We

20 3 0
                                    

Satu bulan telah berlalu. Masa - masa pengantin baru ternyata lewat begitu cepat. Bahkan sampai detik ini, bayangan kertas diagnosa para pasien sudah berkeliaran di pikiran Jungkook. Pria yang mengambil cuti satu bulan penuh itu memijit pelipisnya pelan. Ia sedikit tertawa pelan saat rekan seperdokterannya, — Hwang Minhyun, menyodorkan beberapa berkas padanya.

"Selamat datang, Dokter Jeon. Mati kau!"

Begitu kata Minhyun sebelum ia pergi ke ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan Jungkook.

Dokter adalah cita - cita Jungkook selama ini. Menjadi anak yang pintar di sekolah membuatnya dengan mudah meraih impian tersebut. Apalagi rumah sakit itu adalah rumah sakit milik kakaknya sendiri.

Sambil mengecek beberapa berkas, Jungkook mengaktifkan laptopnya. Tak berapa lama, layar cukup besar itu sudah memiliki puluhan e-mail yang menunggu untuk dibaca. Satu persatu, Jungkook membukanya. Kebanyakan dari teman-teman lamanya yang mengucapkan selamat atas pernikahannya.

Tangannya berhenti menggerakan mouse saat satu pesan tertera di layar laptop. Membuat pria bermata cokelat tua itu sedikit mengernyit. Bibirnya komat - kamit membaca isi pesan, sampai akhirnya sebuah nama lolos dari bibirnya.

"Lee Yuiko."

•••

"Jadi, nyonya Jeon. Bagaimana pendapatmu?"

Mulut wanita itu baru saja mengatup ketika jelingan mata Heera menatapnya sangar. Sudah berapa ratus kata yang Jieun — sahabat Heera ucapkan sejak kedatangannya ke apartment Jungkook dan Heera itu. Sibuk mencecar seluruh isi rumah yang dinilainya kurang pas. Termasuk kurang besar, kurang nyaman, kurang cerah, dan kurang mahal.

Mengenai pendapat tadi, Jieun baru saja berbicara tentang ide mutlaknya mengenai momongan. Alhasil, ia mendapat penolakan yang sudah pasti oleh Heera.

"Kau tahu, Ji. Aku dan Jungkook sama sekali belum memikirkan tentang momongan."

"Tapi kalian sudah menikah!" protes Jieun sambil menghentakkan kaki.

Heera menghentikan kegiatan merajutnya dan menatap Jieun lekat. Membuat sahabatnya salah tingkah dan siap diomeli Heera.

"Kau mau punya bayi? Menikahlah dengan Taehyung Oppa dan buat bayi sendiri. Mengerti?"

"Apa!"

Tak memedulikan Jieun lagi, Heera beranjak ke dapur. Meneguk satu gelas air dingin guna mendinginkan kepalanya yang ingin pecah akibat ulah sahabatnya sendiri.

Jieun menyusul ke dapur. Tatapannya masih tidak terima dengan usul Heera. Menikah dengan Taehyung? Gila.

"Kau gila ya? Aku tidak berniat—"

"Tidak, bukannya kau tidak berniat Ji. Tapi kau menunggu Taehyung Oppa mengenalkanmu pada keluarganya, 'kan?" sanggah Heera lembut.

Ia jelas tahu bagaimana sahabatnya itu sudah menunggu lama tentang keputusan Taehyung. Ya, pria sepermainan Jungkook sejak kecil itu memang berjanji akan menikahi Jieun secepat mungkin. Namun faktanya, hingga kini pun keluarga Taehyung belum tahu - menahu soal hubungan mereka berdua.

"Dia akan memberikan kejelasan, Ji. Bersabarlah sebentar lagi, dan kau akan membuat bayi bersamanya. Hahaha!" Heera tertawa keras. Menggoda Jieun adalah hal yang seharusnya dilakukan setelah wanita itu meneror otak Heera tentang momongan.

"Ck, kau bahagia karena Jungkook bergerak cepat menikahimu."

Melihat Jieun bersungut-sungut, membuat Heera menjadi tak tega juga. "Sudahlah, lupakan masalah ini. Lebih baik kita memasak saja sekarang, ya?'

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MAPLE 🍁 [JJK]Where stories live. Discover now