CHAPTER 3

581 60 6
                                    


Seorang namja manis yang sering disebut mirip kelinci itu sedang duduk termenung sendirian di dapur. Kebetulan mereka baru saja menyelesaikan jadwal mereka dan saat ini kebanyakan dari mereka sedang istirahat diruangan mereka. Namja manis bernama lengkap Kim Doyoung itu menghela nafas dalam. Ia sungguh merasa terganggu dengan masalah yang ia miliki saat ini dengan kekasihnya itu. Terlalu larut dengan pikirannya ia tidak menyadari ada yang sedang memperhatikannya dengan wajah sendu.

"Hyung," panggilnya lembut berusaha untuk tidak mengejutkan hyung kesayangannya itu. Mengetahui siapa yang baru saja memanggilnya tak lantas membuat Doyoung menengok, dia malah menundukkan kepalanya dan memejamkan kedua mata bulatnya.

"Hyung masih marah padaku?," pemuda tadi kembali membuka suara. Ia pun melangkah mendekati tempat Doyoung duduk.

"Kenapa tidak menjawab, hyung? Kau benar-benar marah padaku?,"tanyanya lagi saat dirasa Doyoung tidak kunjung menjawabnya.

"Aniya,,,kenapa juga aku harus marah padamu, hm?," Doyoung akhirnya membuka suara menjawab namja tampan yang kini berdiri dihadapannya. Meski ia menjawab dengan tetap mempertahankan posisi menunduknya.

"Karena aku bersikap kekanak-kanakan?," jawaban namja dihadapannya itu membuat Doyoung membuka matanya dan mendongak menatapnya. "Mian,," lanjutnya membuat Doyoung menaikkan kedua alisnya.

"Jadi kau sudah sadar kalau kau itu salah karena sudah cemburu pada sembarang orang?,"

"Aku minta maaf padamu karena ucapanku tadi pagi pasti membuatmu sakit hati, hyung. Tapi aku merasa aku tidak salah untuk cemburu, karena aku bukan cemburu pada sembarang orang. Aku cemburu pada orang-orang yang benar-benar berniat merebutmu, hyung. Apa itu salah?," penjelasan kekasih tampan dihadapannya membuat Doyoung kembali memejamkan matanya frustasi. Ia pun beranjak berdiri dihadapan kekasihnya itu lalu menatapnya dengan tatapan kecewa.

"Percuma. Kau masih belum sadar juga , Jae," ucap Doyoung merasa lelah untuk berkali-kali menjelaskan kepada kekasihnya itu. Diapun beranjak meninggalkan Jaehyun yang langsung bereaksi mencekal lengan Doyoung.

"Ah!!," reaksi yang diberikan Doyoung membuatnya merngeryit heran.

"Hyung, wae irae? Kau terluka?," tanya Jaehyun benar-benar merasa khawatir.

"Aniya. Na gwaenchana," jawaban kekasih manisnya tak lantas membuat Jaehyun percaya. Ia pun membuka lengan baju Doyoung meski sudah ditahan oleh Doyoung hingga akhirnya ia dikejutkan dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Hyung,,,,igeo,,,na ttaemuniya?," Jaehyun tergagap menanyakan hal itu pada Doyoung. 

Ia jadi teringat dengan kejadian semalam dan juga pagi tadi. Saat itu hyungnya sempat mengeluh kesakitan karenanya tapi karena Jaehyun sudah terlanjur dibutakan oleh kecemburuannya ia menutup telingan akan keluhan hyungnya itu. Jaehyun benar-benar merasa seperti namja brengsek saat ini. Inginnya ia menghantam kepalanya sendiri karena kebodohan yang ia lakukan.

"Jaehyun-ah. Na gwaenchana. Jinjja,," Doyoung berujar lembut membuat Jaehyun mendongak menatap mata bulatnya.

"Duduklah disini. Jangan bergerak," Jaehyun mendorong Doyoung untuk duduk kembali dan beranjak membuka lemari yang berada didekat mereka. 

Jaehyun kembali dengan sebuah kotak yang Doyoung ketahui adalah kotak obat. Dia berlutut didepan Doyoung dan meraih tangannya yang terlihat memerah itu. Doyoung hanya bisa diam memperhatikan apa yang dilakukan kekasih tampannya itu sampai akhirnya dia meringis kecil saat Jaehyun mulai mengoleskan salep di luka memarnya.

"Apa sesakit itu?," tanya Jaehyun tanpa menatap Doyoung.

"Aniya. Sudah kubilang aku baik-baik saja. Aku hanya kaget saja tadi," jawab Doyoung membuat Jaehyun memejamkan mata. 

CAN I CALL YOU MINE ONCE AGAINWhere stories live. Discover now