Chapter Enam Belas

7.5K 409 60
                                    

"KU BILANG PERGI!" teriakan Cala menggema diseluruh ruangan.

Seorang maid yang tadi diutus Christop langsung mendatangi Cala, "Nona, Tuan Christop menyuruh saya untuk membawa nona ke hadapan tuan."

"AKU TIDAK PEDULI!" sentak Cala dengan napas terengah.

Sudah kurang lebih satu jam maid itu tidak henti-hentinya memaksa Cala untuk menemui Christop tapi ditolaknya mentah-mentah. Ia tidak peduli, persetan dengan semuanya Cala tidak takut dengan Christop meskipun hati kecilnya sedikit gemetar jika melihat wajah iblis itu.

Maid itu menghela napas, lelah karena Cala sejak tadi sudah menolaknya mentah. Mungkin ia harus berpikir keras untuk menjelaskan pada tuannya itu. "Baiklah, jika Nona perlu bantuan. Nona panggil saya saja."

Cala hanya diam, tidak menjawab perkataan maid itu.

Ia mencoba bernapas secara teratur. Dadanya terasa sesak hanya dengan mendengar nama Christop. Ingin membenci, bahkan mulutnya berulang kali mengeluarkan sumpah serapah dan segala ucapan jika ia membenci Christop tapi hatinya tidak bisa berbohong untuk hal ini.

Karena nyatanya ia tidak bisa membenci pria itu. Perasaan cintanya lebih besar daripada rasa bencinya.

°°°°°

"Aku tidak percaya dia mengancamku seperti itu," gumam Giovanno pelan. "Bagaimana bisa dia menginginkan Cala, membuat putriku jatuh cinta, menyiksanya, lalu setelah itu membunuhnya."

Klaus berdeham. "Dia tidak akan melakukannya."

"Kau tidak tau betapa seriusnya dia berkata dengan nada yang mengancam."

"Tapi kita juga tidak bisa bertindak begitu saja," balas Klaus. "Dia sangat licik."

"Dan membiarkan putriku mati?"

Klaus menggeleng, "Tidak seperti itu. Seorang psychopath tidak akan membunuh targetnya langsung begitu saja. Dia akan menyiksanya terlebih dulu hingga si target menjerit kesakitan, memohon padanya untuk dibunuh."

Giovanno terkekeh pedih, "Jadi kita harus menunggu putriku sampai kehilangan salah satu anggota badannya baru kita bertindak?"

"Dan jika itu sampai terjadi Tuhan tidak akan mengampuniku. Bahkan aku tidak akan mengampuni diriku sendiri, lalu Bella akan mengutukku," lanjut Giovanno lemah.

Ia tercenung menatap mejanya dengan tatapan kosong. Ingatannya berputar pada kejadian beberapa saat yang lalu ketika dirinya dan Christop bertemu.

"Suatu kehormatan karena bisa bertemu dengan anda, Tuan Benjamin."

Giovanno hanya menanggapi dengan senyuman. Di depannya, seorang pria psychopath berbahaya adalah orang yang menyandera putrinya. Ingin sekali, Giovanno menghajar pria ini tapi ia ingat pesan Klaus jika mereka tidak boleh gegabah.

"Apa mau mu?" tanya Giovanno pada Christop.

Christop tersenyum miring, "Aku mau kau membayar kematian orang tuaku."

"Berapa uang yang harus ku keluarkan, katakan!"

Christop terkekeh, menatap Giovanno tajam tapi tidak membuat mantan mafia itu takut. "Kau pikir dengan uang orang tuaku bisa hidup kembali? Cih," decih Christop.

Giovanno berusaha untuk sabar, balas menatap Christop dengan santai. "Aku tau putriku bersamamu."

"Kembalikan putriku, lalu kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan,"  lanjutnya.

Christop tersenyum miring, "Sayangnya yang aku inginkan adalah putrimu, Bapak tua."

Giovanno mengatupkan rahangnya, wajahnya memerah bahkan kubu-kubu jarinya memutih karena tangannya yang terkepal kuat. "Apa yang kau inginkan dari putriku?"

"Menjadikannya budak seks? Lalu membuatnya jatuh cinta setelah itu menyiksanya dan membunuhnya . Sadis bukan?"  Christop terkekeh, wajahnya bahkan begitu menyeramkan bak malaikat kematian.

"Berani kau menyentuh putriku, aku tidak akan membiarkanmu hidup bedebah!" umpat Giovanno menatap Christop marah.

"Sebelum itu terjadi, aku akan melenyapkanmu," balas Christop.

"Kau!"

Christop berdiri merapikan tuxedonya siap untuk pergi, "Sudah kau tidak usah banyak bicara Bapak tua. Aku hanya ingin memberi taukanmu, jika putri kecilmu baik-baik saja bersamaku."

Giovanno menghela napasnya gusar, ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Christop perihal putrinya baik-baik saja.

"Aku akan ke Thailand beberapa hari untuk menyelidikinya secara langsung," ujar Klaus tiba-tiba.

Giovanno menatap Klaus, "Kapan kau akan berangkat?"

"Nanti malam."

"Aku ikut."

Klaus menggeleng, "Kau di sini saja dan memantau semuanya dari sini. Mungkin beberapa orang suruhanku akan datang memberikan informasi-informasi."

"Baiklah," Giovanno mengangguk pasrah.

°°°°°

Wajah bahagia dengan senyum cerah terpampang jelas.

Bahkan senyum yang akan membuat semua orang yang melihat terutama kaum hawa terpesona, dan takhluk. Christop berjalan dengan santai keluar dari sebuah ruangan.

Bau anyir khas darah begitu menyengat dan menenangkan dipenciuman Christop. Tangannya berlumur darah, bahkan tak sedikit kemeja dan wajahnya terkena cipratan darah si korban.

Serkan Van Houtten.

Satu dari banyak pria bedebah yang seharusnya dilenyapkan dari muka bumi.

Christop mencium tangannya yang berlumur darah, baginya bau darah sudah menjadi candu pertamanya sebelum tubuh menggairahkan Cala.

Ia berdiri tepat di depan kaca yang ada di kamar mandi, tersenyum miring bak iblis. Lalu menuju wastafel berniat untuk membersihkan bercak-bercak darah.

Ia sudah berhasil membersihkan satu parasit kali ini.

Entah siapa target selanjutnya, Christop tidak tau.

































Note: Meskipun cerita MPC aku publish ulang, tapi ceritanya nggak akan selengkap dulu. Akan ada beberapa bagian yang aku sensor. Sensor ini dalam artian cerita mengandung unsur 17 tahun  ke atas. Karena biar aman, lebih baik aku potong bagian yang nggak semestinya. Dan, kalo mau baca versi lengkapnya tanpa sensor, kalian bisa beli e-booknya di playstore bagian buku. Cari aja penggilaMatcha.

Atau kalo enggak, bisa beli versi pdf ke aku lewat whatsapp. Dan pembayaran bisa melalui transfer ke rekening, ovo, atau pulsa.

Oiya, harga versi e-book atau pdf sama ya.
Nomor wa: 089667748603

Fall In Love With The Devil ✔ [Completed]Where stories live. Discover now