01

4.6K 441 43
                                    

happy reading!
sorry for typo(s)

.

"Daddy berangkat dulu ya, baby?"

Yoongi menatap datar Daewon yang kini mengelus lembut surai Jimin. Ayahnya itu berpamitan hendak berangkat kerja pada si sugar baby. Sungguh, itu membuat Yoongi mendecih pelan. Apalagi Jimin juga malah menarik dasi Daewon hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. Jimin membisikkan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh Yoongi. Tak diduga, Daewon menarik pinggang Jimin ke atas pangkuannya.

"Kalau begitu tunggu daddy di kamar nanti malam." ujar Daewon.

"Okay!" seru Jimin tersenyum.

Dengan gemas Daewon mencium bibir ranum Jimin. Jimin membalas ciuman itu sambil mengalungkan kedua tangannya di leher sang dominan. Mereka terus bercumbu mesra, mengabaikan Yoongi yang betah memasang raut datarnya.

"Ekhem!" Yoongi sengaja berdehem lumayan keras.

Sontak Jimin melepaskan pagutan bibirnya dari Daewon. Namun, masih memertahankan posisinya di pangkuan pria dewasa itu. Sedangkan Daewon hanya terkekeh, sadar jika putranya cukup terganggu dengan tingkahnya.

"Kurasa pasien-pasien anda telah menunggu, Dokter Min." sindir Yoongi lalu meminum jusnya.

Ya, Min Daewon adalah seorang dokter spesialis di rumah sakit miliknya. Berbeda dengan Yoongi yang lebih tertarik pada dunia bisnis. Yoongi diwarisi sebuah perusahaan oleh kakeknya, tentu karena Daewon lebih memilih menjadi seorang dokter. Dan untung saja Yoongi bisa dibilang handal mengurus perusahaan di usianya yang masih muda.

"Baiklah, sampai bertemu nanti malam, baby!" Daewon bangkit berdiri, membuat Jimin otomatis juga ikut berdiri.

Jimin tersenyum manis, lalu memberikan sebuah kecupan singkat di bibir Daewon. Daewon juga tersenyum dan langsung berjalan menjauhi meja makan. Meninggalkan Jimin berdua dengan Yoongi dalam suasana hening. Tidak peduli, Jimin memilih membersihkan meja makan. Membawa beberapa alat makan yang kotor ke wastafel.

"Kau tidak perlu sok rajin di depanku, jalang." Min Yoongi dan lidah licinnya.

Mendengar itu, Jimin sontak balik badan menatap Yoongi. "Jangan terlalu percaya diri, tuan. Bahkan sedari tadi aku menganggap kau tidak ada di depanku."

Yoongi tertawa sinis, bangkit berdiri mendekat ke arah Jimin. Pria itu melangkah tanpa mengalihkan tatapannya dari manik bening si manis. Tanpa sadar Jimin mulai mundur saat Yoongi semakin dekat dengannya. Namun, sayang sekali di belakangnya ada wastafel. Hingga dia tidak bisa mundur lagi.

"Kira-kira ayahku membayarmu berapa? Hebat sekali hingga duniamu terpusat padanya!" bisik Yoongi memenjarakan Jimin di antara kedua lengannya.

"Itu bukan urusanmu!"

"Oh, tentu saja urusanku. Siapa tahu aku bisa membayarmu lebih mahal darinya?"

"Apa maksudmu, bajingan?!"

"Haha, seorang bajingan dan seorang jalang. Bukankah cocok?" Yoongi memajukan wajahnya, menatap tajam pada Jimin.

Mengejutkan, Jimin malah menyeringai. Pemuda itu juga mengelus rahang Yoongi sensual. "Ya, memang cocok." bisiknya tepat di telinga Yoongi.

"Benar-benar jalang." Yoongi tanpa berpikir langsung menarik tengkuk Jimin, mencium kasar bibir pemuda manis itu.

Perlakuan tiba-tiba Yoongi cukup membuat Jimin terkejut. Tapi, perlahan dia juga mulai membalas lumatan pria itu. Pinggangnya kini telah dirangkul erat oleh Yoongi. Bahkan dadanya menempel di dada bidang Yoongi. Mereka berdua terus berciuman kasar, hingga menimbulkan bunyi decakan yang memenuhi sudut ruangan.

de mijne ✧ yoonminWhere stories live. Discover now