43

5.8K 686 36
                                    


   
      Hari terakhir, hari tersibuk. Sean bahkan hanya mampu mencuri tatapan dengan Tori saat berada dalam set, mendengar suara Ben hanya membuat suasana hatinya semakin memburuk.

"Hari yang indah, bukan?"

"Tutup mulutmu."
    Ben tertawa pelan,meletakkan kameranya lalu memberi tanda pada asistennya sebelum kembali menatap Sean.

"Temani aku."

"Tidak, terimakasih."
    Ben menaikkan alisnya, berkacak pinggang sebelah tangan lalu kembali tersenyum.

"Sayang sekali, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu."
   Sean yang sejak tadi sibuk menyalakan ponselnya yang baru ia temukan mengangkat wajahnya, menatap Ben yang tampak senang mendapat perhatiannya.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Aku tidak mungkin mengatakannya disini bukan?"
       Sean berdecak pelan, bergegas bangkit mengekori Ben menuju lift di sisi ruangan. Sesi berikutnya harusnya dilakukan lima menit yang lalu, mengingat Tori yang harus menjadi model pengganti ada banyak perubahan tentu saja.

Brengsek.

    Jenna dan Ben benar benar membuat Tori berada dalam ruangan yang tidak bisa Sean dekati sama sekali.

"Jadi?"

"Apa?"
       Sean menyahut dengan ketus, Ben mengangkat sudut bibirnya.

"Kalian sudah resmi berkencan?"
      Sean menajamkan tatapannya, menatap Ben dari pantulan lift dengan tatapan membunuhnya.

"Apa yang sedang kau rencanakan Bennedict?"

"Oh, aku hanya bertanya."
    Sean menggeram kesal, menoleh pada Ben yang tampak bersenandung kecil.

"Jangan berpikir bisa menyentuhnya, Tori milikku sekarang."
     Ben bersiul menggoda, tertawa melihat kerutan kesal dikening Sean yang melemparkan peringatan padanya.

"Well, Tori sudah mengakatan semuanya padamu?"

"Tentu saja."
        Lift berdenting, Sean melangkah lebar mengekori Ben menuju ruangan pria itu.

"Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan, jangan membuang waktu dengan pertanyaan tidak berguna."
   Ben tertawa pelan, membuka pendingin lalu melempar sekaleng bir pada Sean yang menangkapnya dengan sigap.

"Aku ingin menunjukkan ini."
    Ben melangkah menuju sisi ruangan, ada sebuah gambar raksasa yang tertutup kain abu abu disana.

"Kau pasti sangat menyukainya."

"Jangan-"
     Suara Sean menggantung diudara saat Ben menyibak kainnya, Sean menegakkan punggungnya. Bergegas bangkit lalu melangkah menghampiri Ben yang tersenyum penuh kemenangkan.

"Bagaimana?"
        Sean tak menyahut, menatap gambar raksasa disana. Langit malam dengan cahaya rembulan, kerlip lampu kota yang begitu indah membingkai cantik seorang gadis. Menekuk kakinya diatas kursi tinggi dengan rambut panjang yang tertiup angin senduh, tersenyum lembut dengan binar indah dimata keemasannya.

   Sean menghembuskan nafasnya dengan tenang, lupa sejak kapan menahan nafas saat melihat mahakarya luar biasa dihapannya.

"Siapa yang akan mengira jika mereka orang yang sama?"
  Ben menarik sudut bibirnya, ikut menatap gambar dihapan mereka lamat lamat sebelum kembali membuka suara.

"Beberapa orang mungkin membeci Tori, mengira dia hanya berpura pura. Aku bahkan sempat berpikir, kau juga sama."

"Jangan bercanda."
          Ben tertawa rendah, menyembunyikan tangannya disaku celana lalu menghembuskan nafasnya dengan berat.

Someone In The Rain [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang