PAPA [18] -visitor (2)-

5.3K 446 15
                                    

Waktu berlalu. Hampir sebulan lewat Theo menjalani hari yang sama setiap harinya. Bangun pada pukul 6, menyiapkan keperluan Ariel dan keperluannya hingga pukul 7, memandikan Ariel setelahnya, lalu bersiap dan berangkat pada pukul 8.

Kini Arielnya sudah 5 bulan. Arielnya belum bisa melakukan apapun selain sudah terbiasa dengan kesehariannya yang sama. Theo memiliki waktu yang panjang dengan Ariel di setiap akhir pekan. Beberapa minggu lalu mereka menghabiskan akhir pekan bersama Jessica di apartemennya. Jessica datang pagi-pagi sekali dengan membawa keperluan Ariel. Theo yang baru saja bangun rasanya malas sekali melihat Jessica di pagi hari, namun wanita itu seperti tidak tahu diri. Ia masuk dan langsung merusuh di dalam apartemennya. Theo kembali tidur sedangkan Jessica bersama Ariel merusak ruang tamunya.

Itu hampir 3 minggu yang lalu. Sekarang Jessica sedang di sibuki dengan berbagai macam ujian dan tes di kampusnya. Theo menyemangatinya, karena ia pernah berada pada posisi itu. Bahkan ia termasuk yang tercepat, karena waktu itu Theo ingin segera lulus dan bekerja. Beruntung ia bisa mengimbangi kemampuannya dengan tes yang ada.

Ah, itu hampir satu setengah tahun yang lalu. Sekerang ia punya hidup yang jauh lebih rumit.

Sekarang hari sabtu. Harusnya ia mendatangi kelasnya untuk mengikuti pelatihan menjadi seorang ayah. Theo belum berhenti dari kelas itu. Ia merasa masih kurang dan kurang jika menyangkut tentang kemampuannya menjadi seorang ayah. Karena terkadang ia masih bingung apa yang harus ia lakukan jika menyangkut tentang kebiasaan baru Ariel. Namun, ia malas sekali untuk beranjak kemana pun.

Ariel sudah terbangun beberapa jam yang lalu.  Bayinya itu kini sedang berbaring di atas ambal beludru di ruang tamunya sambil memainkan bebek karet yang berbunyi ketika di tekan, sedangkan Theo sedang duduk di atas sofa, mengganti channel TV terus menerus seakan mencari saluran yang bagus untuk di lihat.

"El sayang, jangan di masukkan ke dalam mulut" kata Theo begitu melihat Arielnya mencoba untuk memasukkan kepala bebek itu ke dalam mulutnya, Theo dengan sigap mendekat dan menjauhkan bebek itu dari mulutnya.

Arielnya menjerit dan menggapai-gapai mainan yang di ambil oleh Theo. Theo menggerakkan mainan itu di atas kepala anaknya itu. Membiarkan anaknya mencoba untuk merebut bebek itu darinya.

"Ayo ambil sayang" gumam Theo. Arielnya masih berusaha, gapaian tangannya kian tinggi. Theo mengecup dahi anaknya itu sambil terus menggerakkan mainan tersebut.

"Aa.. siapa anak Papa yang cantik? hmm.. hmm.. hmm.." gumam Theo lagi sambil mengecupi pipi anaknya itu. Arielnya mulai merengek hampir menangis, Theo dengan cepat memberikan bebek karet itu pada anaknya.

"Baiklah, kau menang sayang" ujarnya. Tangan Theo tidak berhenti, ia mencubiti ringan pipi anaknya, menciumi anaknya, dan menggigit pelan lengan anaknya. Sungguh Theo gemas sekali.

Ketika sedang asik bermain bersama anaknya, bel apartemennnya berbunyi. Theo menengadah dan menatap pintu. Siapa orang yang tidak punya kerjaan sampai harus mendatanginya di tengah libur yang nyaman ini. Theo menggeram namun berdiri juga dari separuh baringannya.

Ia berjalan malas menuju pintu dan mengintip dari lubang intip pintunya. Ia terkejut mendapati atasannya itu kini berdiri di depan pintunya dengan baju santainya. Theo menatap panik ke sekitar, ia memang memperbolehkan atasannya itu untuk berkunjung, tapi ia tidak tahu bahwa atasannya itu akan datang pada hari ini. Dimana kamar tamunya seperti kapal pecah dan pakaiannya seperti gembel, ia bahkan belum menyikat gigi dan mencuci wajahnya. Theo terdiam tidak tahu harus berbuat apa.

Belnya kembali berbunyi. Memecah kepanikn Theo, tanpa berfikir panjang, ia membuka pintu sambil berucap.

"Ya.. " katanya lalu merutuki dirinya sendiri. Harusnya ia tidak perlu membuka pintu hingga orang ini pergi begitu saja. Ah, sudahlah. Sudah terjadi.

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang