C H A P T E R 3

1K 149 0
                                    

Taeyong sudah lelah dengan semua hal yang terjadi saat ini.

Orangtua yang tidak peduli, teman-teman yang hanya datang jika ada maunya, dan juga para gadis sialan yang terus mengganggu hidupnya di sekolah.

Dan hari ini, mood yang berusaha dibangunnya dengan baik, hancur sudah ketika Ayahnya terus memaksanya untuk berhenti melakukan hobinya, yaitu dance. Terlebih Ibunya, wanita yang harusnya mendukung anaknya malah lebih sibuk dengan urusannya sendiri.

"Ayah tidak mau tahu. Kau harus berhenti dari kegiatanmu dan fokus untuk persiapan ujianmu. Kau satu-satunya penerus--"


"Aku berangkat."


Taeyong segera meninggalkan meja makan sebelum emosinya memuncak. Ia tidak mau paginya lagi-lagi berantakan karena Ayahnya.

"Ya! Dasar anak kurang ajar! Mau kemana kau? Aku belum selesai--"




BRAK



Taeyong membanting pintu rumah, sebagai tanda bahwa dirinya benar-benar muak dengan pembicaraan Ayahnya. Ia menghela napas kasar, lalu segera berjalan meninggalkan kediaman rumahnya.

Taeyong berjalan menuju halte bis sambil terus memikirkan kejadian di meja makan tadi.



Cukup.


Ia sudah muak.


Sebuah ide tiba-tiba terlintas di otaknya. Ia menyunggingkan senyum licik, sebelum akhirnya segera menaiki bus sekolahnya.


♦♦♦

"Apa? Kau yakin?"


Wali kelas Taeyong kini menatap muridnya itu tak percaya. Ia begitu terkejut atas permintaan anak ini yang menurutnya sangat aneh.

"Ya, Pak Choi. Saya sangat yakin," ujar anak itu-Taeyong- mantap.


Guru Choi menghela napas, lalu kembali bertanya, "Apa Ayah dan Ibumu sudah setuju? Aku tidak bisa begitu saja menyanggupi keinginanmu itu."

"Mereka sudah yakin, Pak."

"Apa kau benar-benar yakin ingin pindah ke kelas jurusan Bahasa? Padahal menurutku kau sudah sangat cocok dengan jurusan Bisnis dan Management."

Taeyong mengangguk. Ia tidak pernah seyakin ini sebelumnya. Rencana ini sudah dibuatnya sejak di bus tadi. Taeyong ingin memberontak. Sudah cukup dengan 'menjadi anak baik' di kamusnya. Toh Ia tidak mendapatkan apapun selama ini. Impiannya menjadi dancer terkenal pun tidak akan direstui Ayahnya.



Jadi berontak juga tidak ada salahnya kan?


Guru Choi mengambil sebuah formulir. Ia menyerahkannya pada Taeyong, "Orangtuamu harus tanda tangan, lalu akan kupindahkan kau ke kelas Bahasa."

Taeyong berdecak sebal. Ah, dirinya lupa memperhitungkan hal ini.

"Apa tidak bisa kalau wali saya saja? Orangtua saya jarang di rumah, bisa berminggu-minggu baru pulang." Taeyong berdoa dalam hati agar Guru Choi mengizinkan.

One Sided Love | Taeyong X JisooWhere stories live. Discover now