BAB IX : Tentang Aldo

21 5 0
                                    

"Hahaha!" Aldo tertawa pelan. Ekspresinya berubah kembali menjadi serius beberapa detik kemudian.

"Aldo, wah, lo jahat juga ya ternyata? Bisa-bisanya lo membuat orang lain terjun dari tebing tinggi yang curam? Sedangkan lo enak-enaknya bersembunyi dibalik pohon berbatang lebar."

Sejurus kemudian raut wajahnya berubah menjadi cemas dan takut. Ia menjauh dari cermin dan menenggelamkan dirinya pada bathub.

"Gue takut semua yang harus gue dapatin justru lenyap! Ayo, Aldo, jangan berpikir buruk dulu. Lo pinter ngatur strategi! Jangan sampai lo kehilangan apa yang harus lo dapetin! Tindakan lo benar! Benar! Benar!! Orang yang berusaha ngehalangin gue, mereka lah yang harus lenyap!!" gumam Aldo berbicara sendiri sambil menatap kosong.

"Sejak dulu, apa yang gue mau pasti gak pernah terkabul. Sekali aja, biarin gue nikmatin gimana rasanya keinginan itu kecapai!!"

Aldo menenggelamkan wajahnya ke dalam air. Ingatan masa lalunya kembali berputar. Kenangan yang sebenarnya selalu ingin dilupakan olehnya. Tetapi sangat sulit untuk dimusnahkan bagaimana pun caranya!

Aldo dan Aldhan, usia 7 tahun

Aldo dan Aldhan, sepasang kembar yang memiliki perbedaan yang cukup besar. Perbedaan itu terlihat dari kondisi kesehatan keduanya. Aldo sang adik yang manja memiliki daya tahan tubuh yang bagus. Justru berlawanan dengan Aldhan sang kakak yang sering sakit-sakitan. Daya tahan tubuh Aldhan sangat buruk.

Suatu tengah malam dengan kondisi  hujan yang deras disertai petir yang terus menyambar, mama dan papa mereka panik karena Aldhan demam tinggi  disertai kejang-kejang yang parah. 

"Aldhan! Huuu~ Aldhan..." Mama menangis karena panik melihat Aldhan terus kejang-kejang. 

Papa Aldhan sedang menelepon seseorang. "Halo, Pak Jamal!" 

Pak Jamal adalah supir pribadi keluarganya. Pak Jamal biasanya selalu pulang ke rumahnya kalau jam kerjanya sudah selesai. Sejak tadi Pak Jamal dihubungi namun baru mengangkat sekarang.

"Pak Jamal, maaf mengganggu istirahatnya, tetapi bisakah Bapak membawa kami ke Rumah Sakit sekarang? Aldhan sakit demam dan kejang-kejang! Aku tunggu secepatnya!" ujar Aris, Papa Aldhan.

"Pa, gimana!" Syifa menunggu penjelasan suaminya tanpa berhenti memeluk Aldhan.

"Tunggulah sebentar lagi. Pak Jamal katanya akan kesini," ujar Aris.

"Tapi rumah Pak Jamal cukup jauh, Pa! Gak bisa ya sekarang kita naik taksi saja?" 

Aris memertimbangkan usulan istrinya, namun ia tahu jam-jam tengah malam begini mencegat taksi atau menghubungi taksi akan sia-sia saja. Jam operasional perusahaan taksi hanya sampai jam 22.30, sementara sekarang sudah jam 2 lebih. 

"Kita tunggu saja Pak Jamal," ujarnya dengan tenang. Ia mendekati  istrinya dan memeluknya dengan Aldhan.

Di ambang pintu Aldo kecil melihat dengan tatapan iri. 

Kak Aldhan di peluk sama Mama-Papa. Kenapa sih mereka suka pilih kasih sama aku?! Apa karena aku anak yang sehat? Kalo gitu aku mau sakit juga ah!

Aldo masuk ke dalam kamar kakaknya dan mendekati Papa-Mamanya sambil memegangi perutnya.

"Ma, Pa, sakit.... Perutku sakit..." keluh Aldo.

"Sekarang apa lagi, sih?!" bentak Mamanya. "Kamu sakit perut kenapa? Karena tadi sebelum tidur makan buah nanas, 'kan?" 

"Ng...nggak! Aku minum susu basi tadi siang," ujar Aldo berbohong. 

"Baiklah, kamu ikut ke Rumah Sakit juga, ya," ujar Papanya.

Mel & DaniarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang