Part 32 : Park's

2.5K 189 12
                                    

Annyeonghaseo readers-nim..
Happy reading 📖

❤️
🧡
💛
💚
💙



















Usia kandunganku sudah memasuki usia 9 bulan. Hanya tinggal menghitung hari saja bayi yang ku kandung lahir ke dunia.

Aku dan Chanyeol masih seperti biasanya, kami benar – benar menjalankan rencana seperti semula. Walaupun pada akhirnya aku berhubungan suami istri dengannya di Paris dan menghasilkan bayi di perutku, tapi itu semata – mata ku langgar demi kebahagiaan ibu mertuaku. Kata – katanya beberapa bulan lalu begitu menyayat hatiku. Memikirkan beliau begitu menginginkan seorang cucu dariku sebelum menutup usia sangatlah membebaniku saat itu. Hingga akhirnya aku mengizinkan Chanyeol menyentuhku.

Aku tak pernah menyesali keputusanku menikah dengan Chanyeol, melepas keperawananku untuk Chanyeol dan mengandung benihnya untuk eommonim. Yang paling aku sesalkan, anak ini ada bukan karena cinta kedua orangtuanya. Anak ini ada karena aku ingin mewujudkan keinginan semua orang.

Semasa kehamilan aku benar – benar dimanjakan oleh semua orang.

Masih segar di ingatanku saat awal kehamian dan mengalami morning sickness, Chanyeol selalu memijat tengkukku saat mual itu menghampiri. Juga ketika aku hanya bisa memakan masakan Chanyeol, dia selalu memasak untukku. sekalipun itu siang hari, ia sengaja pulang sebelum makan siang untuk memasak makan siangku dan pulang tepat waktu untuk memasak makan malam.

Tak pernah ada yang menolak keinginanku, termasuk para sahabatku. Mereka pernah jauh – jauh datang dari Seoul ke Busan karena aku merindukan mereka dan juga masakan Kyungsoo. Jongin bahkan pernah membatalkan meetingnya karena aku memintanya membeli teokbokki yang sering kami makan di dekat rumahku dulu.

Semua orang benar – benar memanjakan dan menginginkan kehadiran bayi ini. Apa aku memanjakannya juga? Tentu, aku selalu menyuarakan keinginan mendadakku pada orang sekitarku. Bukankah itu artinya aku memanjakannya juga? Dan apa aku menginginkan kehadirannya juga? Entahlah aku tak yakin dengan ini. Aku sangat senang dan menantikan kehadiran bayi ini tapi entah mengapa aku merasa bersalah pada calon anakku ini. Dia ada karena keinginan, bukan karena cinta kedua orangtuanya. Apa tak masalah nantinya? Semua orang bisa kami tipu tapi bagaimana dengan anak ini? Dia darah daging kami, tak mungkin dia tak menyadari bila orangtuanya tak saling mencintai. Apa yang harus aku jelaskan padanya nanti?

"ughh" perutku tiba – tiba sakit sekali

Aku keluar kamar mencari orang untuk membantuku "Chanyeol-ah Chanyeol-ah"

Chanyeol muncul dari balik dapur "ya?" dia langsung menghampiriku yang sedari tadi memegang perut sambil meringis "kenapa Baek?"

"s-sa kiit"

Tatapan mata Chanyeol berubah panik setelah mendengar ringisanku apalagi setelah melihat ada cairan yang mengalir di kedua kakiku "Baek sepertinya bayi kita akan lahir" Chanyeol kemudian menggendongku

"Chan, Baek? apa cucuku akan lahir?" eommonim muncul mendengar suara ribut kami

"sepertinya iya eomma, aku akan membawanya ke rumah sakit"

"eomma akan mengambilkan tasnya" eommonim bergegas ke kamar kami

Kami bertiga langsung meluncur ke rumah sakit terdekat, sampai disana aku terus menggenggam erat tangan Chanyeol, dia bahkan ikut masuk ke ruang bersalinku.

Entah sudah berapa lama aku di ruang bersalin, karena sakit yang ku rasa benar – benar mengalihkanku dari segalanya. Kalau bukan karena dukungan yang ku dapat dari namja yang sedari tadi ku genggam erat mungkin aku akan menyerah dengan segala rasa sakit ini.

My Best's Friend [END]Where stories live. Discover now