PAPA [12] -Worried-

7.1K 506 3
                                    

Theo menyetir seperti orang yang sedang kesetanan. Ia seakan menganggap bahwa jalanan hanya miliknya dan bermanufer sesukanya. Ia berkelok dan melaju tanpa tahu aturan dan dalam waktu sejekap ia sampai di daycare dimana ia menitipkan Arielnya.

Ia dengan terburu-buru masuk ke dalam daycare itu. Mengabaikan tatapan beberapa orang tua yang menatapnya aneh. Tujuan utamanya yaitu mencari seorang pengasuh untuk di tanyai. Sungguh, Theo sangat khawatir. Bahkan tanpa meminta izin memotong waktu kerja pada atasannya sendiri saking kalutnya ia.

Tidak lama seorang pengasuh datang menghampirinya, dengan terburu-buru ia menyampaikan apa yang menjadi penyebab ia datang kemari.

"Tolong Sus, kemana putri saya?" tanyanya sedikit mendesak. Pengasuh itu mengerutkan alis. Di antara banyakanya anak perempuan di sini dan seorang pria datang bertanya padanya di mana putrinya, ia tidak tahu. Ia bahkan tidak begitu hafal nama-nama anak perempuan di sini.

"Maaf, putri anda yang bernama siapa?" tanya pengasuh itu. Sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar, Theo menjawab.

"Ariel, Ariel Mc'Coline" ujarnya. Pengasuh itu berfikir sejenak sebelum akhirnya Theo kembali memberi clue untuknya.

"Aku dengar ia demam, di mana dia?" tanya Theo lagi. Pengasuh itu langsung tersadar, ia menjentikkan jarinya sebagai tanda mengerti.

"Ah, ia bayi yang sangat cantik itu yang masih berusia 4 bulan. Ia berada di lorong ke dua ruang ke tiga setelah belokan. Di sana adalah ruang perawatan" jawabnya. Theo mendengarkan dengan saksama namun karena terlalu khawatir otaknya jadi bergerak lamban. Ia menggeleng sambil memijat pangkal hidungnya.

"Tunjukkan aku jalannya" pintanya. Pengasuh itu mengangguk lalu mulai berbalik.

Selama perjalanan menuju ruangan yang Ariel tempati banyak anak yang menyapa pengasuh yang berada di depan Theo saat ini. Pengasuh itu bukan seorang gadis yang waktu itu ia temui ketika menjemput Ariel, yang ini berbeda lagi. Gadis ini agak tomboy dengan potongan rambut sebahu yang di ikat asal. Baju seragam tidak dipakai dengan semestinya, celemek yang harusnya terikat di depan malah ia sampirkan saja di pinggangnya. Ia tidak memakai rok seperti yang di pakai para pengasuh wanita lainnya, ia malah memakai celana yang harusnya di pakai oleh pengasuh pria. Kemeja putihnya ia lipat di bagian lengan. Penutup kepalanya ia gulung lalu ia ikat sebagai penahan poni. Pengasuh ini agak brutal dari penampilannya. Namun, ketika ia menyapa anak-anak ada aura lembut yang keluar.

Theo tidak tahu ada orang yang seperti itu. Brutal namun sayang di saat yang bersamaan.

"Hai Bob, jangan ganggu Maria jika kau tidak ingin mainanmu ku sita" ujar pengasuh itu tiba-tiba. Theo menatapnya. Luar biasa sekali tegurannya. Itu semacam teguran yang hanya di berikan oleh seorang anak yang setidaknya telah berusia 5 atau 6 tahun. Tapi ia berbicara seperti itu pada anak yang mungkin saja berusia 3 tahun.

Theo di buat bingung.

"Angel, kau terlalu lembek. Jika di ganggu harusnya kau pukul dia" kata pengasuh itu lagi pada seorang anak perempuan yang terisak karena berebut mainan. Theo tidak habis fikir. Jika Arielnya di pegang oleh orang ini, maka habis sudah citra lembut dari anaknya itu.

"Arka, kau terlalu kasar pada mereka. Cobalah lebih lembut" ujar salah satu pengasuh yang lewat di sebelahnya. Mendengar hal itu Theo mengangguk setuju dan gadis yang bernama Arka ini hanya terkekeh saja menjawab pengasuh itu.

"Arca emmang odoh" kali ini seorang anak yang mungkin masih berusia 1 tahun lebih ikut menimpali. Saat ini Theo ingin tertawa.

Reaksi dari gadis pengasuh itu langsung berhenti lalu merendahkan tubuhnya dan menjulurkan tangannya. Ia menyatukan ujung jari telunjukkannya dengan ibu jarinya lalu menjentikkannya pada dahi anak itu sambil bertanya.

"Apa kau bilang? Ha?.."

Anak yang terkena hantaman halus dari gadis itu langsung berlari ke pengasuh lain sambil memegang dahinya, anak itu juga terisak seakan mengadu pada pengasuh yang ia tuju tadi. Dan gadis di depan Theo saat ini terlihat masa bodoh dan kembali melanjutkan jalannya. Theo masih mengikuti. Ia ingin bertanya, tapi takut pertanyaannya menyakiti hati gadis di depannya ini. Walaupun tomboy gadis ini pasti punya hati seorang wanita yang akan merasa sensitif bila di tanyai hal kecil yang mungkin saja dapat menyinggung hati.

"Maaf, apa kau yang merawat anakku?" tanya Theo pada akhirnya. Gadis itu menoleh kebelakang menatap Theo lalu tertawa.

Theo tidak tahu apa bentuk pertanyaannya tadi menyinggung hati atau malah terdengar seperti lelucon. Gadis itu tertawa, mungkin saja tidak tahu apa maksud Theo bertanya. Theo hanya tidak ingin pengasuh tomboy dan brutal ini mengasuh anaknya.

"Aku tidak akan betah merawat seorang bayi. Anakmu itu di rawat oleh Suster Diana, Hana, dan Jasmin yang memang menjadi tugas mereka merawat seorang bayi. Mereka itu penyabar sekali, aku terkadang gemas ketika melihat mereka terlalu memanjakan anak-anak" jawab gadis itu. Seketika Theo bernafas lega.

"Bukannya memanjakan anak-anak itu hal yang wajar?" sela Theo. Gadis itu menggeleng.

"Ya jika terlalu di manja anak akan menjadi lemah dan gampang mengadu. Sebaliknya jika dari kecil tidak terlalu di manja maka anak itu akan kuat, maksud ku bukan kuat dalan artian kuat yang sesungguhnya" kata gadis itu. Theo menimbang, merasa agak ganjil dengan pemikiran gadis itu.

"Tapi jika anak terlalu di kasari akan menjadi pribadi yang pemarah dan ringan tangan. Bukannya hal itu yang malah berbahaya?"

"Aku mengajari mereka kuat dari mental mereka bukan kuat dari otot mereka. Aku jarang melayangkan tanganku ke mereka, sebagai gantinya aku menggunakan kata-kata yang akan memperkuat mereka dari dalam. Jadi ketika seorang anak di bully lewat mulut, ia sudah terbiasa dan tidak akan lemah" jelas gadis itu.

Kali ini Theo di buat kagum.

"Lagipula kalau semua suster dan pengasuh di sini memiliki sifat lembut, daycare ini tidak ada warnanya" lanjut gadis itu. Sebagai jawaban Theo hanya mengangguk.

Tidak lama gadis itu berhenti di sebuah pintu ruangan. Ia menunjukkan pintu itu sambil berkata.

"Ini, di sini tadi putrimu menangis seperti baru di cabut kakinya" ujar gadis itu. Theo mengernyit, perumpamaan itu menyakitkan sekali.

Dengan agak terburu-buru Theo membuka pintu itu. Di sana ia melihat tidak hanya Arielnya yang di rawat. Banyak bayi yang seumuran atau bahkan lebih tua dari Ariel juga tertidur sambil di kompres dahinya.

Arielnya di gendong oleh salah satu pengasuh sambil di beri asinya. Di dahinya juga ada kompres penurun panas. Ketika Theo melihat bayinya itu tertidur dengan damai rasa khawatirnya tadi yang membumbung tinggi seketika luntur.

Ia lega bayinya baik-baik saja.

"Diana, bagaimana keadaan bayi cantik itu?"tanya suara di belakang Theo. Gadis pengasuh tomboy itu tidak pergi, ia malah ikut masuk kedalam ruang perawatan dan melihat Arielnya.

Suster yang di tanya mendongak dan tersenyum lembut.

"Dia baik-baik saja hanya demam, panasnya juga sudah menurun. Tidak ada yang perlu di khawatirkan" ujar pengasuh itu masih dengan senyum lembutnya.

"Syukurlah. Hey Papa, kemari dan gendong anakmu" kata pengasuh tomboy itu. Tanpa di perintah 2 kali Theo langsung menghampiri pengasuh yang menggendong bayinya itu lalu mengulurkan kedua tangannya. Pengasuh itu tanggap dan langsung menyerahkan Ariel ke papanya.

"Kau tahu Diana, aku melihat Papa yang satu ini menyetir seperti orang kesetanan. Jika dia tidak ingat mungkin ia sudah menabrak pintu depan daycare" bisik pengasuh tomboy itu yang bodohnya masih bisa di dengar oleh Theo. Theo mendelik pada pengasuh tomboy itu dan berlalu dari hadapan pengasuh itu. Sedangkan pengasuh yang bernama Diana itu hanya tersenyum dan menjawab.

"Pastinya itu berat, orang tua mana yang tidak khawatir ketika anaknya sakit? Benar Papa?" tanya pengasuh Diana halus. Theo berbalik dan menoleh ke arah pengasuh itu. Ia mengangguk sambil menjawab.

"Benar, sangat benar" jawabnya.

TBC...

Bantu saya menemukan kesalahan dalam pengetikan. semoga kalian menikmati chapter ini dan semoga hari kalian menyenangkan..

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang