tujuh.

6.3K 564 20
                                    


"Apa yang kamu lakukan?"

Ali terbangun dan reflek duduk dengan tegap ketika merasakan sebuah tangan dingin menyentuh dahinya.

"Ah maaf tuan atas kelancangan saya. Hanya mencoba meredakan sakit kepala anda."

Prilly berdiri. Bersiap untuk menunduk lebih dalam untuk meminta maaf. Tapi Ali menghentikkannya dengan berkata

"Berikan saja. Kalau itu memang akan membuatku lebih baik."

Gadis itu mendongak menatap Ali tak percaya. Kaget karena ternyata pria di depannya ini bisa bersikap seperti ini. Atau memang karena Ali sedang sakit jadi tidak ada tenaga untuk marah dan komplain.

Lalu tanpa basa-basi Prilly segera mengeluarkan minyak kayu putih untuk dioleskan di atas permukaan kulit Ali. Ia mengoleskan sedikit di kening Ali lalu berlanjut mengoleskannya di daerah belakang leher, ditambah sedikit pijatan ringan.

"Tuan otot anda terasa sangat keras. Sepertinya anda sedang stress."

Prilly mencoba membuka pembicaraan. Tapi setelah itu mengatupkan bibirnya menyesal. Kenapa tidak membiarkan Ali beristirahat daripada mengajaknya berbincang.

"Ya. Kamu benar. Saya sedang stress berat satu bulan terakhir. Dan itu semua hanya disebabkan oleh satu orang saja."

Prilly mengangguk. Tetap melaksanakan tugas tangannya, yaitu memijat kepala Ali.

"Kamu mau tau siapa orang itu?"

Tidak.

Prilly tidak kepo akan hal seperti itu.

Dia bahkan ingin mengakhiri convo diantara mereka berdua sekarang juga.

Sangat menyesali keputusannya untuk mengajak Ali berbicara.

"Ah iya tuan."

Prilly selesai dengan kepala Ali. Berniat untuk merapikan kembali first aid-nya. Tetapi tangan kanannya ditahan oleh Ali.

"Kamu. Kamu penyeban saya stress berat satu bulan terakhir."

Prilly terdiam. Harus merespon seperti apa jika dihadapkan dengan situasi seperti ini?

Apa dia harus kabur?

Melepas genggaman tangan Ali dengan lembut?

Menghempaskannya begitu saja?

Atau berkata

"Tuan, anda sudah berjanji untuk tidak melakukan apapun dengan kontrak kerja saya."

Skakmat.

Dua kali kau menyesal atas kebodohan mu mengatakan hal seperti itu Prilly Latuconsina. Bersiap saja untuk melepas seragam mu dan tidak akan bertemu dengan badan pesawat lagi.

"Tidak."

Tidak apa?

Aku tidak akan bisa bekerja lagi?

"Saya gak bakal maksa kamu lagi. Cuma mau satu aja, semoga kamu cepet inget saya."

Dan Ali mulai memejamkan matanya, tertidur. Mungkin efek dari pijatan Prilly dan aroma minyak kayu putih sudah berkerja dan mampu menenangkan otot Ali dan meringankan sakit kepalanya.

Sedangkan Prilly yang masih tidak mengerti apa yang terjadi baruasan hanya linglung dengan setengah kesadaran merapikan kotak first aid lalu kembali ke ruang pramugari.

Melihat Gritte yang sedang membenahi make up nya membuat Prilly seakan sadar. Tadi dia terlalu buru-buru untuk menghampiri Ali.

"Oh My God! Gritte muka gue begini banget!"

Ya.

Lipstick nya ada dimana mana. Bahkan di pipi gadis itu tergambar garis merah karena lipstick.

Sangat memalukan.

Ini bukan sesuatu yang profesional.

Kenapa bisa kinerja Prilly menurun seperti ini?

Dan kenapa harus pada saat menjadi pramugari seorang VIP seperti Ali?

Oh tunggu saja. Setelah ini mungkin kau akan mendapatkan panggilan dari kepala maskapai dan siap untuk menulis surat pengunduran diri.

Ucapkan salam terakhirmu pada Gritte dan pekerjaanmu Prilly Latuconsina.

Goodbye.

[To Be Continue]

Airline I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang