BAGIAN 1 ✔️

256K 12.6K 390
                                    

Terlahir dengan sebuah keterbatasan fisik tidak satupun orang menginginkannya, termasuk aku. Tapi aku bisa apa saat takdir mengatakan hal berbeda. Saat tuhan menciptakan satu perbedaan yang jauh dari kata sempurna untuk umat-Nya. Ah, kenapa aku jadi memprotes hal yang sudah Dia berikan?

Aku Serena Latifa. Lahir dari pasangan Wisnu Cakranegara dan Delia Zahra Cakranegara, Ayah berprofesi sebagai duta besar Indonesia di Baghdad, Irak. Sedangkan Ibu adalah seorang designer. Kakakku Refandiaz Cakranegara dan Adilia Farah Cakranegara. Tapi setahun setelah kelahiranku, masa jabatan Ayah telah habis sehingga kami pun harus pindah ke Jakarta. Kembali ke tanah kelahiran Ayah sedangkan Ibu, meski basic bisnisnya berada di Indonesia tetap saja mengikuti kemana Ayah dinas. Beberapa tahun setelah Ayah kembali ke Indonesia, Ayah mengajukan pensiun dini walau di acc dua tahun kemudian dari pengajuan. Jangan tanyakan kenapa karena aku tidak mengerti.

Ayah beralih profesi menjadi seorang pebisnis di bidang batu bara, meski beberapa kali mengalami pasang surut. Namun beberapa tahun setelahnya semuanya kembali stabil. Kami pun sempat mengikuti Ayah untuk tinggal di Kalimantan. Tapi itu hanya beberapa bulan. Kemudian hanya Ayah yang pulang pergi Kalimantan-Jakarta.

Tak ada yang berbeda dengan Ayah ataupun Ibu terhadapku, meski aku tidak sempurna secara fisik. Semuanya sama. Porsi kasih saying pun sama. Untuk Kak Refan, untuk Kak Farah, ataupun untukku. Bahagia, bukan? Tentu saja, sangat bahagia.

"Serena," Panggil Ibu ketika itu. Aku segera berbalik, menyunggingkan senyum manis untuknya.

"Ayah, Ibu, dan Kak Refan pergi sebentar, ya? Serena di sini sama Teh Uchi." Katanya pelan dengan gerakan tangan yang sangat aku mengerti. Teh Uchi adalah pengasuhku sejak aku dan keluarga pindah ke Jakarta. Tidak. Beberapa tahun setelah kami pindah ke Jakarta. Sedangkan dua kakakku di urus oleh Teh Ema.

Aku mengangguk. "Kak Farah ikut?" Tanyaku dengan gerakan tangan. Benar. Aku mengalami kesulitan berbicara, sehingga bahasa isyaratlah yang aku gunakan untuk bisa berkomunikasi secara langsung. Itulah sebabnya aku memiliki pengasuh yang berbeda dengan kedua kakakku. Karena Teh Uchi yang bisa mengerti dan bisa menggunakan bahasa isyarat.

Ibu mengangguk. "Kak Farah ikut sekalian menjemputnya di tempat les." Jawab Ibu.

"Hati-hati." Jawabku sambil menyalami tangan Ibu.

Tak lama selepas kepergian Ibu dan Ayah, Teh Uchi muncul dengan susu coklat di tangannya. Ia tersenyum sangat manis. Umur kami hanya berbeda 12 tahun. Dia masih muda dan cantik dibalik hijab yang tak pernah lepas dari kepala. Dialah yang mengurusku dari ujung kaki sampai ujung rambut ketika Ibu hampir tak pernah menyentuhku barang sehelai rambut pun. Dia pengasuh rasa saudara.

"Nyonya sudah pergi?" Tanyanya. Dengan gerakan tangan yang sangat lincah. Jagan lupa bahwa dialah yang mengajaiku bahasa isyarat.

Aku hanya mengangguk sambil terus memainkan boneka Barbie sebagai oleh-oleh dari Teh Uchi yang sempat ke Singapura beberapa waktu lalu untuk menemani ibunya berobat. Teh Uchi bukan berasal dari keluarga yang mampu, tapi Ayah memaksanya untuk membawa ibunya untuk operasi saraf. Aku tidak tahu kenapa wajah Teh Uchi berubah sendu, seakan tatapan itu adalah tatapan iba. Oke. Aku masih terlalu kecil untuk mengartikan mimik wajah seseorang, jadi aku mengabaikan tatapan itu. Dan bukan hanya sekali ini saja. Tapi juga banyak kali aku menemukan mimik wajah itu. Dan bukan hanya dari Teh Uchi tapi juga Teh Ema. Ia mengelus kepalaku dengan hangat. Berbeda dengan Ibu dan Ayah yang justru terasa dingin.

"Serenaaaa!" Suara Teh Ema meneriakkan namaku saat masuk dengan sebuat toples di tangan. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi.

Aku dan Teh Uchi mendongak heran.

"Aku sudah membuat cookies coklat untukmu." Suara cemprengnya sungguh memekakan telinga. Teh Ema sungguh kebalikan dari Teh Uchi. Teh Uchi lebih kalem sedangkan Teh Ema lebih cerewet, tapi umur mereka tidak jauh hanya berbeda beberapa bulan.

Jangan Buang Aku, Ayah!Where stories live. Discover now