#Day 1

25 8 2
                                    

AAAaa!! teriakan alaramku yang unik itu membuat ku tersontak dari ranjangku, namun enggan untuk bangun. Aku menenggelamkan tubuhku dalam selimut hitam ku. 

AAAAaaa!!! alarmku semakin menjadi jadi dalam hal berteriak. 

"Eh kampret bukannya bangun malah nerusin tidur" aku tidak tahu itu ucapan siapa yang jelas aku tidak melihat siapapun yang masuk ke kamarku.

"HeH!" ucapan itu langsung membuatku mengarah ke asal suara. Alarm.

"sedang bicara?" tanyaku polos pada alarm. Alarm yang sudah berumur tua, namun kekuatan dayanya seperti mak lampir. Baru aku dapat satu hari yang lalu dari kakak ku karena baru saja berkunjung ke kota Swidch. Kota sihir.

"yak benar, aku berbicara pada pemilik ku" ucap alarmku yang perbentuk seperti emotikon iblis. Emang dasar iblis pengganggu orang tidur.

"aku bukan pemilikmu" ucapku sadis.

"aku tidak bertanya padamu" jawabnya lebih sadis membuatku langsung meraih alarm itu. 

"heh apa yang akan kou lakukan padaku?" tanyanya yang tidak aku gubris dan langsung aku letakkan alarm itu di bawah bantal dan bantal itu aku tindih guling dan selimutku. 

"mampus" gumamku sedikit bahagia.


Aku segera menuju ke ruang makan setelah berpakaian rapi layaknya anak sma biasa yang baru selesai mandi lalu memakai seragam sma. Rumahku ini bukanlah rumah mewah. Rumahku hanya memiliki satu lantai dan keluarga kecil yang mampu memperhangat suasana.

Selesai makan yang aku lakukan adalah berpamitan pada orang tuaku. Aku menghadap pintu sambil memegang liontinku dan mengucapkan sebuah mantra untuk menuju ke tujuanku yaitu sekolahku.

Selang beberapa saat aku mendengar keberadaanku yang berbeda. Aku sudah ada di sekitar sekolah ku. Tepatnya di belakang pohon besar di belakang sekolahku. Di sini sepi tidak ada seorang pun yang berani melintas di sini karena selain angker banyak yang menjadikan tempat serindang ini tempat berkumpulnya sampah. Bayangin aja deh gimana tempatnya.

Oh ya sekolahku ini adalah sekolah terbaik di kota ini. SMA Cahaya Pelita. Muridnya rese rese, alay alay, anak buahnya micin.

"heh kalo ngeliat biasa aja kales" ucap seorang cewek sambil mengunyah permen karet di mulutnya, sepertinya bukan hanya dirinya yang mengunyah permen karet. Ketiga temannya juga sama.

 Perasaan caraku ngeliat dia biasa aja. Yaudahlah aku ngelihat yang laen aja, lagian ngelihat dia pahit di mata.

"heh berhenti" ucap seseorang yang langsung membuat langkahku berhenti, namun aku kembali melangkah dan menghiraukan seruan panggilannya.

"lagian siapa juga yang dia panggil dengan sebutan'heh', aku kan punya nama" batinkau. Aku juga sudah melihat apa yang akan dia lakukan jika aku berhenti. Aku sudah merasakannya. 

"Aha"  aku memikirkan balasan untuk gadis berambut aneh itu. Aku memegang liontinku lalu mengucapkan mantra lengkap dengan apa yang aku pikirkan.

Tidak butuh waktu lama aku melihat reaksinya yang melambaikan tangannya kepadaku namun terjeda setelah ia mengeluarkan permen karetnya lalu ia semprotkan kepada salah satu temannya. Semuanya berteriak jijik.

"AAAh aku jijay!!" teriak mereka lalu lari ke arah yang berbeda beda. Alay kan..



Bagaimana?

Don't Forget for Votment yash...





SihirWhere stories live. Discover now