BAB III : Harus Bagaimana Sekarang?

47 13 6
                                    

Daniar menuliskan catatan-catatan penting pada selembar kertas tentang kejadian dimasa lalu. Hal ini penting sekalu, sebagai acuan dirinya untuk berbuat sesuatu untuk menjalankan misinya. Namun hanya sebagian kecil saja kejadian yang ia ingat dulu ketika masih kuliah. Dan ia yakin, jalan cerita yang akan ia lalui sekarang sama persis dengan apa yang terjadi dimasa lalu.

Daniar baru bisa menuliskan 4 poin kejadian dulu, dan mungkin semua kejadian ini beberapa tidak begitu penting sama sekali, hanya satu saja cerita yang penting.

Poin-poin itu terdiri dari kejadian : pertama, ketika mengejek Mel saat makan nasi goreng di tukang nasi goreng. Daniar lupa siapa nama penjualnya. Akibat ejekannya pada Mel, Aldo saat itu marah dan malah menonjoknya.

Kedua, Mel dan dirinya dinyatakan sekelas, dan Daniar puas-puasan mengejek Mel dengan menyebutnya 'bambu idup' karena tubuh Mel tinggi menjulang.

Ketiga, kejadian ia menabrak Aldo sampai tewas ditempat. Nah, ini poin penting dari permasalahan saat itu. Daniar sama sekali tidak ingat peristiwa sebelum kejadian penabrakan itu terjadi disebabkan karena apa.

Keempat, ia bertengkar dengan seorang kakak tingkat, mantan pacar Mel. Dia dibelakang Mel berani menjelek-jelekan Mel. Dan akibat kejadian itu ia dan kakak tingkat itu bertengkar hebat.

"Apa lagi, ya?" gumam Daniar.

"Ayolah otak gue!! Inget-inget kejadian dulu-dulu!!" Daniar memukul pelan jidatnya.

Daniar menyerah mengingat kejadian masa lalu. Ia membanting bolpoinnya ke atas meja karena kesal. Apa mungkin ini akibat dari perjalanan kembali ke masa lalu sehingga ingatan-ingatan dulu hanya sebagian kecil yang diingat? Kalau dipikir kembali itu tidak mungkin. Ia bisa mengingat kejadian dimasa lalu pada masa ini dimana dirinya sedang berada dimasa lalu. Seharusnya ia mengingat kejadian-kejadian secara lebih mudah.

"Kayaknya nggak bisa dipaksain buat diingat-ingat, deh! Gue harus jalani ini seperti biasanya saja. Pasti bakalan inget kejadian yang dulu pernah gue lakuin," ujar Daniar.

"Tapi sebenernya gue butuh malaikat maut itu sekarang. Hmmm... Gak mungkin, ya?" ujar Daniar penuh harap.

🍀🍀🍀


Suasana kampus malam ini masih ramai oleh para panitia penyambutan mahasiswa baru Sekolah Tinggi Kesehatan Surya Kencana. Sebagian ada yang melaksanakam cek sound, menjajarkan kursi untuk mahasiswa baru, mendekor aula, bahkan ada yang sedang melatih pasukan ucap janji mahasiswa baru yang merupakan perwakilan setiap jurusan.

Mel adalah satu diantara 9 orang yang dipercayai berpartisipasi menjadi pasukan ucap janji. Mel menjadi bagian gardu depan sebagai pembaca ikrar mahasiswa baru. Ia berdiri paling depan bersama dua orang pria yaitu Aldo dan Dzikry.

"Kami Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan Surya Kencana berjanji! Tidak akan melaksanakan plagiarisme, tidak akan melakukan perpeloncoan terhadap sesama mahasiswa, melaksanakan tri dharma perguruan tinggi dan akan melaksanakan tata tertib tertulis kampus sebagaimana mestinya! Apabila kami terbukti melanggar janji, kami akan disanksi sebagaimana mestinya menurut peraturan perundang-undangan!" ujar mereka dengan suara yang kompak.

"Oke, cukup! Semuanya sudah kompak! Karena besok kita akan mulainya pagi-pagi sekali acaranya, kalian bisa pulang sekarang!" ucap pengatur proses latihan, Kak Disti.

"Asyik!!" seru Aldo tiba-tiba.

"Yah, gini nih yang mau cepet-cepet pulang, paling kenceng suaranya," goda Mel.

"Iya, nih! Kalian jaga kesehatan, ya! Nanti malem jangan begadang!" ujar Kak Disti.

"Oke, Kak!" sahut semua orang.

Mel & DaniarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang