, emang itu kan pacar lo," jawab Nadia.

"Tadi Fahri di amanatin sama Kak Satria—"

Nadia dengan cepat memandang ke arah Salsa, karena nama yang Salsa sebut benar-benar telah membuat dada nya bergemuruh.

"Kalo cerita nya nyakitin gak usah di ceritain, lah" sambar Nadia lemas.

"Kata Fahri, Kak Satria bilang kamu jangan lupa makan, udah itu aja." jawab Salsa.

Nadia tersenyum tipis, "bilangin, gak disuruh juga gue akan makan,"

Salsa tau apa yang sedang Nadia rasakan, walau Nadia tidak menceritakan nya, namun naluri seorang kembaran memang lebih kuat.

******

Matahari begitu cantik memancarkan sinar nya, suasana pagi yang di sambut senyuman hangat oleh seorang gadis yang sedang merasakan patah hati, namun tetap semesta selalu bersikap baik kepadanya.

Nadia berjalan di koridor sekolah, wajah pucat nya tidak menghalangi kecantikan nya, aura Nadia memang sudah tidak usah diragukan lagi.

"Woi, Nadia!" panggil laki-laki yang muncul dari belakang Nadia.

BadGirl Vs GoodBoyWhere stories live. Discover now