Chap 17

2.9K 425 37
                                    

Cuaca Seoul  begitu mendung sore hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cuaca Seoul  begitu mendung sore hari ini. Awan-awan berwarna kelabu nampak berarak di langit. Menunggu waktu yang tepat untuk menurunkan bulir-bulir air ke bumi dan bertegur sapa dengan para manusia. Termasuk seorang gadis yang tengah berdiri di gerbang sebuah junior  high school.

Sejak lima belas menit gadis itu tiba di sana ia tak henti-hentinya menatap ke arah arlojinya setiap lima detik sekali. Sesekali ia mengetuk-ngetukkan ujung payungnya ke tanah guna menyalurkan rasa gelisah di hatinya.

"Aish, gadis itu pasti terkena masalah lagi" gumamnya dan hendak melangkah memasuki sekolah namun ketika mata tajamnya menangkap objek yang sedari tadi di tunggunya tengah berlari ke arahnya dengan wajah sumriang ia kembali berdiri di posisinya.

"Jennie-ssi, apa aku lama?" Ucap Haneul setibanya di hadapan Jennie, sementara Jennie hanya mengerlingkan matanya malas.

Benar, gadis yang sedari tadi nampak gelisah itu adalah Kim Jennie. Entah mengapa gadis itu sangat ingin kembali menjemput Haneul. Bahkan pagi tadi gadis itu menawarkan diri untuk mengantar Haneul ke sekolah yang tentu saja disambut antusias oleh Haneul. Semenjak kejadian kemarin, dimana ia melihat Haneul ditindas ia merasa begitu kesal dan tak ingin hal sama terulang pada Haneul.

Ia enggan mengakuinya namun entah mengapa ia sangat ingin melindungi Haneul yang padahal baru di kenalnya selama dua hari dan merupakan sumber dari mimpi-mimpi buruknya.

"Jennie-ssi, hujan turun" ucap Haneul sambil mencoba melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

Jennie terkesiap dengan segera gadis itu membuka payung yang berada di gengamannya dan menarik Haneul mendekati dirinya, "Hujannya deras sekali" gumam Jennie mengadahkan kepalanya.

"Kita ke rumahku saja Jennie-ssi, tidak terlalu jauh dari sini" ucap Haneul.

Jennie mengernyitkan dahinya dan menatap ke arah Haneul, "Kau, punya rumah?" Tanyanya ragu

"Bukan rumahku, rumah Papah dan Mamahku, rumah Rosé eonnie" ucap Haneul memelankan suaranya di akhir kalimat.

Jennie terdiam, sudah hampir lima tahun ia tak mengunjungi rumah sang mendiang sahabat. Ia begitu takut dengan reaksi Tuan dan Nyonya Park jika melihat pembunuh putrinya berkunjung ke sana. Selain itu terlalu banyak kenangan tentang sang sahabat di sana, ia tak mungkin ke sana. Tak akan pernah.

Jennie hendak membuka mulutnya, menolak tawaran Haneul. Namun sebelum hal tersebut terjadi suara petir yang saling sambar menyambar diiringi pekikan ketakutan dari Haneul membuat Jennie menghela napasnya.

Ia tak mungkin membiarkan Haneul ketakutan dan juga kedinginan jika memaksa gadis itu untuk pulang ke rumahnya. Maka satu-satunya pilihan adalah, "Ayolah cepat, kita ke rumahmu sekarang" membawa Haneul ke kediaman keluarga Park, rumahnya dan juga rumah sang sahabat.

Jennie terpaku di tempatnya, ia masih tak percaya ia memiliki nyali untuk menapaki kakinya di rumah sang sahabat. Ia bahkan tak bisa menghentikan tubuhnya yang bergetar ketakutan karena demi apapun di setiap sudut pekarang rumah itu ditumbuhi oleh berbagai bunga mawar, bunga yang merepresentasikan sosok sang sahabat juga bunga favoritnya.

Deja vuWhere stories live. Discover now