BAB 02 - Melodi

16.2K 1.3K 113
                                    

Bulu matanya berkibar cepat ketika mempertontonkan iris emasnya yang terbuka lebar. Lan Wangji mengelus keningnya begitu kasar, mecoba membangunkannya dari kenyataan yang tidak pasti ini. Tangannya mengusap-usap dada, menenangkan perasaan yang menggelegak dalam sana.

Tubuhnya pun dibasahi peluh dingin, mengguyur perasaannya yang dilanda kerinduan sepanjang waktu, dia tidak sanggup akan perasaan ini, tidak sanggup menahannya lebih lama, dia sudah sangat lelah menunggunya belasan tahun, apakah tidak boleh memperoleh imbalan atas penungguannya ini? Ataukah hidupnya hanya sebatas penungguan tanpa bisa merasakan kebahagian?

Dia mendesah sedih atas penungguan ini.

Turun dari ranjang, langkahnya gontai berjalan ke kamar mandi, namun seberapa langkah berjalan tiba-tiba setangkai bunga teratai jatuh ke lantai, langkahnya terhambat, itu teratai yang sama berada dalam mimpinya.

"Wei Ying, akankah kau kembali?" Desahnya, terdiam lama sebelum memungutnya dan menaruhnya di dalam vas bunga, bertepatan letaknya di sebelah tempat tidur.

Terus menyelesaikan mandi dan keluar dari Jingshi setelahnya, pergi memberi makan kelinci-kelinci. Tubuh gembul berbulu lebat selembut kapas itu tiba-tiba melompat riang dengan kaki-kaki kecilnya, mencoba menghibur tuannya yang sedang bersedih.

"Wangji?"

Lan Wangji sedang merangkul seekor kelinci berwarna hitam ketika berbalik, melihat siapa yang datang, "Xiongzhang."

Senyuman Lan Xichen terlukis tulus ketika berpindah dari bawah pohon persik ke tempat saudaranya berada, dia sudah berada di sana cukup lama dan memperhatikan tindakkan saudaranya yang muram, "Saudaraku, kau terlihat semakin murung, apa telah terjadi sesuatu?"

"Tidak, hanya sebuah mimpi." Tangannya begitu mulia mengusap punggung kelinci, muram di matanya menunjukan betapa tidak relanya mimpi semalam berlalu begitu saja, walau hanya sebatas mimpi tidakah membiarkannya bahagia untuk itu?

"Oh mimpi, sepertinya mimpi yang membuatmu semakin muram." Lan Xichen mengerti hal itu, walau hanya sebatas mimpi, Lan Wangji tetap saudaranya yang sama seperti belasan tahun belakang, sebelum mencintai seseorang tanpa terbalasan.

Dalam hatinya tersimpan kenyataan pilu penyebabkan saudaranya menjadi seperti sekarang ini, kenyataan saat itu terlalu mengejutkan untuk semua orang, terlebih lagi bagi seorang HanGuang Jun yang dipandang mulia dari dalam dan luar sekte, seseorang yang menjadi belahan jantungnya diburu oleh semua cultvator sekte dan terbunuh di medan pertempuran secara besar-besaran.

Sayangnya saat kejadihan itu terjadi, keadaannya sama sekali tidak baik-baik, tidak bisa hadir dan membantu orang tersebut menghadapi kemarahan dari cultivator empat sekte besar.

"Paman mengatakan kau akan memenuhi undangan dari kepala desa Mo, kapan akan berangkat?" Lan Xichen meletakan Liembing di pinggang ketika menggunakan tangannya menangkap seekor kelinci dan menggendongnya seperti saudaranya lakukan.

Lan Wangji mengangguk, "Sore ini, apa Xiongzhang akan mengunjungi LianFang-Zun?"

Lan Xichen juga mengangguk, "Untuk berbicara tentang gundukan makam di bukit Luanzang dan Segel Harimau. Wangji, berhati-hatilah, di desa Mo terdengar rumor kebencian mayat ganas yang cukup tinggi."

"Wangji mengerti, terimakasih Ziongzhang telah mengingatkan."

"Sudah sepatutnya." Lan Xichen meletakan kelinci di atas rumput setelah puas mengusap punggungnya, lalu tersenyum sebelum meninggalkan saudaranya yang kelihatannya sedikit lebih membaik.

Saat Lan junior mendatangi desa Mo lebih dahulu, Lan Wangji lebih tenang menikmati perjalanannya mengintari hutan dekat desa, pembawaannya yang tenang tidak melunturkan tetesan air yang bertengger di atas dedaunan, pandangannya yang dingin menyiratkan HanGuang-Jun bereskpresi beku.

[END] Teratai Untuk Lan ZhanWhere stories live. Discover now