36

5.7K 842 106
                                    

**

     Sean menghela nafasnya saat Paris memasuki rumah dengan tangisan keras, memberi tanda pada Tony agar menutup pintu lalu menghela nafasnya dengan berat.

"Kau jahat, Sean!"

"Paris, sudah kukatakan. Jangan pernah datang ke rumahku."
    Sean mengepalkan jemarinya, menahan ribuan umpatan diujung bibirnya saat menatap Tori yang sialnya membuat selangkangannya semakin berdenyut menyakitkan.

"Kenapa aku tidak boleh kerumahmu sementara dia bahkan tinggal bersamamu, Sean!"
    Paris menjerit tak terkendali, menujuk Tori yang hanya mampu mengigit kukunya kebingungan.

Yah, tentu saja!

Perempuan mana yang tidak akan bingung saat mereka nyaris-

Brengsek, sialan Paris!

      Sean menghela nafasnya, berkacak pinggang sebelah tangan seraya menekan pelipisnya.

"Pulanglah, Paris."

"Tidak! Aku tidak akan kemanapun!"
   Paris mulai keras kepala, menjatuhkan dirinya dalam dekapan Sean dan mencengkram kemejanya dengan kuat.
     

"Kenapa? Kenapa kau seperti ini, Sean? Bukankah kau sudah berjanji?"

"Paris."

"Kau berjanji pada Seika akan menjagaku! Kau berjanji, Sean!"
    Paris benar benar lepas kendali, tidak lagi peduli pada Tori yang membeku ditempatnya.

"Apa kau bahkan pernah melihatku sebagai wanita sekali saja! Sekali saja, Sean!"
    Sean mengeraskan rahangnya, menarik kedua bahu Paris dan mencengkramnya agar perempuan itu benar benar mendengarnya.

"Paris, dengarkan aku. Sebaiknya kau pulang, kau akan menyesal jika tetap tinggal."
   Paris melepaskan diri dari cengkraman Sean, menangis keras dan mendorong dada Sean.

"Apa yang kurang dariku Sean! Aku selalu bersamamu! Aku bahkan lebih baik dari perempuan itu!"
     Tori yang sejak tadi menjadi penonton tersentak, menggaruk pipinya bingung lalu berbalik cepat menuju dapur.

         Meninggalkan Sean yang benar benar ingin menghantamkan kepalanya sendiri kelantai dan menghentikan perdebatan tidak berguna ini.

"Hentikan ini dan  pulang."

"Dan membiarkan kau tidur dengan jalang tidak-"

"Ingat batasanmu, Paris!"
      Teriakan Sean membungkam Paris yang memucat, sepasang matanya kembali berkaca kaca dengan tatapan  yang membuat Sean menghela nafasnya frustasi.

"Kau berubah terlalu banyak. Apa aku tidak lagi penting,  Sean? Kau bahkan berteriak padaku."
    Paris kembali terisak keras, Sean menghela nafasnya. Rahangnya kembali mengeras, menyadari Paris benar benar tahu cara memainkan tingkat kesabarannya.

"Paris."

"Kenapa? Kau, Mom dan Dad, semuanya-"

"Dengarkan aku."
       Sean menyela dingin dan penuh penekanan, meraih dagu Paris yang mendongak masih dengan linangan air mata dipipi sembabnya.

"Mom dan Dad membecimu karna membuatku harus berjanji pada Seika untuk menjagamu. Berjanji menggantikan Seika bekerja di industri sialan ini, bukankah kau seharusnya mengingat batasanmu?"

"Tapi-"
    Sean menakan jemarinya didagu Paris yang kembali bungkam, tatapan tajam Sean benar benar mebuat seluruh tubuhnya semakin gemetar.

"Apa kau mengerti, Paris?"

"Sean?"
   Suara dibalik punggungnya membuat Sean mengerjap sekali, melepaskan Paris lalu menoleh pada gadis yang berdiri dengan segelas air dan mantel hangat ditangannya.

   Sean menghela nafasnya kasar saat Tori menatapnya penuh arti dengan anggukan kecil, tanpa mengatakan apapun Sean lalu beranjak menaiki tangga menuju kamarnya.

"Brengsek."
    Tori menulikan telinganya, mengulurkan segelas air yang segera ditepis gadis itu hingga terjatuh dan menimbulkan suara memekakkan telinga.

Detik berikutnya, sebuah tamparan keras jatuh dipipi Tori.

"Jalang sialan! Berani beraninya kau menggoda Sean!"
    Tori mengusap pipinya yang terasa berdenyut, menatap bingung Paris yang menghujamnya dengan tatapan penuh kebencian.

"Aku tidak menggoda, Sean."
      Paris semakin berang, menarik rambut Tori yang memekik berusaha melepaskan diri.

"Omong kosong! Mom bahkan tidak bisa datang kerumah ini tanpa sepengetahuan Sean! bagaimana bisa kau bahkan tinggal disini!?"

"Lepaskan."

"Jalang brengsek! Aku akan membunuhmu!"
    Tori memekik semakin kencang, mendorong Paris dengan kuat hingga gadis itu tersungkur diatas pecahan kaca dengan jeritan kencang.

"Tori!"
    Teriakan itu membuat Tori menoleh keundakan tangga teratas, menatap Sean yang terkejut lalu kembali menatap Paris yang kembali menangis.

"Aku-"
    Tori kehilangan kata katanya saat Sean menuruni tangga dengan cepat dan mendorong Tori agar menjauh dari Paris.

"Sakit, Sean."
     Paris merintih, terisak semakin kencang saat Sean berlutut dihadapannya.

"Aku tidak-"

"Keluar."
   Suara dingin itu membuat Tori terkesikap.

"Tapi-"

"Keluar dari rumahku."

"Sean."

"Aku bilang keluar, Tori."
   Tori menelan ludahnya susah payah,  mengulum bibirnya gemetar sebelum benar benar keluar dari rumah Sean tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi.

Jadi,

Sean benar benar mengusirnya?

**

*

**

Jangan lupa vomment
Siera
    

Someone In The Rain [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang