LIMA : PAINFULLY

1.3K 195 15
                                    

(Namakamu) bilang kalau Iqbaal adalah segalanya. Tetapi, tetap saja dia merasa kesepian.

"Lo kekanakan banget! Apa lo gak tahu Vanesha tadi minta bantuan sama gue?! Lo jangan egois kayak gini!"

"Maafkan aku, Iqbaal. Aku hanya gak suka kamu berdekatan dengannya."

Iqbaal tersenyum miring. "Gue gak pernah menyetujui pertunangan ini. Lo pikir gue punya perasaan dengan lo?"

Setelah mengatakan hal itu, Iqbaal beranjak dari kursinya dan menatap (Namakamu) dengan tajam. "Jangan pernah lagi lo ganggu gue."

Dia pun meninggalkan (Namakamu) di halaman belakang rumahnya. Sementara (Namakamu) di sana hanya bisa meneteskan air matanya. "Aku takut, Baal. Aku takut suatu hari aku bosen sama kamu."


"Aku takut aku akan bosan denganmu."

Setelah memimpikan hal buruk tentang kehidupan mereka. (Namakamu) bangun dengan napas yang ngos-ngosan seperti dikejar anjing. Dia langsung mengatur napasnya secara normal dan ketika melihat wajahnya di cerminnya, dia terkejut saat ada bekas air mata kering yang mengalir.

Apa saja yang Iqbaal katakan harus diikuti bukan?

Kelemahan (Namakamu) adalah pada Iqbaal. Jika kelemahannya meminta untuk pergi sekalipun, dia hanya bisa melambai sambil tersenyum pedih menatap kepergiannya. Karena kelemahannya pun tidak menyukainya.

Akhirnya, (Namakamu) mengikuti keputusan Iqbaal. Dia mengambil ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan kepada lelaki itu.

To : Fiance💓
Well, ayo bicarakan baik-baik dan secara jelas. Aku tunggu di kafe depan gedung apartemenku.

⚡⚡⚡⚡

Satu jam berlalu. Jika orang lain yang menunggu, bisa saja langsung meninggalkan orang yang ditunggu. Tapi, beda dengan (Namakamu). Orang yang terus berharap dan berharap kepada ketidakpastian.

"Sorry, aku telat." Suara itu terdengar di telinga (Namakamu) bak alunan melodi yang indah. Gadis itu pun tersenyum samar.

"Gapapa. Aku juga baru aja kok nyampai."

Bohong!

(Namakamu) sebenarnya ingin memarahi Iqbaal tetapi sayangnya dia terlalu menyukai lelaki itu.

Beberapa detik mereka pun hening. Hingga Iqbaal pun buka suara.

"Gimana keputusannya? Sebentar lagi kita harus berpisah. Gue gak mau tanggung jawab kalau sampai beneran terjadi pernikahan yang direncanakan itu. Gue tahu tinggal beberapa hari lagi kita mau dinikahkan."

(Namakamu) menerima surat itu. "Aku gak mau, Baal."

"Berhenti egois, (Namakamu). Gak ada cowok yang mau cewek kayak kamu, kamu mungkin bisa terkenal dengan sebutan 'happy virus' tapi aku gak sama sekali. Maaf, kita harus mengakhirinya." Iqbaal hendak melepaskan cincinnya. Namun, itu ditahan oleh (Namakamu).

(Namakamu) tersenyum. Dia membuka amplop dan mengambil selembar kertas di dalamnya. "Kamu benar. Aku gak pantas mendapatkanmu."

Gadis itu pun melepaskan cincin pertunangan mereka dari jari manisnya. Lalu, meletakkannya di atas amplop yang dia bawa. Dia membaca isi yang tertera di dalam kertas itu, lalu tersenyum miris. Dia benar-benar tak mempunyai harga diri lagi, mungkin setelah ini banyak lelaki yang akan menjauhinya karena dia dianggap sampah. Bagaimana dia menghadapi omongan orang tentang Iqbaal yang meninggalkannya karena dia tipe yang membosankan?

Tapi, seakan tak perduli. Dia pun mulai menandatangani selembar kertas itu. Lalu, menaruh kembali kertas itu ke dalam amplop tanpa menjatuhkan cincinnya.

"Cincinnya untuk kamu saja. Berikan kepada orang yang kamu cintai." (Namakamu) langsung beranjak dari sofa ruang tamu milik Iqbaal itu. Dia berjalan menuju pintu rumah Iqbaal dan tanpa disadari, pipinya mulai basah seperti ada cairan hangat yang keluar dari matanya.

Cklek..

Pintu tertutup. Begitu juga dengan mata gadis itu.

*****

"Arka.." ujar Jojo ketika berada di kediaman (Namakamu). Dia dengan sengaja cepat untuk datang melihat keberadaan dari sahabatnya itu. Namun, yang dilihatnya adalah ekspresi sedih dari sahabatnya itu dan memandang ke arah luar kaca di kamarnya.

Jojo berjalan mendekati (Namakamu) dan duduk di sampingnya. Dia meremas kasur (Namakamu) dan kemudian menyakinkan dirinya barulah dia menepuk pundak wanita itu.

(Namakamu) menoleh.

Jojo menggeleng. "Kita pulang ke rumahmu ya."

Wanita itu menganggukkan kepalanya lalu dengan tiba-tiba memeluk Jojo. Untunglah Jojo tidak terjungkal karena pelukan dari (Namakamu) yang tiba-tiba itu. Wanita itu kembali menangis. "Aku takut Daddy bakal lakuin sesuatu ke Iqbaal. Untuk sementara aku mau di rumah Mas Jojo saja ya."

Jojo tidak bisa mengatakan tidak pada (Namakamu). Karena.. wanita itu sangat berharga. Dia sudah seperti adik kandungnya sendiri. "Ya sudah. Ambil beberapa barang buat nginep ya, kalau udah baikan mending beritahu orang tua kamu. Aku akan bantu kamu jelasin semuanya."

Dan itulah kenapa alasan (Namakamu) lebih suka bersama Jojo dibanding dengan yang lainnya. Lelaki itu memang yang paling pengertian tentang kehidupannya dan tak segan-segan untuk membantunya. Lalu, (Namakamu) mengangguk mendengar perkataan dari Jojo.

"Jangan nangis lagi. Jangan nunduk lagi. Air mata kamu terlalu berharga hanya untuk menangisinya, Princess."

Jojo mengelus kepala (Namakamu) sambil tersenyum tipis. "Ayo jalan-jalan."

******

Bersambung..

Sedikit dulu ya untuk bab ini, aku ngedit-ngeditnya cuma bentar karena sakit perut.

Alhamdulillah seneng karena member ke-7 itu juga bias pilihanku😁. Aku akan mendukung mereka wkwk.

Ini si Iqbaal ngeselin ya. Kalau boleh, tolong koment dong tentang bab ini, apapun deh. Hehe.. aku inginnya next besok, tapi gak tahu, nunggu respon saja.

Terima kasih yang sudah memberikan vote dan koment nya termasuk masukin ke reading list😍 gomawo🙇‍♀️

Sankyuu,
Anine.

Behaviour ×IDR ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang