limabelas.

5.7K 450 8
                                    


Ya.

Mereka berdua bertemu di cafe. Benar-benar bertemu layaknya sepasang kekasih yang sedang menikmati waktu berdua bersama.

Ali yang selalu memceritakan hal lucu hingga membuat gadisnya tertawa. Prilly yang selalu tanpa sadar melakukan hal-hal kecil yang menurut Ali terlalu menggemaskan.

Hingga waktu menunjukkan pukul 7 malam. Keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Tentu saja dengan Ali yang mengantarkan Prilly hingga sampai pada pekarangan rumah gadis itu.

"Ali. Thank you so much for today."

Ali tersenyum. Mengusap pelan ujung kepala gadis itu. Ia merasa begitu bahagia sekarang, padahal tujuan utamanya bertemu Prilly adalah untuk meminta sebuat kejelasan atas apa yang ia minta untuk hubungan mereka. Tapi sampai di akhir acara mereka pun Ali belum sempat menyampai isi hatinya.

Disisi lain, Prilly yang tadinya hampir lupa karena terlalu terlena dengan Ali. Mulai merangkai kata di dalam kepalanya. Ekspresi wajahnya masih terlihat begitu bahagia. Tapi jauh di dalam sana ia begitu merasa takut.

Takut jika lelaki manis di hadapannya ini akan berubah setelah apa yang akan ia katakan.

"Ali. I want to tell you something."

"What is that sweetheart?"

"About your sister-"

Ucapan Prilly terpotong. Karena setelah itu tubuhnya telah direngkuh sedemikian kuat oleh Ali. Menyalurkan kehangatan yang begitu dalam. Hingga gadis itu merasakan basah di sekitar matanya. Ia menangis. Merasa begitu tidak adil, kenapa ia menerima begitu banyak kebaikan atas apa yang dia lakukan di masa lalu.

Kenapa tuhan membalas perbuatannya dengan kebahagiaan seperti ini?

"Aku tau kamu mau ngomong apa. Tujuanku hari ini, selain karena ingin membuatmu menjadi milikku. Aku juga ingin mengatakan kebenarannya."

Ali melepaskan pelukannya pada gadis itu. Mengusap pelan pipinya yang sudah basah karena air mata.

"Maksud mu? Ka-kamu udah tau kalo aku penyebab kematian Kyla?"

Prilly benar-benar shock sekarang. Bisa-bisa lelaki di depannya ini hanya tersenyum setelah apa yang ia katakan barusan.

"Rasya udah ngasih tau semuanya ke aku. Dan maaf selama ini terlalu banyak kesalah pahaman di antara kita. Jadi kamu minta pisah waktu itu karena alasan ini? Menurutmu alasan di balik kematian adikku adalah dirimu?"

Prilly mengangguk. Menatap Ali dengan lirih.

"Aku minta maaf Ali. Saat itu aku mengemudi dalam keadaan kalud. Aku tertekan dengan segala masalah disekitarku, dan saat itu hujan mengguyur begitu deras. Aku tidak melihat keberadaan adikmu saat melewati tikungan itu Ali. Tapi entah kenapa tiba-tiba mobilku menabrak sesuatu. Dan saat aku keluar untuk mengeceknya, disana terbaring gadis kecil dengan boneka kelinci yang sudah basa tak jauh dari tubuhnya. Saat itu aku takut Ali, takut sekali. Tidak ada orang yang bisa membantuku karena malam itu sudah pukul dua dini hari. Tapi karena alasan apapun aku segera membawa gadis itu menuju mobilku dan membawanya kerumah sakit—lalu—"

Prilly mulai sesenggukan. Dan Ali yang merasa gadisnya sudah tidak mampu melanjutkan penjelasannya akhirnya memilih untuk menggantikan gadis itu.

"Kamu, bingung kan. Malam itu jelas tidak ada darah sedikit pun ditubuh Kyla. Kamu membawanya kerumah sakit dan pihak rumah sakit mengatakan bahwa adikku meninggal. Polisi yang mengurus pun sudah tidak menuntut apapun kepadamu. Dan fakta bahwa Kyla adalah adikku itu yang paling membuat mu shock hingga memutuskan untuk berpisah denganku. Apa semua yang kukatakan benar?"

Airline I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang