Prolog

14.9K 1K 5
                                    

Untuk pertama kalinya, dia terlampau ketakutan untuk bertemu laki-laki itu. Desir hangat kala mendengar namanya disebut, kini menjadi debaran menyesakkan. Matanya tidak lagi lembut. Skleranya tercemar oleh guratan merah. Mereka tidak lagi memandang satu sama lain dengan cara yang sama.

"Yang Mulia ..." Caral memanggilnya pelan. Bahkan untuk menyebut namanya lagi, lidahnya kelu. Dia nyaris tidak menemukan suaranya sendiri. Bisikan itu langsung tertelan udara yang bergerak di sekeliling keduanya.

Hanya beberapa langkah di hadapannya, laki-laki itu bergeming. Keadaannya tidak jauh berbeda—dengan luka yang lebih besar.

Padahal mereka tidak bersalah. Tidak sekali pun perbuatan yang mereka lakukan, menjadikan mereka pantas terpisah oleh jurang yang amat lebar dan kelam.

Hati sang Pangeran bergolak. Kalut dalam rasa kecewa, kemarahan, bahkan perlahan dia mulai jijik pada dirinya sendiri. Ditambah saat melihat wajah gadisnya yang sembap, penuh dengan air mata yang menggenang, dia tidak bisa berkutik. Mengulurkan tangannya saja dia tidak lagi sanggup.

Ini salah.

Sejak awal semuanya salah.

Katakanlah segalanya akan lebih mudah, apabila cinta mereka berubah menjadi kebencian yang tak berujung.

Lady of PerishDonde viven las historias. Descúbrelo ahora