4

4 0 0
                                    

Gipsy POV

Lagi-lagi tak bisa kupalingkan mataku darinya. Seorang wanita yang tak terlalu cantik—bukan sedang sombong, aku memang dikelilingi banyak wanita cantik, yang semuanya sedarah denganku—dengan wajahnya yang bulat dan mata yang berbinar penasaran. Tubuhnya tak terlalu pendek namun cukup berisi. Adegan saling tatap kami di interupsi oleh seorang wanita –menurutku adalah salah satu rekan kerjanya—yang mendorongnya pelan agar dia segera maju.

Cepat-cepat aku melangkah turun dari tangga. Entah mengapa kakiku malah mendekat kearah wanita tadi. Mungkin kaki ini hanya mengikuti rasa penasaran yang diterima oleh sang hati.

Kini aku berdiri tepat di sampingnya. Ku tatap wajahnya yang sedang melihat ke arah tubuh Roma. Tak lama kudengar mulutku menyuarakan rasa penasarannya

“Kenapa kau tadi menatapku seperti itu?”Dia menoleh ke arahku.

Beberapa detik tak ada jawaban yang keluar dari bibir tipisnya. Matanya bahkan tak berkedip saat menatapku seolah ada yang aneh di wajahku. Ah, mungkin karena kacamata bodoh ini. Karena kelelahan setelah seharian mengamuk, aku tak ingat di mana kutaruh kacamataku semalam.

Sebenarnya aku tak berniat mengamuk. Aku hanya terlalu menyesal karena tak bisa menahan Roma untuk pergi dari rumah ini, terlebih menggunakan mobil itu, mobil yang berada dalam mimpi burukku beberapa hari yang lalu.
Mimpi yang selalu datang saat orang disekitarku akan menemui ajalnya.

Awal mula aku mengalaminya, aku hanya menganggap mimpi itu sebagai mimpi buruk yang tak ada artinya. Sampai aku mendengar kabar bahwa seorang yang kusayangi meninggal sesuai dengan mimpi burukku.

Aku ingat mimpiku yang kualami pertama kali saat aku menginjak di Sekolah Menengah Pertama. Selama tiga hari aku selalu bermimpi kalau gigi gerahamku copot. Lalu di mimpi itu kulihat kecelakaan mobil yang terjungkal menabrak trotoar jalan yang sedang diperbaiki.

Teringat jelas di memoriku sebuah mobil berwarna biru metalik terbalik dengan kaca mobil yang seluruhnya pecah berserakan di jalan. Tangan si supir tersembul keluar dengan kaca yang menusuki lengannya.

Badan mobil penyok parah dan beberapa bagian terkoyak lepas. Dari mesin mobil menguar asap hitam pekat. Orang-orang di lokasi panik dan berusaha mengeluarkan korban kecelakaan.

Saat seorang korban dikeluarkan dari bagian belakang mobil aku terkesiap, orang itu menggunakan seragam sekolah yang sama denganku tapi aku tak dapat melihat wajahnya yang buram dan berlumuran darah.

Tepat di hari ketiga, aku mendengar berita sahabatku meninggal karena kecelakaan dan mobilnya terguling menabrak trotoar jalan tol yang sedang diperbaiki. Kewarasanku menguap beberapa saat, tak percaya dengan hal yang kudengar. Dan kejadian mengerikan itu berlanjut hingga sekarang.

Sampai saat ini pun sesungguhnya aku tak ingin mengikuti acara perpisahan terakhir ini. Karena aku tahu apa yang akan orang-orang katakan tentangku.

Sebagian dari mereka mengira aku penganut ilmu hitam sehingga membutuhkan seorang tumbal untuk mendapatkan hal yang kumau. Sebagian mengira aku berusaha menguasai harta melimpah yang dimiliki orangtuaku, lalu aku membunuh mereka satu persatu dengan keji--alasan bodoh, bukannya harta milik orang tuaku memang akan di wariskan padaku jadi kenapa harus membunuh?

Sebagian lagi mengatakan aku manusia yang dikutuk. Mungkin alasan ini yang paling benar. Dengan segala hal yang sudah aku tahu dalam mimpi-mimpi itu, aku tak pernah bisa mencegah orang di sekelilingku terbunuh. Atau aku memang membunuh mereka semua sesuai dengan mimpiku?

Aku tersentak dari lamunan. Wanita berambut coklat gelap sebahu ini masih betah menatapku. “Kenapa? kenapa kau selalu menatapku seperti itu?” ucapku akhirnya karena tak nyaman di pandangi terus menerus.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 31, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kutukan MimpiWhere stories live. Discover now