37

511 22 0
                                    

Kini Rianty dan Franda sudah berada di rumah sakit tempat Mamanya dirawat. Rianty membuka pintu kamar rawat Sita. Dan terlihat Sita masih berbaring di atas brankar.

"Ma.."

Sita sedikit menggeliat. Dan membuka matanya. "Loh kamu udah pulang, Ri?"

"Udah, Ma," Rianty menyalami tangan Sita. Begitu juga dengan Franda.

"Ma, aku gak bisa lama-lama disini. Maaf ya," ucap Franda.

"Iya enggak papa kok, Nda. Mama udah seneng kamu kesini."

"Yaudah aku pamit ya."

"Makasih ya, Nda udah nganterin gue."

"Iya, Ri sama-sama. Maaf ya gue gak bisa lama-lama. Soalnya gue mau ke caffe. Mama gue nyuruh kesana sehabis jum'atan."

"Hati-hati, Nda."

Franda keluar dari ruang rawat Sita.

Rianty meletakkan buah-buahan yang dia beli tadi dengan Franda. "Mama udah makan belom?"

"Udah kok."

"Makan sama siapa? Kan Mama belom bisa duduk."

"Tadi sama perawatnya."

Rianty hanya bergumam. Dan duduk di kursi yang ada disana. Membuka handphone yang masih belum ada notifikasi dari Jovi. Rianty gelisah. Jadi merasa bersalah. Rianty jadi berpikir untuk meminta maaf pada Jovi. Namun dia sendiri saja tidak tau dimana Jovi sekarang.

Rianty menghela nafas. Baru tersadar kalau hari ini jadwal latihan basket. Dan latihan dimulai pada pukul 2 siang. Rianty melihat jam yang ada di tangannya. Masih pukul 1 siang. Masih ada waktu untuk ke sekolah sekarang.

"Ma, aku keluar dulu ya. Ada perlu sebentar," Rianty pamit dengan Sita.

"Yaudah hati-hati," Rianty mengangguk dan berjalan keluar menuju loby rumah sakit menunggu ojek online.

Hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai ke sekolah. Sudah ada beberapa anak basket di sekolah saat ini. Rianty mengedarkan pandangan, berharap melihat Jovi disana.

Rianty berjalan menuju gedung serba guna, tempat dimana basket latihan. Rianty berdiri di pintu masuk. Berharap menemukan seseorang yang dia kenal.

"Ri.."

Rianty terperanjat kaget. Kemudian membalikkan badannya. Menemukan sosok Satria yang sudah tersenyum lima jari.

"Nyari Jovi ya?"

Rianty mengangguk. Kemudian kembali mengedarkan pandangan. Siapa tau Jovi sudah datang.

"Masuk aja, tunggu di tribun. Siapa tau hari ini dia telat."

Rianty menurut. Dan mengikuti Satria yang melangkah masuk.

Rianty jadi kesal sendiri. Jovi masih belum datang sampai sekarang. Akhirnya Rianty memutuskan untuk kembali ke rumah sakit.

"Sat!" panggil Rianty dan Satria mulai mendekat. "Gue balik aja deh ya, salam buat Jovi kalo dia dateng."

Satria mengangguk. Dan kembali ke lapangan.

Rianty makin lesu karena tidak bisa bertemu dengan Jovi. Pikirannya hanya tertuju pada Jovi sekarang. Sudah seharian tidak ada kabar. Tidak masuk sekolah. Bahkan basket pun dia tidak latihan.

Rianty membuka pintu ruang rawat Sita. Dan dia jadi diam membeku. Melihat Mamanya sedang dengan cowok itu. Cowok yang Rianty nanti kabarnya seharian ini. Ternyata dia disini.

"Tante, Jo pamit ya. Kan udah ada Rianty," ucap Jovi setelah menyadari Rianty telah kembali. Sita hanya tersenyum kepada Jovi. Jovi pun pergi melewati Rianty tanpa menyapanya. Rianty makin lesu kali ini.

ADRIANTYOnde histórias criam vida. Descubra agora